Home
/
Film

Film Presenter TV Bunuh Diri 'Christine' Siap Tayang

Film Presenter TV Bunuh Diri 'Christine' Siap Tayang

Alung Adcha27 January 2016
Bagikan :
Pagi itu, 15 Juli 1974, Christine Chubbuck pergi kerja seperti biasa. Tangannya memegang setumpuk kertas, naskah yang ia susun sendiri.

Kepada para koleganya, perempuan itu mengaku akan memberikan tayangan ekstra di awal acara berita 'Suncoast Digest' yang dipandunya di stasiun televisi WXLT Channel 40 yang bermarkas di Sarasota, Florida. Demikian dikabarkan Washington Post pada 1974.

Duduk di kursi pembawa berita, Christine Chubbuck merapikan rambut hitamnya yang panjang, menyelipkan helaian itu ke belakang telinga. Lalu, ia menelan ludah, mengatupkan bibir atas dan bawah, sementara tangan kirinya membuka halaman naskah selanjutnya.

Perlahan ia membaca, "Sesuai dengan kebijakan Channel 40, untuk menyampaikan pada Anda kabar terbaru tentang..." -- Christine menghentikan kalimatnya sejenak, lalu menatap langsung ke kamera, tersenyum, dan melanjutkan narasi -- "...berita berdarah-darah, seru, dan penuh warna. Pemirsa sekalian akan melihat untuk kali pertamanya: sebuah percobaan bunuh diri."

Lalu, tanpa disangka, Christine meraih pistol berkaliber 38 yang ia taruh di dalam kantong belanjaan yang diletakkan di bawah meja. Kemudian mengarahkan moncong senjata tersebut ke belakang telinga dan menarik pelatuknya.

Itu semua dilakukannya di tengah siaran langsung.

Semua orang yang kala itu berada di studio hanya bisa diam. Membeku. Awalnya, mereka berpikir itu hanya gurauan.

Sebuah postingan di Reddit menyebut, petugas ruang kontrol yang sigap langsung menghitamkan layar kaca, sebelum para penonton sempat menyaksikan adegan dramatis sekaligus mengerikan itu.

Sesaat kemudian, jurnalis lain mengambil alih acara dan mengumumkan bahwa Christine dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

Perempuan itu meninggal 14 jam kemudian. Dalam usia 29 tahun.

Christine Chubbuck menciptakan sejarah. Bunuh diri yang ia lakukan adalah yang pertama dalam tayangan langsung di televisi di Amerika Serikat.

Sejarah yang mengerikan...

046928200_1453813075-20160126-Christine_Chubbuck2
Preview


Fakta Mengerikan

Lantas, apa yang membuatnya nekat?

Menurut Sarasota Herald Tribune, Christine Chubbuck diduga menyimpan 'kebencian' pada stasiun televisi tempatnya bekerja -- yang dianggap memiliki kecenderungan fokus pada cerita-cerita bombastis yang berdarah-darah demi rating.

Versi lain menyebut, ketidaksetujuannya itu diperparah dengan dugaan frustasi -- akibat tak kunjung menikah.

Yang bikin merinding, Christine menuliskan secara detil soal bunuh dirinya. Dalam sudut pandang orang ketiga. Ia bahkan 'meramalkan' bahwa ia akan dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi sekarat.

Keluarganya kemudian mengakui, Christine mengalami depresi dan cenderung melakukan bunuh diri. Sang ibu yakin, tekanan yang dialami putrinya karena kurangnya hubungan dengan lawan jenis.

Saat usianya nyaris 30 tahun, konon Christine masih perawan dan hanya pernah pacaran 2 kali sepanjang hidupnya.

Namun, saudaranya, Greg mengatakan, kakaknya beberapa kali berkencan dengan pria. Meski demikian, ia mengakui, Christine bermasalah dalam hubungan sosial.

Apalagi, ovarium kanannya diangkat dalam operasi tahun sebelumnya. Jika tak hamil dalam waktu 2 atau 3 tahun pascaoperasi, maka Christine divonis tak bisa mengandung selamanya.

Setelah meninggal dunia, jasad Christine dikremasi. Abunya kemudian ditabur di Teluk Meksiko.

Kini, tak banyak orang yang mengetahui insiden yang menimpa Christine Chubbuck. Kisahnya terlupakan, ditelan zaman.

Namun, baru-baru ini tragedi yang menimpa sang jurnalis 'dihidupkan' kembali lewat film. Seperti dikutip dari Daily Mail, film berjudul 'Christine' tayang perdana dalam Sundance Film Festival di Utah.

Aktis Hollywood asal Inggris Rebecca Hall menjadi pemeran Christine.

Sang sutradara, Antonio Campus punya maksud menghidupkan kembali kenangan tentang Christine Chubbuck. Yakni, untuk membangkitkan kesadaran tentang gangguan mental langka yang mungkin jadi penyebab pembawa berita tersebut memilih mengakhiri hidupnya di depan ribuan pemirsa.

Rebecca Hall mengungkapkan, Christine diduga mengalami Borderline Personality Depressive. "Yang sulit didiagnosis, tak mudah ditangani, dan penderitanya cenderung disisihkan dan dianggap remeh, misalnya dengan kata-kata 'Kau orang yang sulit dipahami' atau bahkan 'Kamu perempuan aneh'."

Film tersebut, kata Hall, berusaha melihat tragedi itu dari sudut pandang Christine: seorang perempuan yang kelihatan baik-baik saja dari luar namun jiwanya -- yang merasa kosong-- berontak menjerit minta tolong.

Christine bahkan tak memahami apa yang terjadi pada dirinya. Ia tak tahu harus melakukan apa. Perempuan yang selalu jadi sorotan kamera, dianggap glamor pada eranya karena sering tampil di televisi, merasa terasing.

"Film ini adalah upaya sekelompok orang untuk membantu dan berupaya mengulurkan tangan pada 'Christine-Christine' lain," kata Hall.

Sumber: Liputan6

BACA JUGA



populerRelated Article