Es Kepal Milo dan Es Serut di Berbagai Belahan Dunia
-
Jelang bulan April, ada pemandangan menarik di beberapa sudut jalan Jakarta: penjual es kepal Milo. Yang punya modal agak banyak, biasanya memasang tenda ukuran 2 X 3 meter, dengan baliho berdiri bertuliskan es kepal Milo. Yang punya modal pas-pasan, asal ada meja dan wadah untuk topping pun jadi.
Awalnya, es kepal Milo datang dari Malaysia. Sekadar intermezzo, bagi yang sudah pernah mencoba Milo produk Malaysia, tentu tahu bahwa rasanya sedikit lebih superior ketimbang Milo produksi Indonesia. Sepasang suami istri bernama Saed Lamin dan Shariah Hashim dari Kuala Kangsar, Perak, yang disebut-sebut sebagai pencipta ais kepal Milo ini.
Seperti ditulis oleh Suara Perak, Saed dan Shariah butuh empat bulan untuk menyempurnakan resep es kepal Milo. Ide awalnya datang dari Shariah.
"Awalnya istri terpikir untuk membuat es kepal yang diserut halus dan dituangkan Milo dan susu. Awalnya kami minta keluarga dan kawan untuk mencobanya, minta pendapat apa yang lebih dan kurang," kata Saed.
Kreasi baru ini ternyata mengundang perhatian banyak orang. Kemudian video tentang es kepal Milo ini naik ke YouTube, dan seperti sudah diduga: viral. Indonesia pun turut menyambut gembira fenomena minuman sekaligus kudapan yang berbentuk es serut dikepal, lalu disiram saus Milo nan kental.
Tentu saja, pada akhirnya, es kepal Milo akan bernasib sama seperti para pendahulunya: viral, untuk kemudian perlahan ditinggalkan, dan mulai dilupakan. Sudah ada banyak jenis minuman yang bernasib seperti itu. Mulai Pop Ice, Capucino Cincau, bahkan Thai Tea. Namun di bulan puasa ini, es kepal Milo masih tetap populer karena usia yang terbilang baru. Lagipula, memang enak rasanya berbuka puasa dengan sesuatu yang dingin dan manis. Es kepal Milo memenuhi syarat itu.
Mengenal Es Serut dari Berbagai Belahan Dunia
Jauh sebelum es kepal Milo berjaya, seorang kaisar Romawi bernama Nero yang memerintah sejak 54 hingga 68 sering mengutus pelari cepat terbaiknya untuk mengambil salju di pegunungan. Para pelari itu kemudian turun sambil membawa salju yang ditaruh di wadah khusus. Sesampai di istana, Nero akan menikmati salju yang disiram dengan sari buah dan potongan buah-buahan.
Sejarah santapan es bahkan bisa ditarik sejak 3.000 tahun lalu. Orang-orang di Cina di masa itu biasa mencampur salju dengan buah-buahan dan bir. Tak hanya itu, di Persia ada kudapan es bernama sharbat yang kelak diserap menjadi sorbet --istilah yang dikenal luas untuk menyebut kudapan berupa es dengan pemanis.
Es serut yang diberi pemanis dan buah-buahan kemudian menjadi pondasi dasar yang kemudian melahirkan berbagai jenis kudapan dan minuman berbasis es.
Di Indonesia, tentu nyaris semua orang kenal es campur. Bahan utamanya adalah es serut, yang diberi sirup dan susu kental manis. Lalu isiannya ada berbagai macam, tergantung kreativitas pembuatnya. Mulai dari kolang-kaling, aneka buah seperti nangka dan rambutan, cincau, bahkan roti tawar. Di beberapa daerah, es campur disiram oleh santan agar gurih dan tidak terlalu manis.
Di Cina dan Taiwan, Bao Bing jadi hidangan es serut yang paling populer. Dasarnya tak berbeda: es serut yang didampingi oleh aneka jenis buah-buahan seperti mangga dan rambutan.
Dalam artikel "The Americanization of Bao Bing, a Cool, Fruity Asian Treat", bao bing yang arti harfiahnya adalah es serut, sudah disantap di Cina pada abad ketujuh. Pada 1972, bao bing mendapat tempat sendiri dalam sejarah dunia saat disajikan kepada Presiden Richard Nixon yang pertama kali datang ke Beijing, dan bersantap bersama Mao Zedong dan Zhou Enlai.
Di Jepang ada kakigori yang dipercaya ada sejak abad ketujuh. Bentuk dan resepnya juga tak jauh berbeda: es serut yang diberi pemanis dan buah-buahan. Dalam Near A Thousand Tables: A History of Food (2001), sejarawan makanan Felipe Fernández-Armesto menyebut bahwa es serut di Jepang beberapa kali disebutkan dalam berbagai babad. Es serut itu biasanya disajikan sebagai penutup dalam kaiseki-ryori, hidangan satu set yang terdiri dari bermacam jenis menu.
"Es serut yang disiram oleh sirup liana yang diletakkan dalam wadah mangkuk perak," tulis Armesto, mengutip salah satu penulis babad terkenal Jepang di era Heian, Sei Shonagon (966-1017).
Dunia juga mengenal halo-halo dari Filipina, Granita dari Italia, es serut ala Hawaii, Piragua dari Puerto Rico, granizados dari Kuba, patbingsu dari Korea, juga chuski dari India. Semuanya punya benang merah: es serut yang diberi pemanis berbagai rasa. Mereka juga sama-sama populer.
Seiring makin tipisnya lapisan ozon dan matahari makin terasa galak, maka es serut di berbagai belahan dunia akan tetap populer. Varian baru es serut boleh saja datang dan pergi, seperti es kepal milo, tapi dasarnya akan selalu sama.
Baca juga artikel terkait ES KEPAL MILO atau tulisan menarik lainnya Nuran Wibisono