icon-category News

Kado HUT ke-72 RI: Bersatunya Megawati dan SBY

  • 17 Aug 2017 WIB
Bagikan :

Rakyat Indonesia hari ini banyak yang tersenyum gembira. Selain karena hari ini HUT ke-72 RI yang meriah, juga karena Megawati dan SBY bersua dalam satu forum dan bersalaman. Harapan kedua mantan presiden itu bersatu demi bangsa begitu membuncah.

Sudah bukan rahasia lagi, hubungan tidak harmonis keduanya sudah tercium menjelang Pemilu 2004. 

Mengutip buku Prof Tjipta Lesmana bertajuk Dari Soekarno Sampai SBY: Intrik dan Lobi Politik Para Penguasa, kisah ini bermula pada tahun 2003. Saat itu Presiden Megawati mencoba menginvestigasi siapa saja menterinya yang tertarik maju presiden sebagai pesaingnya, selain juga untuk mencari kandidat wapres. 

SBY yang menjabat Menko Polkam tak pernah menjawab eksplisit setiap ditanya media. Padahal isu dia akan maju pilpres begitu kuat, termasuk dia sering muncul dalam iklan sosialisasi pemilu yang dilansir KPU. Iklan itu kemudian dihentikan setelah mendapat protes publik. 

Mega yang mencium geliat politik SBY, kemudian mengucilkan menterinya itu dengan tidak mengajaknya rapat dalam beberapa kesempatan. 

“Sumber penulis menuturkan, yang membuat Megawati kesal, bercampur galau, adalah sikap SBY yang dinilai tidak jantan, yakni tidak mau jujur ketika ditanya presiden apakah ia hendak mencalonkan diri. Kalau saja SBY mengambil sikap seperti Yusril (yang terus terang akan maju lewat PBB-red), persoalan mungkin menjadi lain: sejak awal Megawati pasti akan meminta SBY meninggalkan kabinet; sama halnya dengan Yusril. Namun SBY selalu menunjukkan sikap yang ambivalen, Megawati pun menggunakan taktik lain. Secara sistematis dan diam-diam dia mengucilkan SBY dari kabinet,” ungkap Prof Tjipta Lesmana di halaman 305.

Tak tahan dikucilkan Megawati, SBY pada 11 Maret 2004 mengirim surat pengunduran dirinya sebagai Menko Polkam. 

Pada 13 Maret 2004, SBY langsung berkampanye untuk Partai Demokrat. Suasana kian panas saat debat presiden di televisi pada 16 September 2004. Kala itu Megawati meminta kepada panitia tidak ada sesi jabat tangan antarcapres. 

Pilpres 2004 dimenangkan SBY dengan suara telak. Pada pidato HUT TNI 5 Oktober 2004, Megawati dengan meneteskan air mata mengharap semua pihak berlapang dada menerima hasil pilpres. Kala itu tempat duduk Mega dan SBY sengaja dipisahkan sehingga keduanya tidak bersua.

Ketika SBY dilantik sebagai presiden pada 20 Oktober 2004, Megawati tidak hadir dengan alasan sibuk mendoakan agar acara SBY berjalan lancar. Dia memilih berkebun dan membaca buku di rumahnya ke Kebagusan. 

Sejak itulah keduanya jarang bersua. Megawati tidak pernah menginjakkan kaki ke Istana, utamanya untuk menghadiri upacara HUT RI.

Salaman yang Langka

Memang ada momen yang membuat mereka mau tak mau berjumpa dan bersalaman. Namun itu tak banyak. Pada tahun 2009, keduanya dua kali berjabat tangan dalam momen Pilpres 2009. Pada tahun 2010, keduanya sekali bersalaman. Pada tahun 2011 keduanya sekali bersalaman. 

Tahun 2012 keduanya bersalaman saat Presiden SBY memberikan gelar pahlawan nasional kepada Sukarno. Saat itulah benih-benih harapan keduanya akur tumbuh. Namun harapan tinggal harapan.

Pada tahun 2013, keduanya bersalaman lagi saat SBY melayat Taufieq Kiemas, suami Megawati, di rumah duka. SBY juga mengucapkan kata-kata belasungkawa. 

Tahun 2014, Megawati sukses mengantar Jokowi sebagai presiden. Namun pada tahun 2015 dan 2016, ganti SBY tidak menghadiri HUT RI di Istana Merdeka.

Kejutan 17 Agustus 2017

Dan pada 17 Agustus 2017, SBY memberi kejutan. Bersama Ibu Ani, SBY memakai beskap hitam dan kain songket, yang disebut sebagai baju adat daerah Sumsel, lengkap dengan tanda kebesaran juga terpasang di dada, berangkat ke Istana Merdeka. Kedatangannya ke Istana Merdeka menepis kabar sehari sebelumnya yang menyatakan dia tak bisa memenuhi undangan menghadiri upacara HUT RI karena ada tur kemerdekaan di seantero Pulau Jawa.

Di Istana Merdeka, SBY duduk sederet dengan Megawati, hanya dipisahkan BJ Habibie. Keduanya juga berfoto bersama dan bersalaman. Tepuk tangan pun membahana. Tepuk tangan ini sepertinya mewakili harapan rakyat Indonesia agar kedua tokoh penting ini berdamai, berekonsiliasi, dan bersatu untuk persatuan bangsa.

Pentingnya persatuan itu juga diungkapkan SBY saat dicegat wartawan. Dia berharap persatuan NKRI terjaga.

"Kompak membangun negeri bersama-sama, insyaallah 2045 negara kita akan kuat, makin adil, dan makin makmur," kata SBY. 

Semoga.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini