icon-category News

Heboh Gelombang Kedua Pokémania

  • 23 Jul 2016 WIB
Bagikan :
alt-img |

Dunia dilanda demam Pokémon Go. Berjuta-juta orang sibuk berburu monster-monster imut yang disebut Pokémon; di jalanan, meja kantor, rumah sakit, bahkan kamar mandi. Termasuk seleb Amerika seperti John Mayer, Ellen DeGeneres, Mario Lopez, Josh Groban, dan Demi Lovato. Apa yang membuat Pokémon Go digilai?

Pokémon menguasai dunia tak kali ini saja. Pada 1996, Nintendo merilis gim Pokémon Red and Blue. Gim ini dimainkan melalu konsol handheld Game Boy Color. Inti permainan ini, pemain menangkap monster Pokémon berbentuk tikus, naga, dan sebagainya.

Disambut meriah, Nintendo merilis Pokémon Yellow: Special Pikachu Edition pada 1998 dan Pokémon Gold and Silver setahun kemudian. Dua permainan ini membuat popularitas Pokémon semakin membubung. Diperkirakan 300 juta kopi gim Pokémon terjual di kurun waktu itu.

Fenomena Pokémon semakin menjadi-jadi setelah gim ini dibuatkan serial animasi, trading cards, dan pernak-pernik seperti kaus, mainan, dan permen. Di era itu muncul istilah Pokémania, menggambarkan kegilaan orang terhadap monster-monster berbagai bentuk dan warna ini.

Seiring waktu, kejayaan Pokémon mulai memudar. Gim ini tetap punya banyak peminat, tapi tak lagi menjadi fenomena kultural. Sampai versi Android dan iOS gim ini diluncurkan awal Juli lalu.

Hanya dalam beberapa jam setelah perilisannya di Amerika Serikat pada 6 Juli lalu, gim ini telah diunduh jutaan kali di Google Play dan Apple App Store. Pokémon Go menjadi viral. Dunia maya—dan nyata—heboh oleh gim ini. Seminggu setelah rilis, di AS saja, gim ini telah diunduh 15 juta kali.

Semula, Nintendo dan Niantic Labs—pengembang gim ini—berencana merilis Pokémon Go secara bertahap. Setelah Australia dan Amerika pada 6 Juli, gim ini dirilis di Kanada, Amerika Selatan, Eropa, dan berlanjut ke Asia. Namun karena tak sabar menunggu dan penasaran, banyak gamer yang tinggal di negara yang belum disinggahi Pokémon Go—termasuk Indonesia—mengunduhnya secara ilegal.

Akibatnya, pengguna gim ini membeludak. Ujung-ujungnya, Pokémon Go beberapa kali mengalami crash karena server yang digunakan down.

“Ada orang dalam jumlah besar yang memainkan gim ini berbarengan. Jumlahnya ratusan persen dari yang kami perkirakan. Akhirnya, server kami pun mengalami turun-naik,” kata John Hanke, CEO Niantic Labs.

(bin/gur)

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini