Facebook Akui Sulit Awasi Konten Cyberbullying di Platformnya
Uzone.id - Cyberbullying menjadi salah satu masalah besar yang harus dihadapi oleh berbagai platform di internet. Berbagai kasus cyber bullying pun sering terjadi setiap harinya.
Namun, hal mengejutkan diungkapkan oleh CEO Facebook Mark Zuckerberg. Ia mengatakan jika sulit bagi jaringan media sosialnya untuk mengawasi konten cyberbullying. Hal ini disampaikan setelah seorang perwakilan DPR AS memanggilnya karena terakit hal tersebut pekan kemarin.Perwakilan AS, Fred Upton mengambil contoh dari kasus Boulder Shooting. Ia mengatakan ada banyak spekulasi mengenai siapa penembaknya dan yang tertuduh telah diintimidasi secara online. Dia bertanya kepada Zuckerberg apa yang dilakukan Facebook untuk menghentikan perundungan di platformnya.
Baca juga: Data Pribadi 533 Juta Pengguna Facebook Bocor (Lagi)
"Ini sungguh tindakan mengerikan dan kita harus melawannya. Kami memiliki kebijakan yang menentang perilaku tersebut, tetapi juga sering terjadi bahwa konten penindasan ditemukan tidak secara jelas illegal," kata Zuckerberg dalam persidangan.
Menurut data dari situs penelitian cyberbullying, 48 negara bagian memiliki undang-undang pelarangan pelecehan online, mencakup cyber bullying, 44 negara bagian juga memasukkan sanksi pidana terhadap intimidasi dan pelecehan online, dikutip dari Business Insider, Senin, 5 April 2021.
Selama persidangan, Zuckerberg menyampaikan beberapa perubahan yang bisa dilakukan pada undang-undang internet di AS, termasuk peningkatan transparansi platform seperti Facebook, standar untuk menangani konten ilegal seperti bullying di media sosial, serta undang-undang yang melindungi platform media sosial dari tuntutan hukum yang berat.
Tujuan audiensi yang diselenggarakan kemarin sejatinya adalah untuk membahas peran perusahaan teknologi seperti Google, Facebook, dan Twitter dalam penyebaran informasi tak benar, khususnya data palsu tentang virus corona, pemilu AS, dan Capitol Siege.
Ketiga situs ini dinilai sebagai sumber utama bagi pemberontakan dan serangan di Capitol. Banyak penyerang Capitol yang diorganisir di situs online seperti Facebook beberapa minggu menjelang pengepungan.
Beberapa pihak juga meminta Facebook dan Twitter untuk bertanggung jawab karena dua situs ini dianggap lepas tangan atas moderasi konten serta dianggap berpotensi mengambil untung dari tersebarnya informasi hoax di platform mereka.