Dinasti Ikhsidiyah, Ujung Tombak Keilmuan Islam di Mesir
Dinasti Ikhsidiyah didirikan oleh Muhammad bin Tughi yang diberi gelar Al-Ikhsyid (pangeran) pada 935 M. Muhammad bin Tughi ditunjuk untuk memerintah wilayah Mesir ketika Abbasiyah dipimpin oleh Ar-Radi.
Jabatan gubernur Mesir itu diberikan atas jasanya mempertahankan dan memulihkan daerah lembah Sungai Nil dari serangan orang-orang Fatimiah dari Afrika Utara.Dinasti Ikhsidiyah memiliki peranan yang sangat besar dalam memperkuat dan membangun wilayah Mesir. Saat itu, Mesir menjadi salah satu pemerintahan dengan kedudukan yang sangat kuat karena ditopang oleh kekuatan militer Dinasti Ikhsidiyah yang tangguh dan cakap dalam berperang.
Kurang lebih ada 40.000 prajurit terlatih di kubu militer mereka, dan 800 pengawal pribadi keluarga kerajaan.
Pada masa pemerintahan Dinasti Ikhsidiyah, di Mesir terjadi peningkatan yang sangat pesat di bidang ilmu pengetahuan Islam. Masjid-masjid dan rumah-rumah para ulama menjadi pusat kegiatan diskusi keagamaan ketika itu.
Kegiatan diskusi itu sangat berperan meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat Mesir, terutama untuk bidang keilmuan Islam. Salah satu pusat kegiatan diskusi paling terkenal di Mesir saat itu adalah Syuq Al-Waraqir.
Setelah dua tahun membangun wilayah Mesir, Dinasti Ikhsidiyah mulai melakukan ekspansi besar-besaran ke wilayah Syria dan Palestina. Tahun berikutnya, Dinasti Ikhsidiyah berhasil menaklukan wilayah Mekah dan Madinah.
Bahkan menurut beberapa ahli, pemimpin keempat Dinasti Ikhsidiyah, Kafur (965-967 M), memiliki kekuasaan yang tidak terbatas di berbagai negeri di Timur Tengah.
Pada masa pemerintahan Kafur ini, Dinasti Ikhsidiyah berhasil melindungi kesusastreaan dan seni Islam dari kehancuran yang disebabkan oleh kaum Fatimiah.
Beberapa serangan yang dilancarkan oleh kaum Fatimiah di sepanjang pantai Afrika Utara pun dapat diatasi. Dinasti Ikhsidiyah memasuki masa kejayaannya ketika pemerintahan Kafur.
Sepeninggalan Kafur, Dinasti Ikhsidiyah mengalami kemunduran yang sangat signifikan. Pemimpin ketika itu, Abu Al-Fawarisaris Ahmad bin Ali (967-972), tidak dapat mempetahankan kekuasaannya. Ia dianggap terlalu lemah dalam memimpin Dinasti Ikhsidiyah yang terkenal memiliki kekuatan militer yang tangguh.
Akibatnya Dinasti Ikhsidiyah tidak dapat bertahan dari berbagai gempuran yang dilakukan oleh Fatimiah. Akhirnya Dinasti Ikhsidiyah tidak mampu mempertahankan kekuasaannya di Mesir dan pemerintahannya jatuh di tangan kaum Fatimiah.
Faktor lain yang menyebabkan kehancuran Dinasti Ikhsidiyah, selain serangan dari kaum Fatimiah, adalah penyerangan yang dilakukan Qarmatian ke Syria pada 963 M. Selain itu juga, terjadi peristiwa penyekapan Jemaah Haji Mesir. Serta serbuan orang-orang Nubia yang berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Selatan.
Sumber : Supriyadi, Dedi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia
Foto : tipyan.com