Home
/
Sport

Ke GBK Nonton Laga Terakhir Timnas Tahun Ini, #EdyOut, Mashoook Pak Eko!

Ke GBK Nonton Laga Terakhir Timnas Tahun Ini, #EdyOut, Mashoook Pak Eko!

Bagja Pratama26 November 2018
Bagikan :

Foto: Bagja - Uzone.id

Uzone.id - Akhirnya jadi juga gue berangkat ke stadion GBK. Bukan buat nonton konser Guns ’n Roses, bukan, tapi kebetulan diajak Suzuki Indonesia, sebagai Title Sponsor Piala AFF 2018.

Awalnya sempat males. Gue bukan atlet sepakbola, juga bukan suporter garis keras, cukup pecinta sepakbola biasa aja yang sudah terhibur nonton Liga Inggris di televisi atau Persib Bandung—juga di televisi.

Apalagi kebayang memori mencekam kala banyak banget tragedi kekerasan antar suporter yang terjadi di sekitaran stadion tempat hiburan permainan sepakbola berlangsung.

Jujur, bukan karena sepakbola yang membuat gue percaya dan berani datang ke stadion, meskipun itu GBK.

Tapi yang tadi gue sebut di atas, gegara kemarin gue nonton konser Guns ’n Roses lah yang ngebuat gue akhirnya berani juga nonton bola langsung di stadion Indonesia yang megah-megah itu.

Logikanya, kalau para fans grup musik rock legendaris aja bisa pada tertib dan elegan kala nontonin aki-aki legend ngeband di atas panggung di sebuah stadion berkapasitas puluhan ribu itu, masak nonton timnas yang notabene bukan club sepakbola berbau kedaerahan bakalan rusuh sih?

Sekilas, pikiran negatif tersebut sempat terlintas..

Kenapa? Beberapa waktu sebelum piala AFF bergulir, polemik yang harusnya gak harus dinikmati penikmat sepakbola biasa saja macam gue, ramai di medsos dan media-media mainstream.

Mereka membahas kelakuan ketua PSSI Edy… siapa juga nama lengkapnya aja gue gak hapal.

Seperti netizen kebanyakan, mungkin gue lebih kenal tagar #EdyOut atau viralnya video Mashook Pak Eko dibanding nama lengkap Ketum PSSI.

Balik lagi ke soal pengalaman gue nonton langsung timnas ke stadion, kemalasan datang juga bukan karena tagar #KosongkanGBK, sama sekali bukan.

Justru dalam hati kecil gue, adanya tagar mengosongkan GBK bikin gue sedikit tenang, makin sepi, makin asik nontonnya dan jauh dari kekhawatiran bakalan rusuh.

Wajar dong, kondisi pesepakbolaan Tanah Air lagi rentan, lagi sensi, kalau zodiak mungkin macam Cancer, keusik dikit, chaos bukan gak mungkin terjadi.

Suporter lagi terbelah bukan gara-gara lemparan pisau Pak Eko, tapi justru kelakuan para petinggi PSSI yang seolah membiarkan keadaan jadi runyam.

Disatu sisi, kepengin nonton langsung ke stadion mumpung sepi, sambil pencitraan kalo gue tuh nasionalis abis, buktinya, jelek bagusnya timnas, tetep gue dukung dengan nonton langsung.

Di sisi lain, tagar kosongkan GBK juga masuk akal sih. Semakin kosong stadion, semakin miskin PSSI, karena gak dapat upeti dari penjualan tiket yang katanya juga boncos, dari sekitar 65 ribu tiket yang dicetak, gak sampai sepertiganya yang terjual.

Preview

Foto: Bagja - Uzone.id

Etapi, PSSI emang cuma dapet upeti dari penjualan tiket doang? Suzuki sebagai title sponsor ngasih upeti juga gak ya?

Ah, gak penting, karena posisi tribun tempat gue nonton, harga tiketnya Rp 200 ribuan itu, membuat gue punya hak untuk menuntut hiburan di dalam stadion.

