Home
/
Health

Haru, Orangtua Mendengarkan Detak Jantung Anaknya yang Meninggal

Haru, Orangtua Mendengarkan Detak Jantung Anaknya yang Meninggal
Chaerunnisa16 September 2017
Bagikan :

Semua orangtua akan sedih ditinggal anak untuk selamanya. Semua kenangan tentang anak pasti tidak akan mudah dilupakan begitu saja, seperti yang dialami orangtua Carmen Mark.

Orangtua siswi keperawatan berusia 18 tahun yang meninggal karena ruptur arteri di otaknya di Singapura, dua tahun lalu, pada Jumat 15 September, itu kembali "mendengar" detak jantung anak perempuan mereka lagi.

Saat itu, adalah momen emosional bagi ayah Carmen, Mark Kok Wah (46), dan istrinya Ariess Tan (43), ketika mereka dipresentasikan rekaman jantung Carmen yang berdetak di Serene Lee Singapura. Organ Carmen telah disumbangkan setelah dia meninggal, dan hatinya telah didonorkan kepada perempuan bernama Lee (37), yang menderita gagal jantung pada saat itu.

Tan, seorang konsultan keuangan, menangis tersedu-sedu, sementara Mark, seorang ahli konstruksi spesialis, berkata, "Saya selalu tahu Carmen masih hidup."

Lee (37), pasien gagal jantung, telah menerima jantung Carmen setelah mahasiswa Politeknik Nanyang itu meninggal tiba-tiba pada tanggal 28 Juli di tahun 2015.

Orangtua Carmen memberikan persetujuan untuk menyumbangkan organ-organ tubuh putri mereka berdasarkan Undang-Undang Medis (Terapi, Pendidikan dan Penelitian Singapura). Jantung, hati, ginjal dan pankreas Carmen kini berada di tubuh empat pasien.

Baru-baru ini, pada 4 Agustus, setelah ulang tahun kematian Carmen yang kedua, Lee menghubungi Mark lewat Facebooknya setelah melihat postinganya tentang keinginan untuk mendengar detak jantung putrinya lagi.

Dia memperkenalkan diri, dan bertanya apakah dia bisa mengunjunginya dan istrinya di Penang tempat mereka tinggal. Lee mengatakan, dia akan membawa stetoskop kepadanya untuk memenuhi keinginannya.

Meskipun nama donornya tetap anonim, Lee yang bekerja paruh waktu sebagai asisten klinik, telah menghubungi dan melacak pasangan tersebut setelah membaca tentang kematian Carmen.

Awal pekan ini, The Straits Times melaporkan tentang reuni yang akan datang antara orangtua Ibunda Lee dan ibunda Carmen, yang berlangsung pada Jumat sore.

Setelah laporan tersebut, perusahaan peralatan medis Cobs menawarkan kedua belah pihak menggunakan stetoskop elektronik yang mampu merekam detak jantung seseorang.

Perwakilan Cobs mengungkapkan, berkas yang direkam akan menjadi kenang-kenangan yang baik bagi orangtua Carmen, karena dapat dikirim melalui e-mail atau pesan instan ke berbagai perangkat, seperti komputer atau smartphone.

"Meskipun waktu saya bersamanya tidak lama, hanya sekitar enam tahun, dia adalah salah satu orang paling baik dan paling ramah yang saya kenal," kata Tan, ibunda Carmen, yang menangis saat mendengar rekaman tersebut.

Tan telah menikahi Mark sekitar enam tahun yang lalu. Ibu kandung Carmen telah meninggalkan keluarganya saat Carmen berusia sekitar tiga tahun.

Detak jantung Lee direkam di rumahnya pada hari Selasa, dan dipandu kepada orangtua Carmen pada hari Jumat pagi, menjelang kedatangan dirinya.

Meski Carmen sudah meninggal selama dua tahun, kehadirannya masih terasa di rumah orang tuanya di Taman Hutchings di Penang, Malaysia. Sepasang sepatu favoritnya, sepasang sepatu bot Toms warna pucat, masih tersusun rapi di luar pintu. Ukelele Carmen, serta foto-fotonya yang tersenyum dengan teman dan keluarga, masih berjajar menghiasi konsol meja.

Ketika akhirnya bertemu dengan Tan pada hari Jumat siang, keduanya mulai bercerita dan saling berpelukan. Selain dengan Mark dan Tan, Lee juga bertemu nenek dan kakek Carmen.

Nenek Carmen, Lee See Ngor (73), mengatakan kepada wartawan Singapura setelah konferensi pers bahwa dia awalnya keberatan dengan sumbangan organ Carmen karena dia sedih cucunya telah meninggal.

"Tapi sekarang, melihat Serene, saya merasa senang. Teman-teman saya mengatakan kepada saya bahwa ada baiknya untuk membantu orang lain. Saya merasa telah mendapatkan cucu perempuan," kata pensiunan pekerja itu yang mengucapkan terima kasih kepada Lee atas pertemuuan mereka.

"Saya benar-benar merasa Carmen telah pulang, saya tidak berpikir saya bisa memasak hari ini, tapi akhir pekan ini, saya sudah menyiapkan menu untuk memasak untuk Serene, seperti iga babi dan masakan musim semi Vietnam. Dia dan Carmen memiliki selera makan yang sama," ujar Tan soal reuni tersebut.

"Senang saya telah memenuhi apa yang telah menarik-narik hatiku. Senang bisa membawanya pulang dan membiarkan orangtuanya mendengar detak jantungnya," kata Lee. (Straitstimes)

populerRelated Article