icon-category Digilife

Hari Valentine Akan Tiba, Ini Tips Hindari Penipuan Percintaan Online

  • 10 Feb 2022 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Penipuan percintaan online mengalami peningkatan sejak 2020, terhitung ketika pandemi pertama kali melanda dunia.

Dengan aktivitas fisik yang terbatas, internet, khususnya platform media sosial, telah menyediakan koneksi penting bagi banyak orang.

Berdasarkan penelitian Kaspersky, ada lebih dari setengah (53 persen) pengguna media sosial di seluruh dunia banyak menggunakan jejaring sosial selama penguncian lokal dan nasional lebih daripada sebelumnya.

BACA JUGA: 7 Aplikasi Edit Foto Terbaik 2022, Foto Makin Apik dan Instagramable

Penelitian yang sama juga mengungkapkan 18 persen dari 1.007 orang dewasa yang disurvei untuk mewakili kawasan Asia Tenggara (SEA) menggunakan media sosial terutama untuk menemukan romansa dan mayoritas (76 persen) menegaskan bahwa media sosial telah memberi mereka koneksi penting selama darurat kesehatan global.

Selain itu, hampir seperempat (24 persen) responden di Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka telah membentuk kehidupan nyata, pertemanan langsung dengan orang-orang yang awalnya bertemu di media sosial, sementara 18 persen lainnya mengakui bahwa mereka berkencan dengan seseorang yang mereka temui di platform ini.

Namun, perkembangan pesat dalam upaya menemukan pasangan ini juga disertai dengan risiko emosional hingga finansial.

Pada tahun 2021, misalnya, lembaga penegak hukum dari Singapura dan Malaysia bekerja sama untuk melacak kelompok yang mengkhususkan diri dalam penipuan percintaan (romance scams).

Sindikat itu diduga berada di balik setidaknya delapan penipuan di kedua negara, termasuk kasus seorang wanita Singapura berusia 41 tahun yang akhirnya kehilangan total USD28.000.

Penelitian Kaspersky lainnya, “Mapping a secure path for the future of digital payments in APAC”,  mengungkapkan bahwa hampir satu dari dua (45 persen) di Asia Tenggara kehilangan uang karena penipuan percintaan online.

Sebagian besar insiden di sini hanya menelan biaya kurang dari USD100 (22 persen). Namun, perlu dicatat bahwa usia korban dan kisaran biaya penipuan percintaan tampaknya menunjukkan tumpang tindih.

Dengan kerugian kurang dari USD100, dua generasi tertua (Baby Boomer dan Silent Generation) mencatat persentase tertinggi, keduanya sebesar 33 persen.

Kelompok usia paling senior, di sisi lain, mengalami kerugian paling banyak dengan hampir dua di antara lima dari mereka mengaku kehilangan USD5.000-10.000 dari penipuan percintaan online.

BACA JUGA: Ka’Bah di Metaverse, Bisa Buat Wisata dan Manasik Haji

Terakhir, sebagian kecil (8 persen) dari Gen Z mengatakan para penjahat dunia maya telah menyebabkan kerugian hingga lebih dari USD10.000 atas ancaman online terkait percintaan kepada mereka.

Chris Connell, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, mengatakan bahwa ketika kita masih muda, kita cenderung lebih ingin tahu dan mungkin sedikit ceroboh. Ketika kita beranjak lebih dewasa, kita memiliki banyak waktu dan kesempatan.

"Selain itu juga biasanya, sejumlah tabungan pada rekening bank kita sebagai bentuk persiapan. Para penipu online dan pelaku kejahatan siber mengetahui kenyataan tersebut, serta kecenderungan manusia atas perasaan kesepian dan mendambakan kebersamaan ketika mengalami kesendirian terutama seperti masa penguncian sosial saat ini” kata Chris Connell menyampaikan kepada Uzone.id melalui email, Kamis (10/2/2022).

Terlepas dari platform atau aplikasi apa pun, simak tanda-tanda peringatan penipuan kencan online yang meliputi:

  • Demonstrasi emosi yang kuat dalam waktu yang sangat singkat.
  • Perpindahan cepat dari situs atau aplikasi kencan ke saluran pribadi.
  • Penipu mengajukan banyak pertanyaan tentang diri kamu. Ini karena semakin mereka tahu tentang kamu, semakin mudah kamu untuk dimanipulasi.
  • Cerita yang tidak konsisten. Scammers terkadang beroperasi dalam tim, dengan orang yang berbeda bersembunyi di balik satu identitas. Maka, ketika seseorang yang kamu ajak berinteraksi tampak tidak konsisten, kamu patut mencurigainya.
  • Mereka tidak memiliki jejak digital. Sementara beberapa orang tidak menggunakan media sosial dan mencoba meminimalkan jumlah informasi pribadi tentang mereka di internet, bisa jadi mencurigakan jika kamu tidak dapat menemukan jejak seseorang secara online.
  • Tidak ada panggilan video atau pertemuan tatap muka. Para korban umumnya melaporkan bahwa orang lain terus menerus membuat alasan untuk menghindari kamera. Alasan yang jelas adalah bahwa mereka tidak terlihat seperti orang di foto profil mereka. Mereka juga ingin menghindari identifikasi untuk mencegah dilacak setelahnya.
  • Permintaan uang berdasarkan kesulitan pribadi—misalnya, untuk kerabat yang sakit atau bisnis yang gagal.

Bagaimana menghindari penipuan kencan online? Menghindari penipuan terkait percintaan berarti hati-hati meneliti hubungan online yang berkembang terlalu cepat. Beberapa cara untuk melindungi perasaan dan uang kamu tetap aman, sebagai berikut:

  • Saat menggunakan situs media sosial, jangan terima permintaan pertemanan dari orang yang tidak kamu kenal.
  • Hindari mengungkapkan terlalu banyak informasi pribadi dalam profil kencan atau kepada seseorang yang hanya mengobrol dengan kamu secara online.
  • Lakukan segala hal secara perlahan. Ajukan pertanyaan kepada calon mitra kamu dan waspadai ketidak-konsistenan yang mungkin mereka tunjukkan.
  • Gunakan situs kencan terkemuka dan tetap berkomunikasi melalui layanan pesan mereka. Penipu online ingin kamu beralih ke teks, media sosial, atau telepon dengan cepat, jadi tidak ada bukti di situs kencan bahwa mereka meminta uang kepada kamu.
  • Jangan pernah memberikan uang kepada seseorang kecuali kamu juga memiliki hubungan dengan mereka secara offline.
  • Jika kamu berkencan dengan seseorang di luar dunia maya, pastikan untuk memberi tahu orang-orang dalam hidup Anda, sebagai perlindungan utama.

Metodologi Penelitian

Laporan Kaspersky “Mapping a digitally secure path for the future of payments in APAC” mempelajari tentang interaksi kita dengan pembayaran online.

Studi ini dilakukan oleh lembaga penelitian YouGov di wilayah utama di Asia Pasifik, termasuk Australia, Cina, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam (10 negara).

Tanggapan survei dikumpulkan pada Juli 2021 dengan total 1.618 responden yang disurvei di seluruh negara yang disebutkan.

Responden berkisar antara 18-65 tahun, yang seluruhnya merupakan pekerja profesional dan pengguna pembayaran digital.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini