Waspada! Indonesia Diserang Penyakit Demam Keong
Bupati Poso Darmin Agustinus Sigilipu mengharapkan Kementerian Kesehatan meniru pola yang diterapkan Pemerintah Negara Tiongkok untuk memberantas penyakit schistosomiasis (demam keong) yang masih mengancam warga Poso dan Sigi, Sulawesi Tengah.
"Keberhasilan Tiongkok memberantas schistosomiasis karena dukungan kuat dari seluruh instansi mulai dari pusat hingga desa dengan mendirikan Kantor Departemen Khusus Institut Nasional Penyakit Parasit dan Pengendalian (NIPD) Schistosomiasis," kata Darmin yang dihubungi di Poso, Senin (14/8).Bupati Poso Darmin Sigilipu yang baru kembali dari Tiongkok untuk mempelajari cara pemberantasan penyakit keong tersebut menyebutkan bahwa pada 1950, penduduk Tiongkok yang terpapar schisto mencapai 30 juta jiwa yang tersebar di 12 propinsi namun saat ini sudah mendekati nol.
"Hasil study lapangan di Tiongkok atas undangan WHO, kami melihat ada departemen khusus untuk menangani schistosomiasis itu sehingga mereka berhasil mendekati zero," ujarnya.
Sebelumnya selama sepekan, bupati yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan, PU, Dinas Pertanian dan Peternakan serta Kepala Bapeda mengunjungi Tiongkok untuk melihat dari dekat program dan implementasi pemberantasan schisto.
Departemen itu, menurut Darmin, melibatkan semua instansi hingga ke desa-desa yang terkena penyakit schistosomiasis dengan anggaran yang banyak.
Sementara untuk Indonesia, khususnya Kabupaten Poso, penanganannya masih bersifat sektoral hanya melalui Dinas Kesehatan.
Menurut dia, pembentukkan departemen khusus seperti di Tiongkok itu telah diusulkannya kepada kementerian kesehatan. Dirinya berharap ke depan pemberantasan schistosomiasis bisa menerapkan cara yang dilakukan negara Tirai Bambu itu.
"Ke depan kami akan melakukan seperti di Tiongkok, dan saat di Tiongkok saya sudah mengusulkan kepada kementerian kesehatan agar mendirikan departemen khusus yang menangani pemberantasan schisto di Sulteng," katanya.
Kadis Kesehatan Poso dr Taufan Karwur mengatakan bahwa hal yang bisa ditiru dari Tiongkok dalam memerantas penyakit schisto adalah keterpaduan seluruh Intansi. Jika penanganannya hanya oleh Dinas Kesehatan saja, dipastikan tidak dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit, katanya.
Selama ini, katanya, pemberantasan hanya dengan pemberian obat schistosomiasis kepada pasien padahal yang juga harus diberantas adalah tempat hidup cacing keong pembawa schistosoma di air yang lembab dan tergenang yang tidak terkena sinar matahari.
Kalau di Tiongkok, kata Taufan, mereka menggunakan penyemprotan molluscicide (racun pembunuh keong).
"Saat ini sudah terdapat 500 fokus habitat schistosomiasis yang tersebar di dataran Bada dan Napu, Kabupaten Poso," ujarnya.
Sementara Kadis Pertanian dan Peternakan Herningsi Tampai mengatakan bahwa di China, semua lokasi yang terkena fokus habitat keong dibanguni jaringan irigasi tersier, lahan pertanian, dan binatang ternak dan liar seperti tikus dilakukan pengambilan sample kotoran.
Sebab katanya, penyebaran penyakit dapat melalui kotoran hewan yang sempat lama di lokasi fokus dan menyebar kepada manusia melalui lubang pori.
Ke depan, katanya, Dinas Pertanian akan membangun jaringan irigasi di lokasi fokus agar tidak ada air yang tergenang dan akan menanam tanaman kopi dan kakao sehingga lokasi hutan hidupnya schistosomiasis akan terbuka dan kena sinar matahari.
Sedangkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Faidul Keteng mengatakan sesuai dengan pola pemberantasan schistosomiasis di Tiongkok, semua desa-desa yang terkena fokus schistosomiasis dibagun irigasi sekunder yang lebih besar dengan saluran tersier.
Selain itu di lokasi fokus schistosomiasis dibangun jalan untuk memudahkan akses kendaraan roda empat untuk mempermudah petugas kesehatan mengamati dan meninjau lokasi itu. Selain itu semua desa yang kena penyakit itu diberikan bantuan MCK sehingga kotoran tidak menyebar ke tempat lain atau menular ke makhluk hidup.