icon-category Technology

Grab Klaim Kecurangan di Platformnya Hanya 1% dari Total Transaksi

  • 13 Mar 2019 WIB
Bagikan :

Penyedia layanan on-demand Grab mengklaim tingkat kecurangan (fraud) di platformnya hanya 1% dari total transaksi. President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, perusahaan melakukan beragam cara untuk menurunkan kecurangan.

Ia menyadari, tingkat fraud di bidang layanan berbagi tumpangan (ride hailing) cukup marak di Indonesia. Berdasarkan survei Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) terhadap 516 mitra pengemudi taksi dan ojek online, 61% di antaranya mengetahui bahwa rekannya melakukan kecurangan pada 2018.

Berkaca dari survei tersebut, Grab melakukan beberapa langkah untuk menurunkan tingkat kecurangan. “Penurunan (tingkat kecurangan) ini karena kami mengembangkan sistem pengguna (user) dan prosedur keamanan kami,” ujar Ridzky saat konferensi pers di Plaza Kuningan, Jakarta, Rabu (13/2).

(Baca: Aplikasi Gojek Disebut Lebih Banyak Dicurangi Ketimbang Grab)

Head of User Trust at Grab Wui Ngiap Foo menambahkan, perusahaannya menganalisis jutaan data secara langsung (real-time) setiap harinya. Hal ini dilakukan guna mendeteksi pola kecurangan di platform Grab.

Dari kajian tersebut, Wui fokus mengatasi dua jenis kecurangan di platformnya. Pertama, penggunaan aplikasi lokasi palsu (fake GPS). Biasanya, mitra pengemudi menggunakan aplikasi yang dimodifikasi untuk memalsukan perilaku pengemudi dalam menyelesaikan perjalanannya di sistem Grab. Aplikasi ini diunduh di luar Google Play Store maupun Apple Store.

Kedua, penyalahgunaan insentif. Caranya, mitra pengemudi membuat beberapa akun penumpang Grab. Lalu, mitra pengemudi yang bersangkutan berpura-pura memesan layanan Grab dan diterima oleh dirinya. Alhasil, mitra tersebut seolah-olah melakukan banyak perjalanan yang dibayar secara tunai. Dengan begitu, mitra tersebut mendapatkan bonus karena mencapai target yang ditetapkan Grab.

(Baca: Bantah Riset Spire, Gojek dan Grab Sebut Aplikasinya Lebih Aman)

Wui menyampaikan, kecurangan seperti ini bisa menghilangkan kepercayaan pengguna. Selain itu, kecurangan ini menurunkan potensi penghasilan mitra pengemudi. Bagi Grab, tindakan ini menggangu integritas sistem dan mengurangi potensi pendapatan. “Kami terus memperbaiki sistem algoritma kami, supaya bisa mendeteksi kecurangan di platform kami dan segera memperbaikinya,” ujarnya.

Perangkat Anti-Kecurangan

Grab pun meluncurkan perangkat teknologi anti-kecurangan yang diberi nama Grab Defence. Perangkat ini merupakan platform yang terintegrasi dengan application programming interface (API) Grab dan memiliki tiga fitur utama. Pertama, Device and Network Inteligence Services atau layanan untuk mendeteksi pelaku kejahatan berdasarkan data dari perangkat pengguna.

KeduaEvent Risk Management Suite yang tersedia bagi mitranya. Mitra pengemudi Grab bisa menilai sistem keamanan mereka untuk menanggulangi kecurangan, dengan menggunakan fitur ini. KetigaEntity Intelligence Services yang merupakan kumpulan database  berupa nomor ponsel dan email yang sudah diidentifikasi. Data ini penting untuk memprediksi potensi pelaku kejahatan.

(Baca: INDEF: 81% Pengemudi Ojek Online Pernah Jadi Korban Order Fiktif)

Wui optimistis Grab Defence dapat digunakan oleh mitranya untuk menghadapi tindak kecurangan. “Kami ingin membantu (mitra pengemudi), supaya mereka tidak perlu mengalami kerugian berjuta-juta (akibat kecurangan),” ujarnya.

Adapun perangkat ini pertama kali diluncurkan di Indonesia. Bahkan, perangkat ini bisa digunakan oleh mitra strategis Grab seperti OVO dan Kudo pada Kuartal II. Perangkat ini akan diluncurkan di negara lain yang menjadi cakupan Grab dan di seluruh mitranya pada akhir 2019.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : Grab Aplikasi 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini