Ini Akibatnya Kalau Terlalu Banyak Makan Jengkol
Jika mendengar nama Pithecellobium jeringa atau Pithecellobium lobatum hanya membuat Anda mengerutkan dahi dan garuk-garuk kepala, namun begitu mencium semerbak aroma khasnya yang pahit tajam menyengat kental menyelimuti ruangan, sebagian besar dari Anda mungkin tidak akan berpikir dua kali untuk segera angkat kaki.
Ya, jengkol. Si “kancing Levi’s” favorit segelintir umat ini memang cukup kontroversial. Penggemar jengkol bersumpah bahwa bau pahit dan rasa legit dari jengkol tidak ada duanya — justru semakin menambah nafsu makan. Di sisi lain, mereka yang anti makan jengkol kerap mengeluhkan dihantui jejak-jejak bau busuk yang ditinggalkan dari buah khas Asia Tenggara ini; di kamar mandi, hingga menjadi korban bau mulut teman ngobrol.Kenapa, sih, buah jengkol itu bau? Dan, adakah sedikit saja manfaat nutrisi dari makan jengkol? Apa benar terlalu banyak makan jengkol bisa sebabkan gagal ginjal, seperti kata nenek moyang?
Mengungkap kandungan nutrisi buah jengkol
Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya buah jengkol bisa dijadikan alternatif makanan rendah lemak dan karbohidrat. Buah gepeng berkulit cokelat keunguan ini memiliki kandungan karbohidrat mentah sekitar 26 persen, relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya, seperti kacang tunggak (cowpea), kacang merah, dan kacang polong yang rata-rata mengandung sekitar 60-70% karbohidrat. Jengkol hanya mengandung 1,8 gram lemak, dan juga diperkaya oleh vitamin A dan B, serta pangan, fosfor, kalsium, dan zat besi.
Selain itu, jengkol juga merupakan alternatif protein nabati yang cukup baik. Kandungan protein kasar dalam 100 gram buah jengkol diperkirakan sekitar 23,3 gram — lebih tinggi daripada sereal umum seperti gandum (13,7 gram) atau beras putih (6,6 gram) — mengungguli kandungan protein dalam tempe (18,3 gram) dan tahu (11 gram) per 100 gram bahan.
Apakah makan jengkol bermanfaat untuk kesehatan?
Biji jengkol biasanya diolah dan dikonsumsi dalam bentuk emping, semur, balado, rendang, atau lalapan mentah. Sampai saat ini, penelitian seputar manfaat nyata buah jengkol untuk kesehatan masih sangat terbatas, namun dilansir dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, jengkol umum digunakan dalam pengobatan alternatif. Kulit batang tanaman jengkol dipercaya ampuh mengobati sakit gigi, sedangkan daunnya digunakan untuk mengobati luka dan kudis. Buah jengkol juga diyakini dapat membantu pasien diabetes dan tekanan darah tinggi.
Tapi tunggu dulu.
Ada kaitan antara buah jengkol dengan risiko gagal ginjal
Di samping dari kandungan nutrisi menguntungkannya, jengkol mengandung sebuah senyawa aktif yang berisiko menimbulkan keracunan bagi penikmatnya, yaitu asam jengkolat. Asam jengkolat merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Peran unsur sulfur inilah yang membuat jengkol memiliki bau khas tajam tak sedap. Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol akan banyak bergantung pada varietas dan usia bijinya. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat yang relatif lebih sedikit daripada yang lebih tua. Biji jengkol tua mengandung 1-2% asam jengkolat dari total berat bijinya, sedangkan biji mentahnya (dengan berat 15 gram) dapat mengandung sekitar 0,15–0,30 gram asam jengkolat.
