E-commerce di ASEAN Makin Laris, Nilai Pasar Diramal Capai Rp5.299 T

Uzone.id — Sebuah laporan dari lembaga riset pasar IDC mengungkap fakta baru terkait nilai pasar e-commerce di Asia Tenggara. Meski saat ini masyarakat sudah kembali ke pembelian offline, namun pasar e-commerce tetap menanjak naik di tahun-tahun yang akan datang.
Dalam laporan IDC berjudul “How Southeast Asia Buys and Pays 2025” yang diinisiasi platform pembayaran global 2C2P dan Antom, nilai pasar e-commerce Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai angka USD325 miliar atau sekitar Rp5.299 triliun) di tahun 2028 mendatang.“Pencapaian ini didorong oleh pesatnya adopsi pembayaran digital serta kemampuan untuk melakukan kerja sama lintas negara secara regional, yang membuka lebih banyak peluang dalam perdagangan antarnegara bagi para pelaku bisnis,” tulis laporan tersebut.
Di tahun yang sama, sebagai salah satu pendorong nilai pasar e-commerce, metode pembayaran digital juga akan menguasai total pembayaran di e-commerce dengan persentase mencapai 94 persen.
“Pertumbuhan paling signifikan dapat dilihat pada pembayaran domestik (97,9 persen) dan dompet digital (94,9 persen), yang berperan dalam memperluas jangkauan e-commerce di wilayah yang kurang bergantung pada kartu debit atau kredit,” tulis laporan tersebut.
Metode pembayaran real-time payments juga diperkirakan akan mengalami lonjakan hingga lebih dari USD11 triliun atau Rp179 kuadriliun di tahun 2028 nanti di Asia Tenggara. Peningkatan ini didorong oleh inisiatif pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada uang tunai (Cash) dan mempromosikan metode pembayaran yang lebih murah dan cepat serta memenuhi kebutuhan konsumen dan pelaku usaha.
Dompet digital juga akan terus mengalami kenaikan, begitupun dengan pembayaran domestik yang terus melonjak di wilayah Asia Tenggara. Dua metode ini menjadi yang paling banyak digunakan di Asia Tenggara.
Di tahun 2023 dan 2024 saja, dompet digital mendominasi Indonesia, Malaysia dan Vietnam. Di survey ini terbaru ini, Dompet digital menjadi metode pembayaran kedua yang paling banyak diterima oleh pelaku usaha di Singapura dan Filipina, serta ketiga di Indonesia dan Thailand.
Soal perdagangan cross-border, laporan ini memperkirakan nilai perdagangan lintas negara di Asia Tenggara diprediksi akan mencapai USD14,6 miliar (sekitar Rp2.380 triliun) pada tahun 2028. Hal tersebut meningkat 2,8 kali lipat dari tahun 2023.
“Asia Tenggara berkembang pesat sebagai pusat perdagangan dan inovasi digital. Seiring dengan berkembangnya bisnis lintas negara, transaksi yang lancar dan efisien menjadi sangat penting untuk menjaga daya saing,” kata Gary Liu, General Manager Antom, Ant International.
Peningkatan ini menjadi peluang bagi negara-negara di Asia Tenggara, mendorong perdagangan lintas negara dengan Regional Payment Connectivity (RPC), memberikan keuntungan lebih tinggi dari perdagangan lintas negara, hingga menumbuhkan potensi perdagangan antar negara Asia Tenggara yang sebelumnya belum dimanfaatkan.
Sebagai informasi, laporan ini merupakan hasil survey yang dilakukan pada 600 responden dari 6 negara Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam, lengkap dengan analisis perkembangan skema pembayaran digital di masing-masing pasar dan regional Asia Tenggara secara keseluruhan.
