Jejak Karier Steven Spielberg, Sineas yang ‘Hidupkan’ Dinosaurus di Bumi
Uzone.id — Namanya begitu mentereng di industri perfilman Hollywood dan global. Steven Allan Spielberg tak hanya dikenal sebagai salah satu figur American New Wave. Dirinya masih terus berkarya hingga usianya genap 72 tahun di hari ini.
Spielberg lahir di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat pada 18 Desember 1946. Lahir di sebuah keluarga Yahudi, Spielberg sempat mengalami masa sulit saat anak-anak. Diledek, dicaci, hingga membuatnya malas sekolah dan tak punya banyak teman. Maklum, dulu kaum Yahudi masih termarjinalkan.Untungnya, ada satu hal yang membuatnya tetap semangat: kamera Kodak 8mm yang menjadi senjatanya dalam eksperimen di usia dini. Kamera pemberian kado ulang tahun dari ayahnya di usia 12 tahun itu kemudian ia gunakan untuk merekam banyak hal. Menginjak usia remaja sekitar 18 tahun, Spielberg memberanikan diri untuk merancang acara premier film pendek buatannya sendiri berjudul ‘Firelight’ tentang UFO.
(Spielberg masa kecil/Spielberg (2017))
Pada saat itu, Spielberg memang tidak kuliah di mana-mana. Dia mencoba daftar di sejumlah universitas ternama seperti UCLA dan USC, namun ditolak karena nilai pelajarannya tidak memenuhi standar.
Sekolah filmnya adalah Universal Studios
Spielberg boleh tidak lanjut pendidikan ke jenjang kuliah, namun dia mendapat pelajaran berharga yang membentuk kariernya seperti sekarang berkat ‘kenakalannya’.
Sekitar 21-22 tahun, Spielberg pernah sengaja menyelinap ke lot studio Universal saat sedang tur dengan pengunjung lain. Di sana, dia menyaksikan berbagai proses pembuatan film, mulai dari editing, pengolahan suara, dan lain-lain. Menjelang sore, dia kebingungan sendiri karena tidak tahu arah pulang.
(Sumber: IMDb)
Dia bertemu dengan kepala perpustakaan film Universal, Chuck Silvers. Setelah Spielberg menceritakan kenakalannya itu, Silvers langsung tertawa dan malah memberi tiket bebas masuk Universal yang berlaku untuk 3 hari. Kegirangan? Sudah pasti. Spielberg pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan menghabiskan waktu berhari-hari di Universal.
Di suatu titik, beberapa kru Universal mengira Spielberg adalah salah satu pekerja di Universal, termasuk pimpinan editor Richard Belding yang akhirnya menawarinya kerjaan magang untuknya.
Sejak saat itu, Spielberg belajar banyak hingga dia berkesempatan bikin film pendek berjudul ‘Amblin’. Kalau kamu merasa familiar, judul itu memang kini digunakan sebagai perusahaan produksi film yang didirikan oleh Spielberg.
Berkat ‘Amblin’, Spielberg dipercaya oleh President of Universal Television Sid Sheinberg untuk berkarier di Universal. Awalnya, dia fokus pada medium televisi seperti serial ‘Night Gallery’ dan ‘Duel’.
Dari hiu ganas ‘Jaws’, hingga hidupkan dinosaurus di action ‘Jurassic Park’
Karya debut layar lebar Spielberg adalah ‘Sugarland Express’ yang menerima berbagai pujian dan sejumlah penghargaan di festival film asing. Namanya sudah mulai terdengar di tengah masyarakat. Berkat film ini juga yang menjadi titik pertemuan Spielberg dengan komposer legendaris John Williams yang kemudian menjadi kolaborator terlamanya hingga sekarang untuk menulis score film.
Nama Spielberg kemudian meroket secara global berkat kisah teror di tengah laut gara-gara serangan hiu ganas. Film itu diberi judul ‘Jaws’, karya yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Peter Benchley.
‘Jaws’ diluncurkan pada 1975 dengan tumpukan drama selama proses produksi. Mulai dari ngaret, kesalahan teknis, dan lain sebagainya. Awalnya niat diluncurkan pada akhir tahun 1974, semuanya mundur dari jadwal.
Begitu diremehkan karena banyak pihak yang yakin film ini bakal gagal total, ‘Jaws’ malah melahirkan sejarah baru. Hadir pada musim panas 1975, film thriller ini memulai kultur baru summer blockbuster di Hollywood. Sejak ‘Jaws’, Hollywood jadi getol merilis film-film pamungkasnya pada musim panas hingga sekarang. Selain sukses secara kritik, ‘Jaws’ juga mendulang pendapatan besar.
