icon-category News

Jazz Indonesia Pukau Publik Belanda

  • 16 Oct 2016 WIB
Bagikan :
alt-img

Nuansa tanah Jawa di masa lalu melingkupi ruang konser Koninklijk Conservatorium di Den Haag.  Suasana itu tercipta saat Ita Purnamasari menyanyikan Lir Ilir, tembang Jawa gubahan Sunan Kalijaga yang digunakannya berdakwah menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.

Nada tinggi penyanyi asal Surabaya, yang dikenal sebagai lady rocker Indonesia, memecah keheningan. Kian sempurna diiringi dentingan piano dari jemari sang suami, musisi kawakan Dwiki Dharmawan.

Dari perlahan lalu makin lama makin cepat hingga berubah menjadi permainan full piano jazz. Nuansa Jawa, yang awalnya terasa kental, pun lumer sudah. Penonton bersorak, sebagai ungkapan kagum terhadap penampilan ini.

“Dwiki Dharmawan memang pemusik cerdas yang mampu menyuguhkan musik jazz secara elegan. Karya-karyanya terdengar jelas tak meninggalkan akarnya –Indonesia,” kata Azis Nurwahyudi, Minister Counsellor Penerangan Sosial Budaya, Kedutaan Besar RI di Den Haag, lewat rilis yang diterima Tempo, 16 Oktober 2016.

Dwiki piawai dalam memberi peran pada tradisi jazz Barat, kadang dengan sentuhan rock.  Paduan Timur–Barat dia ramu menghasilkan musik jazz dunia  Ramuan tersebut disuguhkan Dwiki sepanjang pergelaran Indonesia Jazz Night 2016, dari pukul 18.30 hingga 20.30.

Indonesia Jazz Night 2016 dipersembahkan KBRI Den Haag, bekerjasama dengan Rumah Budaya Indonesia, pada 13 dan 14 Oktober 2016, di Koninklijk Conservatorium Den Haag -- tempat lahirnya musisi muda dan berbakat Belanda.

Pada penampilannya kali ini, Dwiki didampingi sederet pemusik andal.  Seperti Adi Darmawan (bass), Agam Hamzah (gitar), Demas Narawangsa (drum) dan Ade Rudiana (kendang Sunda). Empat bintang tamu istimewa turut menyempurnakan konser ini: Dewa Budjana (gitar), Aning Katamsi (soprano), Ita Purnamasari (vokal) dan Yarra Arnes (vokal).

Aning Katamsi adalah penyanyi seriosa Indonesia yang memiliki karakter vokal sopran. Di panggung Indonesia Jazz Night 2016, wanita yang pernah menuntut ilmu di Conservatorio di musica “Giuseppe Verdi”, Milan, Italia, ini membawakan lagu Melati Suci karya Guruh Sukarnoputra.

Lain dengan Aning yang membawakan musik klasik,  penampilan Yarra Arnes membawa para penonton ke masa muda yang penuh keceriaan lewat lagu-lagu ciptaannya sendiri.

Adapun lewat petikan gitar dalam lagu Gangga yang melodius, Dewa Budjana mengisahkan perjalanannya ke negeri Taj Mahal.

Indonesia Jazz Night, yang rencananya digelar tiap tahun, ditujukan untuk mempromosikan musik Indonesia kontemporer kepada khalayak Belanda.  Selama ini Indonesia telah dikenal dengan musik-musik tradisionalnya, seperti angklung dan gamelan. “Kini, saatnyalah mempromosikan musisi muda Indonesia yang berbakat, salah satunya para musisi jazz,” kata Azis.

“Kami tidak melupakan musik dan budaya tradisional Indonesia, dan kami tetap mempromosikan musik tradisional,” kata Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja,  dalam pembukaan pada hari pertama. “Kami juga mempersiapkan bentuk seni baru yang modern agar bisa juga memainkan peran dalam hubungan Indonesia–Belanda,” kata dia.

Puja berharap pergelaran Indonesia Jazz Night 2016 bisa menginspirasi khalayak Belanda semua untuk mengenal Indonesia lebih jauh. “Tidak hanya Indonesia sebagai negara yang perekonomiannya sedang bertumbuh. Tidak hanya negara yang memiliki banyak tempat wisata indah. Tapi, juga sebagai rumah seni dan budaya yang hidup,” kata Puja.

Pertunjukan Indonesia Jazz Night dibuka Pota2 Band, yang tampil membawakan tiga lagu. Band pengusung musik jazz ini beranggotakan delapan mahasiswa Indonesia  yang menuntut ilmu di Belanda.

Salah satu anggota band ini, Christoffer Nellwan, adalah seorang aktor film Indonesia, yang antara lain bermain dalam film Laskar Pelangi, Habibie dan Ainun, Guru Bangsa: Tjokroaminoto, dan Athira.

Selama dua malam penyelenggaraan, Indonesia Jazz Night 2016 dihadiri sekitar 750 orang dari berbagai kalangan.  Warga Belanda, WNI di Belanda, mahasiswa, musisi, mitra kerja Indonesia dan kalangan pers.

Hadir pula sejumlah pejabat Belanda serta duta besar negara-negara sahabat. Di antaranya Duta Besar Malaysia, Belgia, Denmark, Rumania, Chile, serta Wakil Duta Besar Tunisia.

Sambutan hadirin begitu antusias menyaksikan sajian para musisi jazz andal Indonesia malam itu. Standing ovation pun tak hanya sekali dipersembahkan hadirin, beberapa kali usai penyajian komposisi musik yang apik dan elegan, para penonton berdiri dan bertepuk tangan sebagai ungkapan apresiasi mereka terhadap apa yang baru saja mereka nikmati.

"Saya tidak menyangka Indonesia punya musisi yang sangat bagus dan berbakat," kata Ingrid de Kooster. Perempuan asal Middelburg ini pun berharap masih akan ada penampilan-penampilan musisi Indonesia berbakat lainnya di Negeri Belanda.

Kekaguman terhadap para penampil Indonesia Jazz Night 2016 tak hanya ditunjukkan Ingrid. Usai pertunjukan, ratusan penonton dengan sabar menunggu giliran berfoto dan berbincang dengan para musisi, yang berjajar di depan pintu masuk ruang pertunjukan untuk mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka malam itu.

NATALIA SANTI

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : Featured2 Jazz Tempo.co 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini