Sponsored
Home
/
Sport

Dua Pukulan Telak dari MotoGP dan F1 untuk Indonesia di 2018

Dua Pukulan Telak dari MotoGP dan F1 untuk Indonesia di 2018
Preview
Ahmad Bachrain26 December 2018
Bagikan :

Mungkin klise mengatakan untuk mengetahui seberapa hebat dan sukses sebuah negara, lihat saja dari prestasi olahraganya. Namun, itu kenyataan yang tidak bisa ditampik.

Bung Karno berambisi menunjukkan kebesaran Indonesia dengan menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Sejumlah bangunan bersejarah kemudian dibangun, dengan yang utama adalah kompleks olahraga Gelora Bung Karno.

Tahun ini Indonesia untuk kali kedua menjadi tuan rumah Asian Games dan kali pertama Asian Para Games. Terbilang cukup sukses, baik dalam hal penyelenggaran dan prestasi.

Indonesia menciptakan rekor perolehan medali sepanjang sejarah tampil di Asian Games dengan raihan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Sementara di Asian Para Games, Indonesia sukses merebut 37 emas, 47 perak, dan 51 perunggu.

Menjadi tuan rumah Asian Games dan Asian Para Games adalah highlights Indonesia di dunia olahraga pada 2018. Namun, Indonesia juga mendapat dua pukulan telak sepanjang 2018. Dua pukulan telak itu berkaitan dengan MotoGP dan Formula One (F1).

Sudah menjadi rahasia umum kalau Indonesia sangat berambisi menjadi tuan rumah MotoGP. Bahkan sejak beberapa tahun lalu pemerintah melalui Kemenpora sudah mencapai kesepakatan awal dengan pengelola MotoGP, Dorna Sports, untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu tuan rumah MotoGP.

Indonesia telah menunjukkan keberhasilan sebagai tuan rumah Asian Games 2018.
Preview
Indonesia telah menunjukkan keberhasilan sebagai tuan rumah Asian Games 2018. (CNN Indonesia/ Hesti Rika)

Sayang, hingga kini tanda-tanda menjadi tuan rumah MotoGP tidak kunjung datang. Lagi-lagi masalah klise sekaligus mendasar penyebabnya: Indonesia tidak punya sirkuit kelas A untuk menggelar balapan. Padahal sejumlah pihak sudah 'berkoar-koar' akan membangun sirkuit MotoGP. Hingga kini tidak ada realisasinya.

Tahun lalu Indonesia justru disalip Thailand yang memastikan diri menjadi salah satu tuan rumah MotoGP 2018. Sebuah kabar yang mengejutkan. Pasalnya Indonesia lebih banyak diberitakan akan menjadi tuan rumah MotoGP, bukan Thailand.

Tahun ini Indonesia mendapat satu pukulan telak lainnya dari dunia MotoGP. Pukulan telak itu adalah kita semakin tertinggal dari Malaysia. Ya, Malaysia memastikan diri menjadi negara Asia Tenggara pertama dalam sejarah yang memiliki tim MotoGP musim depan.

Di sela ajang MotoGP Malaysia 2018, 2-4 November lalu, pihak Sirkuit Internasional Sepang memastikan diri akan memiliki tim Petronas Yamaha Sprinta yang akan tampil di MotoGP 2019. Petronas Yamaha Sprinta menggantikan posisi tim Angel Nieto yang sebelumnya bernama Aspar.

Kepastian Malaysia memiliki tim di MotoGP membuat Indonesia tertinggal hingga dua langkah dari negeri tetangga. Padahal kegilaan masyarakat Indonesia terhadap MotoGP tidak kalah dari Malaysia, atau bahkan mungkin lebih besar. Ironisnya adalah, Indonesia merupakan negara dengan penyumbang penonton asing terbanyak setiap ajang MotoGP Malaysia digelar.

Saat Indonesia masih mewacanakan kembali jadi tuan rumah MotoGP, Malaysia kini juga bakal memiliki tim di MotoGP setelah sebelumnya konsisten jadi tuan rumah seri MotoGP.
Preview
Saat Indonesia masih mewacanakan kembali jadi tuan rumah MotoGP, Malaysia kini juga bakal memiliki tim di MotoGP setelah sebelumnya konsisten jadi tuan rumah seri MotoGP. (CNN Indonesia/Haryanto Tri Wibowo)


Vietnam Menggebrak

Indonesia jelas sangat tertinggal dari Malaysia yang sudah menggelar MotoGP sejak 1991. Tapi, bukan hanya dari Malaysia dan Thailand saja kita tertinggal. Bahkan Vietnam mampu menggebrak di 2018 dengan dipastikan menjadi tuan rumah F1 mulai 2020.

Untuk urusan olahraga, Vietnam mungkin salah satu negara Asia Tenggara yang bersinar di dunia olahraga sepanjang 2018. Tidak hanya memastikan diri menjadi tuan rumah F1 di Hanoi, Vietnam juga berhasil menjadi juara Piala AFF 2018. Tapi, tentunya menjadi tuan rumah F1 yang paling mengejutkan.