Setelah ‘Jaws’, Spielberg semakin semangat menggarap kisah dengan genre misteri dan fantasi. Mulai dari ‘Close Encounters of the Third Kind’, ‘Indiana Jones’, dan ‘E.T. the Extra-Terrestrial’, serta kisah tentang isu sosial dan sejarah seperti ‘The Color Purple’ dan ‘Empire of the Sun’. Semua film tersebut dirilis dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh, yakni era 1970an - 1980an.
Kontribusinya itu praktis membuatnya masuk jajaran sineas berpengaruh dalam membangun arus baru untuk industri film Amerika yang disebut American New Wave.
Memasuki era 1990, Spielberg semakin mengasah kemampuannya dengan menghadirkan lebih banyak karya seperti ‘Hook’ pada 1991 yang tidak terlalu disukai kritikus. Dua tahun kemudian, Spielberg mengejutkan para penggemarnya dengan merilis dua film sekaligus: ‘Jurassic Park’ dan ‘Schindler’s List’.
Kedua film tersebut dibikin dalam waktu yang berbarengan. Sebagai sutradara, Spielberg seperti harus membagi dua ‘jiwa’ -- satu untuk kisah fantasi dan penuh petualangan yang menarik penonton ke zaman purbakala, satu untuk kisah sejarah Holocaust yang pilu.
‘Jurassic Park’ mungkin menjadi salah satu film khas Spielberg yang paling diingat dan dikenang anak generasi 1980an dan 1990an. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya penonton dibikin terpukau oleh makhluk raksasa dinosaurus yang kembali hidup dan berjalan di Bumi. Film ini diadaptasi dari novel karya Michael Crichton.
Alih-alih film seperti Discovery Channel, Spielberg mengemasnya menjadi kisah petualangan seru yang sanggup membuat siapa saja yang menontonnya jatuh cinta dengan dinosaurus dan pekerjaan arkeologi. Film ini juga menjadi pioner bagi teknologi computer-generated image (CGI) yang diaplikasikan untuk makhluk hidup.
Sementara ‘Schindler’s List’ menjadi momentum penting bagi karier Spielberg, di mana dia dibanjiri penghargaan bergengsi, termasuk Best Director dan Best Picture dari Academy Awards tahun 1994.
Tak ada kata istirahat untuk Spielberg
Sejak ‘Schindler’s List’, Spielberg semakin gencar mengangkat kisah berbau sejarah dan isu politik. Sebut saja ‘Amistad’ yang bercerita tentang perbudakan, ‘Saving Private Ryan’ yang berlatar Invasi Normandia pada Perang Dunia II, ‘Munich’ tentang tragedi pembunuhan tim Olympic Israel saat ajang Munich Olympics tahun 1927, dan ‘Bridge of Spies’ tentang permasalahan negosiasi antara pihak AS dengan mata-mata Rusia.
Di sela kisah historis, Spielberg tetap menyempatkan diri untuk menggarap karya berbau fiksi dan fantasi. Banyak yang terpukau dengan ‘A.I. Artificial Intelligence’, ‘War of the Worlds’, ‘The Adventures of Tintin’, ‘The BFG’, dan ‘Ready Player One’. Belum lagi kisah biopik ‘Catch Me If You Can’, ‘Lincoln’ tentang presiden AS ke-16 Abraham Lincoln, dan ‘The Post’.
Dalam wawancara tertentu, Spielberg pernah ditanya, kelak ingin dikenang sebagai sutradara yang membuat film apa. Penggemar film ‘Lawrence of Arabia’ itu menjawab, “ingin dikenang sebagai sineas yang menggarap ‘E.T.’ dan ‘Schindler’s List’.” Secara tidak langsung, Spielberg memang ingin dirayakan sebagai sineas yang apik menggarap kisah fantasi dan historis.
Di usianya yang semakin tua, kepiawaiannya pun tidak berkurang. Dia bahkan siap menggarap sejumlah film baru yang bakal dirilis di beberapa tahun ke depan, di antaranya remake musikal klasik 'West Side Story', film drama berbalut sejarah 'The Kidnapping of Edgardo Mortara', dan kelanjutan kisah Indiana Jones.
Selamat ulang tahun, Spielberg.