icon-category Film

Jailangkung Film Termahal Jose Purnomo

  • 31 May 2017 WIB
Bagikan :

Puluhan film telah dilahirkan dari tangan sutradara Jose Poernomo. Namun dari sekian judul film yang digarapnya, Jailangkung yang diproduksi pada 2017 merupakan film termahal yang dihasilkannya selama ini.

"Sudah banyak film yang saya sutradarai, Jailangkung ini merupakan yang termahal biaya produksinya, dua hingga tiga kali lipat dari film-film yang saya garap selama ini," ujar Jose pada peluncuran trailer Jailangkung di Jakarta, Selasa (30/5.

Jailangkung yang bergenre horor digarap dua sutradara yakni Jose Poernomo bersama Rizal Mantovani, yang keduanya sempat berkolaborasi pada 2001 atau 16 tahun lalu melahirkan film Jelangkung dan meraih sukses kala itu.

Jose yang telah menyutradarai sekitar 20 film layar lebar sejak 2001 itu mengakui film Jailangkung yang siap diputar di bioskop pada 25 Juni 2017 tersebut berbeda dengan Jelangkung yang diproduksi 16 tahun lalu meskipun sama-sama mengusung tema horor.

"Dengan dukungan budget yang mahal ini kami merasa "merdeka", mendapatkan keleluasaan untuk menuangkan konsep-konsep kami. Jujur konsep yang kami bikin sejak awal tidak murah," kata lelaki kelahiran 49 tahun lalu itu.

Tanpa menyebut nilai budget film terbarunya tersebut, suami penyanyi Lucy Rahmawati itu menyontohkan penggunaan pesawat amphibi lumayan besar biayanya. Selain itu juga lokasi pengambilan gambar di beberapa tempat berbeda seperti Jakarta, Purwokerto, hingga Bali.

Film produksi Screenplay Films yang dibintangi antara lain Lukman Sardi, Jefri Nichol, Wulan Guritno dan Amanda Rawles itu bercerita tentang tiga orang gadis yang ingin menguak misteri yang terjadi pada ayah mereka yang ditemukan secara misterius.

Seorang pilot membantu mereka kembali ke tempat ditemukannya ayah mereka, hingga di tempat tersebut mereka menemukan boneka Jailangkung yang akhirnya membukakan rahasia gelap di masa lalu dan kini membahayakan nyawa mereka.

Jose Poernomo menyatakan, pada awal kolaborasi dengan sutradara Rizal Mantovani akhir dekade 1990an lalu kondisi perfilman nasional belum sebagus saat ini atau "mati suri" karena penontonnya sangat sedikit. Kesuksesan film Jelangkung yang digarap dua sutradara tersebut, menurut dia, akhirnya mampu menjadi pintu pembuka bagi munculnya kembali film-film nasional di industri perfilman tanah air.

"Sekarang film nasional sudah bisa setara dengan film-film asing, jumlah penontonnya bahkan bisa menyamai film-film internasional," ujarnya. 

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini