icon-category News

Fenomena Dark Social vs Media Sosial, Mana Lebih Efektif?

  • 22 Nov 2016 WIB
Bagikan :
alt-img

Berdasarkan penelitian Radium One, terungkap bahwa lebih dari sepertiga pengguna internet membagikan konten dan informasi tidak melalui kanal media sosial. Melainkan lewat layanan perpesanan, forum, atau email. Fenomena ini dikenal sebagai Dark Social.

Padahal saat ini, para pemasar online mereka pun menghabiskan 90 persen investasi pemasaran mereka pada media sosial (misal dengan membayar selebgram atau tweet berbayar). Padahal ROI (pengembalian investasi) yang didapat hanya 23 persen saja.

Universal Music Group adalah salah satu contoh yang berhasil memanfaatkan saluran Dark Social untuk membantu meningkatkan  program media promosi mereka. Peningkatannya tak tanggung-tanggung, hingga 300 persen.

Traffic gelap

wanita-berbagi-informasi-di-aplikasi-womantalk-featured

Bagi analis traffic, fenomena Dark Social ini akan menciptakan banyak lalu lintas langsung ke sebuah tautan. Sebab, lalu lintas dari saluran Dark Social ini tidak terdeteksi oleh software analisis web.

Itulah mengapa cara berbagi tautan konten dengan cara ini diistilahkan sebagai “sisi gelap”. Sementara berbagi konten menggunakan media sosial disebut sebagai bagian “sisi terang”. Sebab sumbernya sulit dilacak, para pemasar juga sulit mengetahui perilaku berbagi pengguna pada Dark Social.

Masih dari penelitian yang sama, kegiatan berbagi pesan lewat saluran perpesanan ini mengambil 69 persen dari aktivitas berbagi dunia. Sementara aktivitas berbagi konten lewat media sosial hanya dilakukan oleh 31 persen pengguna internet. Ini termasuk berbagi tautan konten lewat Facebook dan media sosial lainnya. Artinya, lebih dari sepertiga kegiatan berbagi konten terjadi lewat email dan aplikasi pesan instan.

Tepat sasaran

Sejumlah petinggi perusahaan teknologi juga sudah menyadari fenomena ini, dan mulai mempertimbangkan efektivitasnya.

Kebanyakan dari kita membagikan informasi pribadi melalui email atau pun aplikasi pesan instan. Jadi, tidak heran lagi jika berbagi antar individu lebih efektif daripada berbagi secara massal bagi pemasar.

Cara ini lebih efektif lantaran konten yang dibagikan secara personal tentu lebih tepat sasaran. Karena kita cenderung berbagi informasi kepada orang yang memang tertarik atau berkepentingan dengan konten tersebut. “Inilah yang menjadikan one-to-one sharing lebih efektif dibanding berbagi secara massal bagi perusahaan,” ungkap Talbot lagi.

Pada generasi yang lebih tua, berbagi konten online menggunakan Dark sSocial bahkan lebih terasa efeknya. Sebab mereka termasuk dalam 32 persen masyarakat yang hanya akan membagikan konten online menggunakan saluran Dark Social ini.

Lebih sktif

dark social share

Mengapa berbagi konten online lebih aktif dilakukan lewat layanan perpesanan? Salah satu penyebabnya lantaran, “layanan perpesanan merupakan hal yang lebih sering dilakukan orang-orang ketimbang jejaring sosial,” jelas Mark Zukercerberg seperti dikutip The Verge. Itulah mengapa Facebook membeli WhatsApp seharga US$19 miliar (sekitar Rp223 triliun) dan memisahkan Messenger dari Facebook.

Selain itu, pertumbuhan pengguna layanan perpesanan instan juga melesat melebihi pertumuhan pengguna media sosial. Berdasarkan laporan  We Are Social, pengguna layanan perpesanan bertumbuh tujuh belas persen pertahun dibanding dengan pertumbuhan pengguna media sosial yang hanya sepuluh persen pertahun. Meski demikian, saat ini pengguna media sosial (2,31 miliar, setara dengan 31 persen penduduk dunia) masih lebih besar dari aplikasi perpesanan (1,97 miliar, setara dengan 27 persen penduduk dunia).

Meski punya pengikut lebih banyak, namun pengguna aktif media sosial masih kalah dibanding aplikasi perpesanan. Berdasarkan laporan Business Insider pada September 2016, jumlah pengguna aktif dari empat aplikasi pesan terpopuler saat ini memiliki pengguna aktif bulanan lebih banyak dibandingkan empat jejaring sosial terpopuler.

angka dark social clickback|diagram

Meski demikian, pada beberapa negara, berbagi konten dengan media sosial menghasilkan clickback (klik umpan balik) yang lebih besar ketimbang Dark Social seperti terlihat pada diagram diatas. Namun, hal sebaliknya malah terjadi di Australia, di mana berbagi konten menggunakan Dark Social lebih efektif menghasilkan clickback ketimbang media sosial.

Meski demikian, secara global, efek clickback Dark Social memang belum sebesar media sosial. Namun dengan pertumbuhan pengguna perpesanan instan yang lebih pesat, maka Dark Social adalah saluran pemasaran yang patut diperhatikan berbagai pihak.

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; Sumber gambar: Marketing Fact)

The post Mengintip Fenomena Dark Social vs Media Sosial, Mana Lebih Efektif? appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini