Hands-on Legion Go: Kontrolernya Lepas-Pasang, Lebih Oke dari ROG Ally
Uzone.id - Ada lagi ‘racun’ baru buat para gamer hardcore di Indonesia, yakni Legion Go. Konsol gaming handheld dari Lenovo ini dijual dengan harga Rp13,4 jutaan, dan Legion Go menawarkan spesifikasi lebih sangar dari Asus ROG Ally maupun Ayaneo Geek yang duluan dijual di Indonesia.
Konsol ini menawarkan beberapa kelebihan, seperti layar yang besar, prosesor AMD Ryzen Z1 Extreme, hingga kontroler yang bisa dilepas dan difungsikan layaknya sebuah mouse.Sama seperti dua kompetitornya, Legion Go juga sudah berjalan di sistem operasi Windows 11 yang berlapis user interface (UI) khusus bernama Legion Space.
Tim Uzone.id berkesempatan jajal langsung konsol Legion Go ini, dan berikut impresi lengkap kami, termasuk membahas tentang kelebihan dan kekurangan konsol gaming handheld Lenovo tersebut.
Paling unik sejauh ini
ROG Ally dan Ayaneo Geek punya dua kekurangan pada desainnya. Pertama, kontroler yang selalu ada meski gamer tidak membutuhkannya, misalkan saat gamer ingin bermain dengan mode touchscreen.
Kekurangan kedua, tak ada kickstand bawaan pada konsol. Gamer disediakan kickstand tambahan yang tersedia dalam paket penjualan.
Dua kekurangan tersebut mungkin menjadi ilham bagi Lenovo saat merancang Legion Go. Konsol ini punya kontroler yang bisa dilepas-pasang, dan memiliki kickstand di bagian belakangnya.
Ukuran Legion Go lebih besar dari dua konsol lainnya, maklum karena layarnya saja seluas 8,8 inci. Bodinya terbuat dari plastik dengan balutan warna hitam yang sangat mudah kotor terkena jejak tangan dan sidik jari, terutama pada bagian kontrolernya.
Secara keringkasan, kami memang lebih nyaman bermain di ROG Ally atau Ayaneo Geek dengan ukuran dimensi yang lebih kecil. Tapi, Lenovo punya solusi bagi gamer yang tak mau terus-terusan menggenggam Legion Go untuk bermain game favorit.
Lepas saja kontrolernya, otomatis kalian bisa main dalam mode touchscreen. Atau, buka kickstand di bodi belakangnya, letakkan Legion Go di atas meja, dan mainkan game dengan kontroler yang sudah terlepas dari layar.
Oiya, ini yang menarik. Lenovo menyertakan beberapa detail yang membuat kontroler Legion Go lebih sempurna dari dua pesaingnya.
Kontroler bagian kanan punya trackpad, sangat memudahkan untuk mengontrol kursor Windows 11 yang sulit dikendalikan menggunakan analog.
Kemudian saat kontroler dilepas, dapat difungsikan sebagai mouse untuk bermain game FPS, dimana terdapat scroll mirip seperti mouse gaming pada umumnya. Lenovo menyediakan adapter khusus agar kontroler kanan dapat digunakan sebagai ‘mouse dadakan’.
Oiya, jangan lupa aktifkan mode FPS pada bagian bawah mouse (atau kontroler kanan) sebelum bermain game FPS.
Dari segi port, Legion Go punya sepasang port USB-C, slot kartu microSD, dan jack audio 3,5 mm.
Layar luas dengan refresh rate tinggi
Ada plus minus dari layar Legion Go. Kelebihan layarnya, Legion Go sangatlah luas dengan ukuran 8,8 inci dan beresolusi QHD+.
Dengan aspek rasio 16:10 yang lebar, plus dukungan refresh rate 144Hz, membuat game apapun yang dimainkan gamer berjalan dengan lancar dan mulus, bahkan dalam adegan aksi paling intens sekalipun.
Tapi kurangnya, layar LCD dari konsol ini berasa kurang greget. Warnanya cerah, namun detailnya kurang.
Ditambah, Lenovo tak menyertakan lapisan anti-glare pada layar Legion Go, membuatnya mudah sekali kotor akibat jejak sidik jari yang menempel. Kalaupun harus dilap, kasih sedikit tekanan agar noda-noda minyak bisa terangkat.
Prosesor kencang, berjalan di Legion Space
Prosesor serupa dengan ROG Ally disematkan pada Legion Go, yakni AMD Ryzen Z1 Extreme yang memang dirancang khusus untuk konsol gaming handheld. System on chip (SoC) ini sudah dilengkapi dengan kartu grafis terintegrasi AMD RDNA.
Perangkat ini memiliki RAM hingga 16 GB LPDDR5X (7500 Mhz) dengan fleksibilitas manajemen daya yang memberikan performa gaming optimal dan waktu pemuatan yang lebih cepat.
Ditambah dengan PCIe Gen4 SSD hingga 1 TB dan slot microSD yang mendukung hingga 2 TB penyimpanan tambahan. Untuk menopang dayanya, Legion Go dibekali baterai berkapasitas 49,2 Wh yang mendukung Super Rapid Charge.
Konsol ini sudah berjalan di Windows 11, dimana UI yang digunakan adalah Legion Space. Sebenarnya bukan UI seperti Armoury Crate SE pada ROG Ally yang langsung aktif ketika konsol dinyalakan.
Legion Space lebih mirip aplikasi yang harus diklik untuk membukanya. Sebab, ketika konsol di-restart atau dinyalakan, layar utamanya menampilkan Windows 11 layaknya sebuah laptop.
Dengan Legion Space, kalian bisa mengakses daftar game yang sudah diinstall. Aplikasi ini juga dapat terhubung ke berbagai layanan game, seperti Xbox, Epic Games, Ubisoft Connect, Steam, GoG, dan lainnya.
Intinya, dengan OS Windows 11, perangkat ini bisa menjalankan game PC apapun dalam genggaman. Kalian juga bisa main game Android yang bisa di-download langsung via Microsoft Store.
Ada berbagai pengaturan yang tersedia di Legion Space, termasuk menyesuaikan mode kinerja perangkat, resolusi layar, refresh rate, hingga mapping kontroler.
Spesifikasi Lenovo Legion Go
Spesifikasi Legion Go | |
Dimensi |
40,7 x 298,83 x 131 mm, 640 gram (hanya layar) dan 854 gram (dengan kontroler) |
Prosesor |
AMD Ryzen Z1 Extreme |
OS |
Windows 11 Home, Legion Space |
RAM, memori |
16 GB LPDDR5X, 1 TB PCIe 4.0 NVMe M.2 SSD |
Layar |
LCD, 8,8 inci, QHD+, 144Hz, 16:10, 500 nits |
Baterai |
49,2 WHr, Super Rapid Charge Baterai kontroler: 900 mAh |
Audio |
Stereo speaker |
Port |
USB-C 4.0 (DisplayPort 1.4, Power Delivery 3.0) Slot microSD hingga 2 TB Jack audio 3,5 mm |