Sepeninggalan Malaysia tidak lagi menjadi tuan rumah F1, sepertinya tidak ada negara di Asia Tenggara yang mampu atau tertarik menjadi tuan rumah selain Singapura. Thailand yang memiliki Sirkuit Buriram juga tidak tertarik karena mahalnya menggelar F1.

Vietnam berani mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi jadi tuan rumah seri Formula 1.
Preview
Vietnam berani mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi jadi tuan rumah seri Formula 1. (REUTERS/David Mdzinarishvili)

Di saat negara-negara yang berpengalaman dalam menggelar balap mobil atau motor menyerah terhadap F1, Vietnam justru membuat gebrakan dengan menjadi tuan rumah pada 2020. Kenapa mengejutkan? Karena menggelar F1 tidak murah!

Dikutip dari Forbes, untuk menggelar balapan F1 di sirkuit berbasis jalan raya seperti di Hanoi dibutuhkan biaya operasi sekitar US$57,5 juta atau setara Rp837 miliar. Itu pun dengan catatan kondisi aspal tidak memerlukan perbaikan yang membutuhkan puluhan juta dolar. Tapi, pengeluaran belum berhenti di situ.

Vietnam juga harus mengeluarkan dana hingga US$31,5 juta atau setara Rp458 miliar di tahun pertama menggelar F1 sebagai fee tuan rumah. Menariknya fee itu meningkat lima persen per tahunnya. Jadi, dibutuhkan biaya dasar lebih dari Rp1,2 triliun untuk menggelar F1. Angka itu jauh lebih murah daripada membangun sirkuit permanen.

Sulit bagi pecinta balap motor atau mobil di Indonesia untuk berharap bisa menggelar MotoGP atau F1 dalam waktu dekat. Terlebih tahun depan pemerintah akan lebih fokus menggelar pemilihan umum. Jadi, jangan berharap kita sudah bisa menyaksikan balapan MotoGP di Indonesia pada 2020 atau 2021. Kita masih harus ke Malaysia dan Thailand untuk menyaksikan MotoGP, dan Singapura serta Vietnam untuk melihat langsung balapan F1.

Setop Wacana

Indonesia mungkin bisa menjadi tuan rumah MotoGP atau F1 lebih cepat jika ada pengusaha yang cukup gila untuk mendanai pembangunan sirkuit. Selama ini Indonesia hanya memiliki Sirkuit Sentul yang kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk menggelar ajang internasional seperti MotoGP atau F1.

Tidak bisa dimungkiri peran pemerintah sangat vital, tapi tampaknya akan sulit untuk berharap pada pemerintah, setidaknya dua tahun ke depan. Padahal ketersediaan sirkuit merupakan syarat utama untuk bisa menjadi tuan rumah.

Sungguh ironis memang. Di saat negara seperti Malaysia dan Thailand sudah fokus membuat para pebalapnya berprestasi, Indonesia justru masih berkutat pada wacana membangun sirkuit. Sebuah wacana yang terus menguap tanpa hasil nyata.

Wajar jika semua wacana membangun sirkuit selalu menguap. Pasalnya, membangun sirkuit standar F1 dan MotoGP tidaklah murah. Untuk memiliki sirkuit standar F1 atau MotoGP dibutuhkan biaya minimal US$270 juta atau setara Rp3,9 triliun. Belum lagi ditambah fee untuk menggelar balapan.

Jadi untuk menggelar F1 atau MotoGP dari nol dibutuhkan biaya lebih dari US$300 juta atau setara Rp4,3 triliun. Bukan angka yang kecil tentunya. Anggapan bahwa otomotif adalah olahraga yang 'mahal' adalah benar adanya.

Indonesia butuh kerja sama pemerintah dan pengusaha untuk bisa mewujudkan mimpi kembali jadi tuan rumah seri MotoGP.
Preview
Indonesia butuh kerja sama pemerintah dan pengusaha untuk bisa mewujudkan mimpi kembali jadi tuan rumah seri MotoGP. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

Tapi, MotoGP dan F1 adalah ajang otomotif yang masuk akal buat Indonesia. Selain karena banyak peminat, khususnya MotoGP, Indonesia juga memiliki banyak pebalap dengan potensi bagus. Dengan demikian pengembangan bisnis dan prestasi atlet bisa sejalan.

Dukungan pemerintah juga layak kita tunggu. Berkaca dari Sirkuit Internasional Sepang, mereka butuh waktu 11 tahun untuk mampu meraih keuntungan dari menggelar ajang MotoGP dan lepas dari bantuan pemerintah Malaysia. Dengan demikian dukungan pemerintah sangat penting untuk bisa menggelar MotoGP atau F1.

Sekarang kita tinggal berharap keseriusan pemerintah atau munculnya pengusaha-pengusaha yang mau menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah MotoGP atau F1. Dengan begitu kita bisa bangkit dari pukulan telak di 2018 ini. Jika tidak Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara tetangga.

Berita Terkait

populerRelated Article