Intim di Kamar Chef Aiko

"Halo, (ngobrol-nya) mau di kamar saja atau gajebo?" tanya seorang asisten rumah tangga ketika saya bertandang ke rumah Aiko Sarwosri belum lama ini.

Sebuah 'tawaran' langka mengingat kamar adalah ruang privasi yang biasanya terlarang dipublikasikan. Tapi, karena sungkan, saya memilih melakukan wawancara di halaman belakang rumahnya saja. 

Chef Aiko, begitu ia lebih dikenal, tak lama turun dari lantai dua. Obrolan lalu mengalir begitu saja, dari kegiatannya kini, hobi, hingga gosip panas yang menyebut ia pernah kerja di panti pijat plus-plus. Cerita itu tak lain keluar dari mulut mantan muncikari artis, Robby Abbas alias RA. 

"Coba pikir deh, dia bilang aku kerja di panti pijat tahun 90-an kan? Lah, aku saja baru lahir tahun 89, boleh dicek deh akte kelahiran aku," katanya dengan nada setengah emosi. 

Bagaimana tak emosi, gosip tersebut sempat membuat Aiko down hingga rencana pernikahannya tahun depan batal. Siklus bulanannya juga terganggu dan beberapa kontrak kerja ikut berantakan. 

"Hal yang paling aku pikirin banget cuma keluarga. Kasihan keponakan aku sampai di-bully di sekolah karena fitnah ini," ujarnya. 

Untunglah, wanita kelahiran 17 Mei 1989 ini mampu bangkit dari keterpurukan. Beberapa kontrak kerja yang kemarin batal diganti dengan lebih banyak proyek baru tahun depan. 

Salah satu yang tengah dikerjakan adalah rekaman. Kalau tak ada aral melintang, tahun depan Aiko bakal merilis sebuah single. 

"Genre-nya dangdut. He-he. Kebetulan aku memang suka nyanyi juga selain masak," katanya. 

Obrolan kemudian kembali soal kamar. Saya penasaran kenapa tadi justru diberi pilihan wawancara di ruang pribadi si artis. 

"Ayo, makanya ke kamar aku di atas (lantai dua)," ujarnya. 

Begitu sampai lantai dua, yang terlihat hanya sedikit ruang sempit dan kamar mandi. Sisanya, ada dua kamar. Kamar pertama milik Aiko, sedangkan yang kedua milik keponakannya. 

Pintu kamar dibuka saya pun melongo. Persepsi 'kamar' di otak saya langsung berubah total. Bukan ruangan dengan tempat tidur, lemari, tv, dan kamar mandi saja, tapi lebih dari itu. Luas kamar Aiko hampir tiga perempat luas rumah. 

Di sana ada sofa dan meja mirip ruang tamu, tempat tidur yang menyatu dengan sofa, tv, mini bar, kulkas,lemari baju, lemari makanan, kamar mandi, pokoknya lengkap. 

"Aku pengen buat kamarku se-nyaman mungkin saja.  Jadi, semua maunya ada di satu kamar," katanya. 

Lalu, apa saja sih barang yang wajib ada di kamar Aiko dan tak boleh dilupakan?

Pertama, kaca. Dari depan kamar hingga di dalamnya, total kaca mencapai 10 buah. "Tiduran aja aku bisa ngaca. Kemana-mana juga kaca wajib dibawa," ujarnya. 

Kedua, kulkas. Ini menyangkut kebiasaan makan sambil 'merem' yang seringkali dialami Aiko. "Daripada turun ke bawah bahaya takut jatuh kan mending sekalian kulkas-nya taruh di sini. Jadi, gampang tinggal buka dan makan. Ha-ha," katanya. 

Ketiga, Camilan. Aiko hobi ngemil dan suka camilan yang gurih. Maka tak heran jika aneka camilan harus tersedia di kamarnya. 

Keempat, ventolin. Semacam obat semprot untuk mengatasi sesak akibat serangan panik. "Sekarang sih sebenarnya sudah enggak begitu sering (kena serangan panik), cuma ya enggak tahu sugesti mungkin ya, ventolin harus ada," ujarnya. 

Kelima, serat buatan. Aiko mengaku dirinya sedikit bermasalah dengan pencernaan, terutama kesulitan buang air besar. "Buah dan sayur doyan kok, cuma tetap saja masih butuh serat buatan," katanya. 

Oh ya, ada satu benda lagi yang cukup menarik perhatian. Letaknya ada di sudut kamar Aiko. Sebuah kursi goyang terbuat dari kayu jati.

"Hm..ini kursi ada yang 'nunggu'. Enggak tahu kenapa pas lagi lihat perabotan di sebuah toko, kursi ini pengen ikut aku terus. Bolak balik lihat, kok kayaknya susah buat enggak dibeli," ujarnya. 

Enggak takut, Ko kalau kursinya goyang-goyang sendiri? "Ha-ha-ha..enggak-lah. Baik kok yang 'nunggu',".