Sementara itu, perwakilan Ezra menyatakan bahwa kliennya tidak melanjutkan karier bersama Jong Ajax karena tidak ada kesesuaian dengan tim cadangan Ajax, tetapi bukan soal harga.
Mana yang benar harus dinanti? Yang jelas, tak lagi berseragam Ajax bukanlah kabar bagus.
Siapa pun tahu reputasi Ajax sebagai klub yang mengorbitkan pemain-pemain muda berkarakter menyerang jempolan setelah sebelumnya dibina di Jong Ajax.
Gampang untuk memberi contoh. Christian Eriksen bermain bersama Jong Ajax sebelum semakin matang di tim utama Ajax dan kemudian dibeli Tottenham Hotspur.
Gelandang serang asal Denmark itu kini menjadi bintang Premier League.
Wesley Sneijder dan Rafael van der Vaart menjadi contoh lain.
Mundur jauh ke belakang ada sang legenda Arsenal Dennis Bergkamp serta Clarence Seedorf dan Patrick Kluivert.
Pemain-pemain muda Ajax selalu menjadi sorotan para pemandu bakat dari klub-klub top Eropa, khususnya para pemain muda yang berhasil naik kelas dari Jong Ajax ke tim utama Ajax.
Apa pun alasan kepergian dari tim cadangan Ajax, Ezra Walian tidak promosi ke tim utama.
Namun, tidak lagi bermain di Ajax bukan akhir dari segalanya.
Masa depan Ezra Walian masih panjang. Ada contoh pemain yang gagal naik kelas ke tim utama Ajax pada akhirnya sukses bersama klub lain.
Andre Ooijer menjadi salah satu contoh.
Lahir di Amsterdam dan dibina di tim kelompok umur Ajax, Ooijer memutuskan pergi ke klub lain saat berusia 20 tahun karena gagal menembus tim utama De Amsterdammers.
Ooijer bermain di Volendam dan Roda JC sebelum sukses bersama PSV Eindhoven.
Dia lima kali juara Eredivisie dan masuk tim nasional Belanda.
Bek tengah ini sempat tiga musim bermain di Premier League bersama Blackburn Rovers.
Yang menarik, dia menutup kariernya bersama tim utama Ajax pada 2012.
Demi kepentingan tim nasional dan sepak bola Indonesia, kita tentu berharap Ezra Walian akan seperti Ooijer.
Baca Juga:
- Neymar Diharapkan ke Bayern Muenchen, tetapi...
- Kenapa Persija Gagal Manfaatkan Delapan Sepak Pojok?
- Sprinter Jamaika Ini Masuk Daftar Guinness Book of World Records
Yang paling mudah dilihat dari kemampuan seorang penyerang adalah jumlah gol yang dicetak.
Dalam aspek ini, khususnya di musim 2016-2017, Ezra Walian kalah menonjol dari rekan setim.
Dalam 21 penampilan di Divisi I Liga Belanda, dia hanya mengemas tiga gol.
Bandingkan pencapaiannya dengan penyerang Vaclav Cerny yang juga berusia 19 tahun.
Pemain Republik Ceska ini mampu mencetak 15 gol dalam 27 penampilan.
Rekan seangkatan lain Ezra Walian, yakni gelandang Frenkie de Jong, mampu mengemas enam gol dalam 31 penampilan dan penyerang Kaj Sierhuis dapat membuat empat gol hanya dari delapan pertandingan.
Junior Ezra Walian, Justin Kluivert yang baru berusia 17 tahun, mencetak dua gol dari delapan penampilan.
Rataan mencetak golnya tentu lebih baik dari sang striker Garuda Muda.
Rekan Ezra Walian di Jong Ajax seperti Cerny, De Jong, dan Kluivert sudah bermain untuk Ajax di Liga Europa.
Bicara mengenai kompetisi Eropa, Ajax sedang terbang tinggi di Liga Europa.
Tiket final ada di depan mata tim asuhan Peter Bosz setelah berhasil menang telak 4-1 atas Olympique Lyon di partai pertama semifinal (3/5).
Saat melawan Lyon, Ajax menampilkan 11 pemain pertama dengan rataan usia 21,8 tahun. Sangat muda.
Yang termuda adalah bek tengah Matthijs de Ligt (17 tahun), sedangkan yang tertua gelandang Lasse Schone (30).
Hanya Schone yang berusia di atas 24 tahun!
Ajax selalu bangga dan percaya kepada pemain-pemain produksinya.
Sejak 16 September 1981, Ajax sudah memainkan 1.654 pertandingan beruntun dengan menampilkan pemain binaannya. Siapa yang tidak bangga? @riemanharsojo