Home
/
Lifestyle

Era Digital, Ketika Ketukan Jari Memandu Tamasya Syahwat

Era Digital, Ketika Ketukan Jari Memandu Tamasya Syahwat
Wishnugroho Akbar08 January 2019
Bagikan :

Kasus prostitusi online yang melibatkan artis Vanessa Angel dan Avriellia Shaqqila sejatinya bukan hal mengejutkan. Di era serba digital seperti sekarang, hampir segala kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan seksual dapat terpenuhi cukup lewat satu sentuhan jari di layar ponsel.

Era digital memang telah memperluas praktik prostitusi. Jika dahulu prostitusi hanya dapat ditemukan di ruang-ruang fisik tertentu, kini para penikmatnya bisa mengakses itu di 'ruang-ruang maya'. 

Prawira, bukan nama sebenarnya, menceritakan pengalaman 'bertamasya' di dunia prostitusi secara daring. Pria 35 tahun ini mengaku sempat aktif memanfaatkan internet untuk menyewa jasa wanita panggilan. 

Ia mengungkap banyak cara untuk mengakses prostitusi secara online, di antaranya dengan memanfaatkan aplikasi pertemanan, forum komunitas, hingga aplikasi pesan.

Salah satu aplikasi pertemanan yang paling terkenal di dunia prostitusi online, kata dia, adalah Twitter. Lewat aplikasi itu, dirinya cukup mengetikkan sejumlah kata kunci (keyword) tertentu untuk menemukan akun yang menawarkan jasa prostitusi online.

"Misalkan mau nge-booking cewek di Jakarta tinggal ketik keyword tertentu di mesin pencarian, misalnya kayak gitu. Keyword-nya juga bisa disesuaikan dengan lokasi yang kita mau," ujar Prawira kepada CNNIndonesia.com, Senin (7/1).

Beragam akun yang menawarkan layanan prostitusi akan muncul setelah pelanggan mengetik kata kunci tertentu. Akun tersebut biasanya cukup detail mendeskripsikan layanan yang ditawarkan, termasuk tarif dan aturan-aturannya (rate and rules).


Berdasarkan pengalamannya, Prawira menyebut tarif prostitusi online bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Ia menyebut tingginya harga PSK di dunia prostitusi online tergantung dari usia hingga latar belakang.

Kemudahan mengakses jasa PSK secara online bukannya tanpa risiko. Menurut Prawira mengakses prostitusi online di media sosial seperti Twitter berisiko besar karena hampir semua orang bisa mengaksesnya.

Dia mengatakan di media sosial seperti Twitter, baik pelanggan maupun penjual jasa sama-sama menghadapi risiko mulai dari tertipu, tertangkap basah, hingga hal-hal lain yang lebih mengerikan. 

Untuk kasus penipuan, Prawira mengatakan tak sedikit akun yang sengaja dibuat untuk menipu para hidung belang atau penjual jasa prostitusi itu.

Modus penipuan yang dilakukan oknum PSK biasanya dilakukan dengan cara meminta uang terlebih dahulu sebelum bertatap muka.  

Berbeda dengan bisnis esek-esek di media sosial, bisnis serupa yang dijalankan di forum komunitas memiliki keamanan yang lebih ketat.

Di forum komunitas, kata Prawira, baik penjaja maupun pelanggan lebih selektif.

"Di forum tidak sembarangan. Biasanya penjaja transaksi hanya kepada anggota komunitas. Itu juga dengan mempertimbangkan jejak aktivitasnya di forum."

"Semakin bagus jejak kita semakin mudah bertransaksi," ujar dia.

Perbedaan lain adalah proses transaksi. Di Twitter, kata Prawira, penjaja biasanya langsung berinteraksi dengan pelanggan. Sebaliknya, forum komunitas lebih beragam. Tak sedikit yang menggunakan jasa muncikari.

Prostitusi Online, 'Tamasya' Syahwat Lewat Ketukan Jari
Preview
Ilustrasi media sosial. (REUTERS/Thomas White)

Prawira mengatakan di forum komunitas para muncikari itu akan membuat sebuah thread untuk menjajakan angel atau PSK mereka. Muncikari dalam forum, kata dia, ada yang profesional dan amatir.

Untuk muncikari profesional, lanjut Prawira, biasanya memiliki banyak angel dengan harga variatif. Sementara muncikari amatir hanya memiliki satu atau dua angel dalam setiap thread  yang dibuatnya.

"Ada juga tipe yang ngebantu. Mereka punya kenalan atau teman yang lagi butuh duit dan kemudian ya karena dia sudah berpengalaman dan dipercaya ya diminta bantuannya," tutur Prawira.

"Orang-orang kayak gini biasanya cuma punya satu angel dan jumlah kencannya terbatas. Paling satu kali dalam sehari. Sesuai kebutuhan," ujarnya menambahkan.

Untuk PSK yang menggunakan jasa muncikari, semua kesepakatan mulai dari tarif, tempat, hingga jam kencan ditentukan oleh muncikari tersebut. Calon pelanggan hanya akan bertatap muka dengan PSK yang dipilih setelah urusan dengan muncikari selesai.

Dalam proses komunikasi kesepakatan itu, Prawira menyampaikan ada juga muncikari yang meminta uang pangkal. Untuk membedakan muncikari yang meminta uang pangkal adalah penipu, kata dia, cukup dengan cara melihat jejak sang muncikari di dalam forum.

"Lalu kalau sudah ada kesepakatan terus kita enggak dateng, bisa di-blacklist, atau dikeluarin dari grup, atau identitas kita disebar di forum itu. Tujuannya supaya lebih serius," ujar Prawira.

Pemesanan jasa prostitusi secara online juga bisa dilakukan lewat aplikasi pesan seperti Wechat, Tagged, hingga Tinder.

Prawira sendiri belum pernah menggunakan aplikasi itu, namun dia mengaku punya cukup banyak teman yang menggunakannya untuk memesan jasa prostitusi online.

Seperti teman-temannya, Prawira mengaku memanfaatkan internet karena lebih mudah dan relatif aman ketimbang mencari langsung di tempat-tempat tertentu.

Prawira mengaku dalam sebulan, dirinya bisa empat kali menggunakan jasa prostitusi online dalam sebulan. Ia berkelakar hal itu dilakukan ketika pendapatannya berlebih.

"Tapi dalam sekali kencan gue punya batasan ga lebih dari Rp1 juta, paling mahal Rp800 ribu," ujar Prawira.

Berita Terkait

populerRelated Article