Indra Rudiansyah, Mahasiswa Indonesia yang Terlibat Pembuatan Vaksin AstraZeneca
-
Indra Rudiansyah (Foto: Instagram)
Uzone.id - Sosok Dame Sarah Catherine Gilbert (59) jadi viral di media sosial setelah sebuah video yang memperlihatkan dirinya tengah disorot kamera ketika duduk di antara penonton pertandingan tenis di Wimbledon, Inggris.Sarah Gilbert merupakah seorang ahli vaksinasi berkewarganegaraan Inggris. Dia juga seorang profesor Vaksinologi di Universitas Oxford dan salah satu pendiri Vaccitech.
Sarah Gilbert spesialis dalam pengembangan vaksin melawan influenza dan patogen virus. Dia juga menjadi pemimpin dalam pengembangan dan pengujian vaksin influenza, yang menjalani uji klinis pada tahun 2011.
Tanggal 30 Desember 2020, vaksin Covid-19 Oxford–AstraZeneca atau AstraZeneca yang dikembangkan Sarah bersama dengan Vaksin Oxford Grup telah disetujui untuk digunakan di Britania Raya.
BACA JUGA: 5 Ciri Online Shop Penipu di Instagram Menurut Siber Polri
Vaksin AstraZeneca pun digunakan oleh Indonesia dalam memerangi Covid-19.
Sosok indra Rudiansyah
Namun, siapa sangka ada sosok orang Indonesia dalam proses pengembangan vaksin AstraZeneca. Dia adalah Indra Rudiansyah, lulusan Institute Teknologi Bandung (ITB), yang kini mengemban pendidikan di D.Phil in Clinical Medicine, Jenner Institute, University of Oxford.
“Saya tentunya sangat bangga bisa tergabung dalam tim untuk uji klinis vaksin Covid-19 ini, meskipun ini bukan penelitian utama untuk thesis saya,” kata Indra Rudiansyah, dikutip Uzone.id dari Antara.
Melihat profil Indra Rudiansyah di situs web Linkedin, dia menulis "Pertama dan terpenting, saya memiliki antusiasme besar untuk biotek, bioproses, dan teknologi mutakhir seperti pengeditan genom dan biologi sintetik. Saya percaya bahwa teknologi ini dapat meningkatkan kualitas hidup, seperti dalam memerangi epidemi dan penyakit langka."
Selain itu, Indra Rudiansyah juga memiliki gelar di bidang mikrobiologi (B.Sc) dan Bioteknologi (M.Sc) yang memberinya keterampilan untuk bekerja dengan rekayasa genetika.
"Proyek besar pertama saya terkait rekayasa genetika adalah membangun sirkuit genetik untuk mendeteksi kontaminan aflatoksin dalam stok makanan. Proyek ini dipresentasikan dalam kompetisi International Genetic Engineering Machine (iGEM) 2013," kata dia.
Untuk pengalaman profesional pertama, Indra Rudiansyah diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses pengembangan dan penentuan CMC untuk rotavirus dan vaksin polio oral baru di Bio Farma, Indonesia.
"Pada tahun 2018, saya memulai Ph.D. di Jenner Institute University of Oxford dengan fokus utama pada perancangan dan pengembangan pra-klinis vaksin malaria pra-eritrositik menggunakan vektor virus," imbuhnya.
Awal mula ia direkrut oleh Sarah Gilbert adalah saat kondisi di mana kampus Oxford sedang sepi karena lockdown dan Indra Rudiansyah mendapati labnya sedang kekurangan orang untuk penelitian.
Meskipun Thesisnya lebih fokus kepada vaksin malaria, ia mengaku tergerak hatinya untuk mengamalkan pengetahuannya dalam studi kasus nyata pembuatan vaksin.
Profil
Naman: Indra Rudiansyah
Tanggal lahir: 1 September 1991
Penghargaan
Osler Awards - Nuffield Departement of Clinical Medicine (April 2020)
Pendidikan
Djarum Beasiswa Plus: Beswan Djarum 2011/2012
Institut Teknologi Bandung (ITB) - Bachelor of Science (BS) Microbiology, General - Cum Laude (2019 - 2013).
University of Oxford: Doctor of Philosophy - PhD Clinical Medicine (2018 - 2022)
Brasenose College: Graduate Student Clinical medicine (2018 - 2022).
Pengalaman
- D.Phil Mahasiswa Universitas Oxford: D.Phil mahasiswa Kedokteran Klinis, Pengembangan vaksin: menggunakan vektor virus untuk mengembangkan vaksin malaria pra-eritrositik (September 2018 - sampai sekarang)
- Product Development Specialist: Bio Farma - Indonesia: Pengembangan pra-klinis Rotavirus dan vaksin polio oral baru. Pengembangan proses, peningkatan produksi.