Ibrahimovic: Bukan Rahasia Lagi Bahwa Milan Menyukai Saya
-
Zlatan Ibrahimovic mendekat ke AC Milan. Apakah rumor itu akan menjadi kenyataan atau menguap begitu saja pada akhirnya, tidak ada yang tahu--termasuk Ibra sendiri. Namun, bila ada satu hal yang diketahui dengan pasti oleh Ibra, maka itu adalah Milan menyukainya.
Secara teknis, Ibra sudah membela Milan sejak 2010. Hanya, kala itu ia masih berstatus sebagai pemain pinjaman dari Barcelona. Baru pada 2011, ia dipermanenkan oleh Rossoneri. Ibra tidak membutuhkan waktu lama untuk melebur bersama skuat Milan.Bersama Milan asuhan Massimiliano Allegri ia menjadi mesin gol. Di Serie A dan Liga Champions saja, ia mempersembahkan 51 gol untuk Milan dalam dua musim. Tersudut oleh situasi finansial, Milan melepas Ibra pada 2012. Ibra tidak menjadi satu-satunya pemain bintang yang dilepas. Di masa itu, Milan mengalami eksodus pemain besar-besar. Maka, dimulailah masa degradasi performa Milan dalam level yang baru.
"Ada ketertarikan untuk pindah. Tapi, saya akan baik-baik saja kalau harus menghabiskan satu tahun lagi di LA. Ya, bukan rahasia lagi bahwa Milan menyukai saya. Selama dua tahun saya memiliki musim yang luar biasa. Sebenarnya, waktu itu saya tidak mau pindah, tapi mereka memaksa saya untuk hengkang ke Paris," jelas Ibra, dilansir Football Italia.
"Kami memenangi banyak hal dan bukan sekadar pertandingan. Saya melesat menjadi topskorer di klub besar dengan atmosfer menakjubkan, apalagi para penggawa senior juga masih ada di sana. Tim itu dibangun oleh sekelompok pemain yang luar biasa. Saya beruntung bisa bermain dan menang bersama mereka. Saya juga paham apa arti kemenangan di Italia sana. Kemenangan adalah segalanya."
Bersama Milan, Ibra memang hanya menjuarai dua gelar: scudetto 2010/11 dan Piala Super Italia 2011. Namun, di matanya, Milan adalah klub berbeda. Mereka menjadi satu-satunya klub di Italia yang membuat Ibra tersenyum. Membaca ulang buku pertama pemain asal Swedia ini, maka kita akan menemukan seperti apa hubungannya yang buruk dengan Barcelona, terutama dengan pelatihnya saat itu, Josep Guardiola.
Dalam buku yang berjudul 'I am Zlatan' itu, Ibra menjelaskan bahwa kepelatihan Guardiola membuat kebebasannya sebagai pemain terenggut. Maka, kedatangannya ke Milan menghapus semua kemarahan dan hal-hal tak menyenangkan yang sudah diperamnya selama dua musim di Camp Nou.
"Saya bermain untuk tiga klub berbeda di Italia: Juventus, Milan, dan Inter. Milan memperlakukan saya dengan baik. Saya datang dari Barcelona, tempat yang memberikan saya begitu banyak pengalaman menyedihkan. Tapi, Milan mengembalikan senyuman (kegembiraan -red) saya. Saya ingin membalas mereka," ucap pemain yang menjadi pencetak gol terbanyak kedua di LA Galaxy pada 2018 ini.
"Untuk sekarang, saya belum mau berkata tidak atau ya soal tawaran itu. Kita lihat saja nanti. (Gennaro) Gattuso adalah pemain hebat. Saya mengenalnya seperti itu. Kini, saya tahu ia menjadi pelatih hebat. Waktu saya menonton pertandingan Milan, saya melihat bagaimana para pemain mencintainya. Memenangi laga bersama orang seperti Gattuso berarti menjalani waktu yang luar biasa. Saya berkata begini karena sudah mengalaminya sendiri. Saya meraih scudetto dan gelar juara Piala Super Italia bersamanya (sebagai pemain -red). Benar-benar waktu yang menyenangkan," jelas Ibra.