Keracunan asam jengkolat adalah sebuah kondisi langka, tapi merupakan faktor penyebab penting dari gagal ginjal akut. Di pedalaman Kalimantan, berdasarkan laporan studi dari Nur C. Bunawan dkk tahun 2014, dilansir dari NCBI, ada 96 kasus keracunan jengkol yang dilaporkan — mayoritas pasien sembuh dengan pengobatan rawat jalan, namun empat orang dinyatakan meninggal dunia akibat gagal ginjal akut. Satu penelitian dari University Sarawak Malaysia tahun 2007, dilansir dari Science Daily, melaporkan seorang pasien yang mengeluhkan nyeri kolik di pinggang kiri, sakit saat buang air kecil, kencing berdarah (hematuria), dan urin yang berbau busuk sehari setelah makan jengkol. Ia juga mengeluhkan produksi urin yang sedikit dan ketidakmampuan untuk berkemih — semua menunjukkan gagal ginjal akut anurik.
Keracunan asam jengkolat dapat terjadi setelah makan jengkol yang bijinya masih mentah atau setengah matang. Hal ini disebabkan oleh senyawa asam jengkolatnya yang masih dalam bentuk utuh dan aktif. Namun, tidak semua penikmat jengkol akan pasti mengalami keracunan ini, karena tingkat sensitivitas seseorang terhadap asam jengkolat akan bergantung pada kondisi asam lambungnya, seberapa banyak jengkol yang dimakan, atau cara memasaknya.
Anda penikmat jengkol yang memiliki kondisi asam lambung tinggi akan lebih berisiko mengalami keracunan. Alasannya, asam jengkolat yang memiliki sifat sukar larut dalam air akan mengkristal dalam konsentrasi asam lambung yang tinggi. Kristal ini dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kencing dan juga dalam ginjal, sehingga pada kasus tertentu yang parah, terlalu banyak makan jengkol dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena itu, asam jengkolat dikatakan bersifat racun untuk ginjal.
Apa gejala keracunan makan jengkol?
Makan jengkol umumnya akan meninggalkan jejak bau jengkol pada napas, mulut, dan urin. Keluhan gejala akibat keracunan umumnya timbul 5-12 jam setelah mengonsumsi jengkol.
Gejala yang timbul dapat berupa mual-muntah, nyeri pinggang, nyeri perut yang kadang-kadang disertai muntah, serangan kolik dan nyeri saat berkemih, disuria (gangguan berkemih), dan hematuria (darah di dalam urin). Adanya darah dalam urin disebabkan oleh adanya luka pada lambung, saluran kemih, bahkan pada ginjal akibat tergores oleh kristal asam jengkolat yang tajam.
Jika gejala berlanjut, keracunan asam jengkolat dapat menyebabkan gagal ginjal akut yang ditandai dengan fase oliguri-anuria (pengeluaran urin yang sangat sedikit hingga tidak dapat keluar), yang kemudian diikuti dengan fase poliuria (jumlah urin sangat banyak dalam periode tertentu). Tes urin di laboratorium dapat menunjukkan penampakan molekul asam jengkolat berupa jarum runcing yang kadang bergumpal menjadi ikatan. Berdasarkan reaksi kimianya, gagal ginjal akut akibat keracunan asam jengkolat dapat disandingkan dengan nefropati asam urat akut.
Bagaimana cara mengobati keracunan asam jengkolat?
Keracunan asam jengkolat ringan (nyeri pinggang dan nyeri kolik perut) umumnya dapat dikelola dengan memperbanyak minum air serta pemberian natrium bikarbonat 2 gram sebanyak 4 kali sehari secara oral hingga gejala berangsur mereda. Sedangkan pada kasus keracunan berat (oliguria, hematuria, anuria, atau tidak dapat minum), pasien perlu dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan medis lebih lanjut.
Apa yang harus dilakukan untuk mencegah keracunan ginjal akibat makan jengkol?
Untuk Anda penikmat jengkol, sebaiknya hindari makan jengkol saat perut benar-benar kosong, dan jangan disertai makanan/minuman lain yang juga bersifat asam. Hindari juga makan jengkol dalam keadaan mentah. Masak jengkol hingga matang sepenuhnya agar kandungan asam jengkolat memecah dan berkurang konsentrasinya.
Terakhir, kami tahu Anda merasa tidak sanggup hidup tanpa makan jengkol, tapi jangan berlebihan mengonsumsinya. Berlebihan tidak selalu lebih baik.
The post Awas, Ini Akibatnya Kalau Terlalu Banyak Makan Jengkol appeared first on Hello Sehat.