icon-category Entertainment

Jejaring Pesulap Indonesia dari Masa ke Masa

  • 21 Dec 2017 WIB
Bagikan :

Seorang pesulap Mesir bernama Dedi dipanggil untuk menghibur Raja Cheops dari dinasti keempat Kerajaan Mesir kuno.

Di hadapan Cheops, Dedi beraksi. Dia menebas kepala seekor burung hingga putus, dan mengembalikan burung itu ke kondisi semula--sehat sempurna tanpa luka sedikit pun.

Cheops yang ternganga melihat aksi Dedi lantas meminta sang pesulap untuk mengulang atraksinya dengan menggunakan manusia--narapidana. Olalaa...

Dedi langsung menolak permintaan sang raja. Ia hanya mau melakukan sulap mati-hidup-lagi kepada hewan.

Cerita Kings Cheops and The Magicians itu ditemukan di lembaran papirus yang ditulis 1700 tahun sebelum masehi.

Jejak sejarah sulap yang sulit ditelusuri kisahnya ini dipercaya sebagai permulaan pertunjukan sulap di dunia.

Sulap bertumbuh seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin canggih teknologinya, semakin menarik permainan sulap, semakin beragam pula jenis sulap.

Selama ribuan tahun, sulap diturunkan dari generasi ke generasi, dari guru ke murid atau dari ayah ke anak. Mungkin sebagian dari anda belum tahu, bizarre illusionist Indonesia, The Sacreed Riana, juga berayahnya pesulap, tepatnya spiritual magician Chirisiandy Yuniarto.

Di Indonesia, lingkaran para pesulap dari generasi ke generasi saling terkait. Antara para pesulap jelas saling mengenal dan amat mungkin berteman. Seperti Mr. Robin yang mempelajari sulap dari ayahnya yang juga seorang seniman sulap. 

Robbin Massari Yassin atau biasa dikenal dengan sebutan Mr. Robin memopulerkan sulap di Indonesia era 80-an. Aksi-aksinya yang mengasyikkan pada masa itu menghiasi layar kaca hitam putih di TVRI.

Mr. Robin selalu tampil mengenakan setelan khasnya dengan topi berbulu ala tentara Rusia. Ia kerap membuka aksi sulapnya dengan menari bersama tongkat yang selalu dia bawa. Tongkat sihir berukuran sekitar satu meter itu dibuat melayang-layang.

Diiringi alunan musik, Mr. Robin berlenggak-lenggok dan berputar. Dia terlihat sangat menikmati berdansa dengan tongkat sihirnya.

Salah satu atraksi yang sering dimainkan Mr. Robin adalah kartu. Ditemani istri tercinta yang berperan sebagai asistennya, ia dengan lihai mengeluarkan kartu-kartu remi dari tangan kosong. Oke, tepatnya dari tangan yang terlihat kosong.

Setelah lebih dari setengah abad menghiasi dunia seni sulap tanah air, Mr. Robin berpulang ke Yang Kuasa pada 16 September 2009 di kediamannya, Cimahi, Jawa Barat.

Namun ia tidak pergi begitu saja. Mr. Robin meninggalkan warisan berharga untuk kelanjutan dunia sulap Indonesia. Sekolah sulap Magic Art Studio (MAS) yang dia dirikan pada 1973 telah melahirkan generasi sulap berikutnya.

Salah satu murid Mr. Robin adalah Gito Hendra Lie yang dikenal dengan nama panggung Mr. Lie. Saat bertamu ke kumparan, Sabtu (16/12), Lie menampilkan kebolehannya memainkan kartu sulap.

Lie memunculkan kartu satu demi satu dari tangan kosong. Dia terlihat menikmati permainannya, persis seperti gurunya Mr. Robin.

Lie termasuk generasi pertama dari murid-murid Mr Robin. Hingga saat ini di usia 83 tahun, Lie bertahan pada jalur sulap klasik.

Selain Mr. Lie, murid Mr Robin yang populer di zaman milenial kini adalah Rizuki dan Joe Sandi. Nama mereka melambung di dunia hiburan melalui ajang kompetisi sulap The Master 3 tahun 2009 yang dipandu pesulap Deddy Corbuzier.

Rizuki yang saat mengikuti The Master masih berusia 16 tahun, menyajikan sulap klasik secara lebih kekinian, mulai dari tampilannya yang menggemaskan hingga caranya mengajak penonton bertepuk tangan mengikuti entakan musik.

Rizuki yang dengan konsisten menampilkan permainan-permainan sulap klasik, menjadi jawara The Master musim ketiga.

Berbeda dari Lie dan Rizuki, Joe Sandy tidak membawa label pesulap klasik sebagai merek dagangnya. Joe Sandy membawa aliran sulap baru, yaitu mathemagic. Dia mengombinasikan sulap mentalist yang menekankan pada kekuatan pikiran, dengan kemampuannya bermain angka. 

Dalam permainan mathemagic-nya itu, Joe Sandy mampu memprediksi hasil perhitungan angka yang sangat rumit. 

Kecermerlangan Joe Sandy dalam memainkan angka membawanya menjuarai The Master musim pertama tahun 2009. Ia menang di babak final dari Limbad sang master fakir.

Apa lagi itu fakir? Ehm, ini jenis sulap yang menekankan pada permainan ekstrem dan kesan misterius. Sebut saja menginjak pecahan kaca, tidur di atas paku, dan lain-lain.

Jaringan para pesulap yang terhubung satu sama lain, tak lepas dari peran para pesulap senior yang bekerja keras membagikan ilmu dan pengetahuannya, baik secara langsung maupun melalui buku.

“Jadi ketika saya belajar sulap, saya belajar dari buku atau guru. Pernah dengar Mr. Robin? Dia pesulap Indonesia jaman dulu. Saya belajar tuh disabet pake ban loh kalau main jelek,” kata Deddy di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, Selasa (5/12).

Jejak Mr. Robin membuka sekolah sulap diikuti oleh Deddy Corbuzier. Deddy sang master mentalist mendirikan Pentagram School of Magic pada 1998. Sekolah itu menjadi sekolah sulap paling populer, bahkan setelah dibubarkan.

Dari Pentagram, lahir master-master sulap dengan beragam aliran. Sebut saja master hipnosis Romy Rafael. Walaupun hanya terpaut usia satu tahun dari Deddy, Romy pernah menimba ilmu sulapnya.

Nama Romy Rafael dikenal publik setelah ia membawakan acara hipnotis di beberapa stasiun televisi pada tahun 2006.

Romy kemudian mendalami ilmu hipnotis di berbagai sekolah Amerika Serikat, di antaranya Hypnotism Training Institute, Ultimate Stage Hypnotism Institute, dan Institute for Neuro Research and Education. Oh wow, bukan main, bukan?

Selama empat tahun di negeri Paman Sam, Romy mempelajari ilmu hipnotis sekaligus kegunaannya. Tak hanya untuk pertunjukan sulap, tapi juga untuk pengobatan masalah-masalah psikis, medis, dan korporasi.

Generasi pesulap yang mewarnai panggung pertunjukan sulap Indonesia setelah Deddy Corbuzier dan Romy Rafael adalah siswa-siswa jebolan Pentagram School of Magic.

Demian, Bow Vernon, Oge Arthemus, Riana, Decky San adalah beberapa murid Deddy Corbuzier yang berhasil menjadi pesulap profesional.

“Yang lucu, ketika gue dateng belajar ke Deddy, lalu Oge, lalu Demian. Kami enggak sadar kalau ternyata satu kampus di Trisakti,” kata Bow Vernon, tergelak, ketika berbincang dengan kumparan di markas Trilogy Magic Factory, BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (7/11).

Bow dan Oge membagikan kisah menarik selama mereka berada di bawah bimbingan Deddy. Menurut keduanya, para siswa Pentagram diwajibkan “ngamen” seminggu sekali di Roti Bakar Eddy, sebuah tempat nongkrong di daerah Blok M, Jakarta Selatan. 

“Sebenernya itu untuk melatih kemampuan kami bermain di depan penonton,” kata Oge dan Bow, tersenyum mengenang masa itu.

Oge Arthemus dan Bow Vernon sempat berhadapan pada final The Master season 5 tahun 2012. Tahun berikutnya, 2013, Bow, Oge, dan Decky San mulai sering tampil di televisi tahun 2003, yakni pada acara “Memang Sulap Memang Sihir”.

Nama mereka bertiga kian melambung saat bekerja sama memecahkan rekor MURI dengan aksi sulap 70 jam nonstop di Atrium Cilandak Town Square Jakarta tahun 2005.

Bow sang master pickpoket, Oge master escapologist, dan Decky San dengan close-up magic-nya berkolaborasi menampilkan sedikitnya 3.000 atraksi sulap. Wow!

Setelah Pentagram dibubarkan, murid-murid Deddy membuka jalan kariernya masing-masing. Bow dan Oge, bersama kawan mereka, mendirikan magic management bernama Trilogy Magic Factory.

Bow jugalah yang kini menjadi manajer The Sacred Riana. Dan Riana tentu saja bukan nama asing. Ia hangat diperbincangkan karena baru saja menyabet gelar juara pada Asia’s Got Talent.

Sampai sekarang, para pesulap itu saling berbagi ilmu dan terus mendalami keahlian mereka masing-masing. Meski bisa jadi belajar pada satu guru, mereka tumbuh dengan karakter khasnya sendiri.

Jadi, apakah anda berminat belajar sulap?

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini