icon-category News

Harga Premium Turun Mulai Besok?

  • 30 Sep 2016 WIB
Bagikan :
alt-img

Mulai besok, Sabtu, 1 Oktober 2016, pemerintah berencana menurunkan harga bahan bakar minyak jenis Premium. Sementara harga solar kemungkinan akan naik.

Penurunan itu dilakukan karena turunnya harga minyak mentah dunia dan penguatan nilai tukar rupiah terhadal dolar Amerika Serikat. Nilai penurunannya diperkirakan sebesar Rp 300-500 per liter.

“Opsi-opsi perhitungannya sudah ada. Tapi masih menunggu keputusan final,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja.

Pemerintah akan menetapkan perubahan harga BBM jenis Premium, solar subsidi, dan minyak tanah bersubsidi pada 1 Oktober 2016. Evaluasi atas komponen penentu harga BBM telah dilakukankan hingga 25 September 2016 lalu.

Baca: Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya

Dari hasil evaluasi itu Dirjen Migas IGN Wiratmaja Puja menyatakan adanya kemungkinan perubahan harga pada dua jenis bahan bakar, yakni Premium dan solar.

"Rata-rata dari harga perolehan 3 bulan terakhir, Premium mengalami penurunan dan solar mengalami kenaikan," kata Wiratmaja saat dihubungi, Senin, 26 September 2016. Meski, menurut dia, perubahan harga itu tak akan melebihi Rp 500 per liter.

Bagaimanapun, hasil evaluasi tersebut akan disampaikan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Luhut Binsar Pandjaitan. Ada tidaknya perubahan harga sepenuhnya berada di tangan pemerintah. "Harga nanti kita diskusikan dulu ke Pak menteri. Nanti kebijakannya seperti apa," ujarnya.

Wiratmaja menuturkan, ada tiga instrumen yang dicermatinya sebelum menghitung perubahan harga BBM yakni harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar serta besaran inflasi. Namun dia belum bisa membeberkan rincian ketiga instrumen tersebut.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan wacana harga baru Premium harus dilihat dari pergerakan harga minyak mentahnya. Dia menambahkan pihaknya belum memproyeksikan berapa penurunan harga minyak mentah dunia.

"Kalau dikaitkan dengan Premium, mengacu pada angka MOPS tiga bulan terakhir," kata Wianda saat ditemui di Restoran Tesate, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 29 September 2016.

Wianda melanjutkan, jika Dirjen Migas Kementerian Energi Wiratmaja mengatakan pada 1 Oktober akan ada perubahan harga Premium, berarti mengacu pada harga di Juli-September. "Semua mengacu ke formula harga yang disepakati pemerintah, ESDM, dan Komisi VII DPR RI."

Kalau Wiratmaja juga mengatakan kalau harga solar akan mengalami kenaikan, kata Wianda, dengan adanya kenaikan ini, berarti ada indeks harga gas and oil yang meningkat, sehingga ada kenaikan harga solar dari Rp 5.150 per liter.

Wianda menuturkan Premium sejak 1 Januari 2015 sudah tidak ada lagi subsidi dari pemerintah, namun untuk solar masih ada subsidi dari pemerintah. Subsidi itu sebesar Rp 500 per Juni 2016. "Dari Rp 1.000 turun ke Rp 500," ucap dia.

Khusus untuk Premium, menurut Wianda, Pertamina ingin pemerintah melihat kondisi saat ini yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat beralih ke BBM jenis Pertamax dan Pertalite. Karena itu, sebaiknya selisih ‎harga Premium tetap bersaing dengan kedua jenis BBM dengan kandungan oktan yang lebih tinggi tersebut.

“Walaupun, kami akan tetap memberikan semua pilihan tersebut untuk masyarakat, sesuai penugasan pemerintah” ujar Wianda pada kesempatan berbeda.

Wianda menyebutkan saat ini, konsumsi Pertalite dan Pertamax telah mencapai kisaran 30 persen dari total konsumsi bensin secara nasional. Pada akhir tahun nanti diperkirakan konsumsi pertalite dan pertamax mencapai 40-50 persen. Sebaliknya, konsumsi Premium turun dari 90-80 persen menjadi 60-70 persen dalam enam bulan terakhir.

PINGIT ARIA |  DIKO OKTORA | GRACE

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini