icon-category Sport

Frank de Boer dan Doctor Strange

  • 29 Oct 2016 WIB
Bagikan :
alt-img

Pembaca, apa acara kalian pada akhir pekan ini? Kalau saya, selain tentu saja menikmati tayangan-tayangan olahraga di layar televisi, juga berencana menonton film Doctor Strange. Film tentang superhero penyihir yang menjadi bagian dari Marvel Cinematic Universe.

Doctor Strange aslinya adalah dokter ahli bedah brilian bernama Stephen Strange. Sepanjang hidupnya, Strange hanya percaya hal-hal fisikal yang bisa dibuktikan dengan akal sehat.

Namun, dia mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan fungsi tangan sehingga tidak bisa lagi mengoperasi pasien dengan benar. Strange kemudian mencoba mencari cara supaya sembuh.

Pencarian itu membawanya sampai ke dunia sihir, dunia yang sebelumnya sama sekali tidak diakuinya eksis. Tetapi, Ancient One, figur yang menjadi mentor Strange, membuatnya percaya.

Ancient One berniat membentuk Strange menjadi penerusnya, penyihir super yang bertugas melindungi bumi dari penjahat-penjahat mistis. Persoalan selanjutnya muncul.

Bagaimana Strange bisa mempelajari hal yang benar-benar baru bagi dirinya itu? Saya mengutip adegan di trailer film tersebut.

"Bagaimana saya bisa mencapai level penyihir seperti itu?" begitu tanya Strange kepada Ancient One.

Sang guru balik bertanya: "Bagaimana kamu menjadi dokter?"

Strange menjawab: "Belajar dan berlatih selama bertahun-tahun."

Ancient One hanya tersenyum sambil sedikit mengangguk. Strange sudah menjawab pertanyaannya sendiri.

Dunia sihir, dunia yang benar-benar baru buat dirinya itu, bisa dipelajari dan dikuasai asal Strange diberi waktu.

Seiring berjalannya waktu, Strange sukses menjadi Sorcerer Supreme.

Dari orang yang tidak tahu apa-apa soal dunia sihir, Doctor Strange saya yakini akan menjadi sebuah elemen terpenting The Avengers dalam melawan bahaya terbesar yang kelak bakal dihadapi Bumi.

Waktu bisa membuat seseorang menjadi hebat. Hal itu tentu juga berlaku buat Frank de Boer. Pelatih asal Belanda ini sedang dalam sorotan.

Ketika tulisan ini disimak pembaca, De Boer terus disebut bakal dipecat.

Dia dianggap gagal menangani Inter dengan I Nerazzurri tampak kepayahan di Serie A maupun Liga Europa.

Buat saya, dipecat ataupun tidak, perlakuan terhadap De Boer sangat tidak adil. Tidak sepantasnya saat ini dia dianggap gagal.

De Boer adalah pelatih yang baru kali ini merasakan berkarier di Serie A. Sebelumnya, dia tidak tahu apaapa soal melatih klub Liga Italia, yang sudah kondang dipenuhi tetek-bengek soal taktik.

De Boer datang sebagai solusi darurat Inter, yang tiba-tiba ditinggal Roberto Mancini. Otomatis, dia juga bisa dibilang tidak mempunyai masa aklimatisasi di pramusim yang ideal.

Dengan kondisi seperti itu, bagaimana mungkin kemudian dia dianggap gagal ketika kompetisi bahkan belum genap seperempat jalan?

Bagaimana mungkin De Boer dihakimi sedemikian rupa sementara pelatih top Italia macam Carlo Ancelotti pun membutuhkan waktu sekitar delapan tahun untuk meraih scudetto pertama?

Waktu boleh jadi akan membentuk De Boer menjadi pelatih jempolan yang bisa membawa Inter berjaya.

De Boer jelas punya kemampuan untuk belajar. Buktinya, dia bisa sukses di Eredivisie bersama Ajax Amsterdam.

De Boer bisa sukses cepat di Ajax karena dia sudah sangat mengenal Liga Belanda.

De Boer butuh waktu untuk menguasai sepak bola Italia, untuk mencoba mengatasi permasalahan yang dihadapi Inter. Tetapi, waktu itu tidak pernah dipunyainya. @dwiwidijatmiko

© Juara

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini