Ketika Pemecatan Indra Sjafri Dipertanyakan
Indra Sjafri dipecat. Ya, Anda tidak salah baca. Pria asal Sumatera Barat itu kini sudah bukan lagi pelatih Egy Maulana Vikri dkk. di Tim Nasional Indonesia U-19.
Kalau Anda terkejut, ya, silakan saja. Apalagi kalau Anda bertanya-tanya: “Apa lagi, sih, kurangnya Indra Sjafri?”Oke, jika melihat sepak terjangnya membesut "Garuda Nusantara", ia memang belum masuk kategori memuaskan. Namun, pencapaiannya dalam menemukan bakat-bakat di pelosok Indonesia juga tidak bisa ditepikan begitu saja.
Catatan yang paling kentara, tentu saja, menyoal gagalnya eks-Pelatih Bali United itu di ajang Piala AFF U-18 lalu dengan hanya berhasil mengantar Timnas U-19 mencapai peringkat ketiga. Padahal, federasi sepak bola Tanah Air, PSSI, mematok target juara di ajang tahunan Asia Tenggara tersebut.
Lantas hanya sebatas itu? Jawabannya masih abu-abu karena setelahnya PSSI malah sempat mengungkapkan akan memperpanjang masa bakti Indra yang berakhir Desember 2017 ini selama satu tahun ke depan. Indra (sempat) diproyeksikan untuk bisa menebus kegagalan di Piala AFF untuk bisa bisa menembus Piala Asia U-18.
Namun, kesepakatan lisan dengan Ketua Umum (Ketum) PSSI, Edy Rahmayadi, yang terlaksana pada 18 Oktober lalu nyatanya berputar 180 derajat. Sang Ketum disinyalir berubah pikiran setelah melihat hasil kurang memuaskan di ajang Kualifikasi Piala Asia U-18. Pada ajang tersebut, Timnas U-19 hanya mampu finis di peringkat ketiga grup, di bawah Korea Selatan U-19 dan Malaysia U-19.
Timnas U-19 memang tidak akan terpengaruh dengan hasil tersebut lantaran Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Asia U-19 tahun depan —dan oleh karenanya Timnas U-19 sudah pasti akan berpartisipasi. Namun, kekalahan dari Korea Selatan dan Malaysia rupanya cukup bikin sakit hati Sang Ketum.
Kekalahan 1-4 dari Malaysia U-19 di laga pamungkas digadang-gadang menjadi buntut pemecatan sang juru latih. Lantas sudah tepatkah langkah PSSI mengambil sikap dengan memberhentikan Indra?
Mantan penggawa Timnas Indonesia medio 2000an sekaligus pengamat sepak bola Tanah Air, Supriyono, memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, langkah PSSI untuk mencopot masa bakti Indra Sjafri terbilang gegabah.
"Oke, kalau melihat hasil sepulangnya dari Korea (Selatan) lalu itu ‘kan hanya sebatas formalitas dengan tujuan menganalisis kekuatan tim lawan dan intinya adalah ada tahapan dan program yang saya pikir Coach Indra belum hingga peak-nya karena seperti kita ketahui Indonesia ‘kan tuan rumah," ujar Supriyono membuka pembicaraan dengan kumparan (kumparan.com), Selasa (21/11/2017).
“Pertanyaannya, dasar pemecatan ini apa, sih? Kalau berkaca kepada kekalahan melawan Korea dan Malaysia, ya, wajar karena tahapan yang diberikan oleh Coach Indra kepada pemain belum sampai ke sana," sambungnya.
Supriyono melanjutkan, jika berkaca untuk mencapai level peak performance, pelatih sendiri memiliki program. Bisa saja program yang diterapkan oleh Indra, kata Supriyono, baru sampai 40 persen sebab para pemain yang baru bergabung pun belum genap setahun. Sebab, untuk mencapai 100 persen butuh waktu yang tidak sebentar.
"Saya rasa masih terlalu dini lah, masih ada kesempatan untuk bongkar pasang pemain ‘kan, waktunya masih panjang kok, hingga Oktober ‘kan masih bisa banyak persiapan," tegas Supriyono.
Usai tak lagi menjabat sebagai pelatih, PSSI pun memberikan jabatan baru terhadap Indra sebagai staf pengembangan sepak bola bagi Timnas Indonesia. Indra ditugaskan untuk mendata basis pemain-pemain dan melakukan scouting ke pelosok-pelosok Indonesia.
Lantas seperti apa Supriyono menanggapi jabatan baru Indra?
"Oke pertanyaannya saya sederhanakan, siapa yang peduli terhadap pengembangan sepak bola usia dini kalau tidak ada lagi sosok Coach Indra? Siapa yang mau blusukan cari pemain sampai ujung Indonesia? Semua pelatih 'kan menginginkan untuk melatih tim senior saja dan siapa yang mau menjalani dari bawah?" tuturnya.
“Ya, kita tidak boleh menafikan lah, pencapaian Evan Dimas di Piala AFF 2013 lalu berapa tahun prosesnya, lalu seperti apa, ‘kan kita semua sudah lihat. Dan saat sekarang ini bagaimana nama Egy (Maulana Vikri) bisa membumbung tinggi?" lanjutnya.
"Jadi, nggak tepatlah saya rasa langkahnya dan mestinya, ya. Tidak usahlah diberhentikan dan tentu sangat disayangkan. Kenapa bisa mempertahankan pelatih asing bisa sementara menutup kesempatan bagi pelatih lokal? Sederhanya begitu," tutupnya.