Kalau timnasnya main jelek, ya setidaknya ada hal lain apa kek yang bikin gue terhibur atau ribuan suporter lain terhibur, karena sudah bayar ratusan ribu untuk nonton hiburan, eh maksudnya timnas.

Dan gue nonton juga, tanpa ekspektasi lebih bakal terhibur permainan timnas, setidaknya kayak pas Asian Games 2018 deh.

Walo sama-sama gak sampai final, tapi kok rasanya gue tetep puas dengan permainan timnas Indonesia ya pas Asian Games ya?

Terus, kenapa pas Piala AFF kali ini rasanya biasa aja ya? tertarik enggak, kesel juga enggak, gemes apalagi.. biasa aja.

Kalaupun ada hal yang luar biasa yang gue dapet pas nonton timnas kemarin di GBK adalah ulah para suporternya..

Itu fenomena baru buat gue. Biasanya kan, seberisik-berisiknya suporter di lapangan, speaker standar televisi gak bakal sampai ngebuat bising suasana.

Tapi kemarin itu, meski katanya sepi, emang sepi sih, banyak banget bangku yang terlihat kosong, tapi suara-suara yang mereka keluarkan secara massal bisa menyentuh angka kebisingan 117,9 desibel!

Bising gaes, tapi kok seru ya..

Sampe-sampe gue bingung, ini yang bikin seru timnasnya saat lawan Filipina atau malah kelakuan para suporternya ya?

Mereka bernyanyi saut-menyaut, timpal menimpal, seolah gak memedulikan apa yang terjadi di lapangan.

Gak cuma sekedar yel, tiupan telolet terompet, juga gebukan drum, mereka bisa bernyanyi, dengan lirik yang dipenggal-penggal secara bergantian dengan kerumunan penonton di tribun lain yang berbeda dan berjauhan.

Kadang jelas, kadang gak jelas, tapi yang bisa gue tangkep dari sekian banyak yel dan nyanyian adalah ini;

“Edy out, Edy out, huuu” diakhiri dengan celetukan beberapa temen gue, “EdyOut, Mashoookk Pak Eko!”

Terus juga nyanyian kayak begini nih, "Wartawan harus baik...wartawan harus baik, wuoo...o, wuo...o...o, wuo...o....o..."

Ah, jadi terharu gini ketika suporter bisa kompakan bareng wartawan untuk menjungkilkan musuh bersama. Meski cuma lewat nyanyian, lewat yel-yel dan tulisan-tulisan.

Tapi itu seru..

Oiya, kalaupun ada yang gak serunya adalah saat salah satu sponsor piala AFF, kita sebut aja ya, namanya Grab, dan kebetulan kayaknya semua sponsor yang terpampang di seisi stadion merek asing semua ya, kemana sih sponsor-sponsor lokal kita? hehe..

Nah si Grab ini lumayan mengganggu gue dan barangkali ratusan penonton lain yang udah bayar tiket di tribun buat nonton sepakbola.

Jadi ceritanya, si Grab ini berniat membentangkan spanduk raksasa di tribun penonton.

Awalnya, gue dan beberapa penonton lain semangat, nasionalisme kami membuncah, apalagi saat melihat tribun tetangga sebelah yang membentangkan bendera merah putih raksasa dan dibuat mengayun-ayun macam ketiup angin, merinding liatnya.

“Wah, seru juga nonton bola sambil membentangkan spanduk super raksasa ini, bener-bener ngerasain sensasi jadi suporter kan,” ujar gue dalam hati.

Eh, gak taunya spanduk raksasa tersebut merupakan media iklan Grab yang kepengin masuk tipi!

Saat spanduk terbentang, jelas kita-kita yang lagi duduk gabisa nonton karena ketutup spanduk, sampai harus megangin pula biar itu spanduk gak nutupin kepala.

Awalnya hanya bilang sekali dan cuma 15 detik, tapi kenyataannya, beberapa kali spanduk itu terbentang, sampai gue dan beberapa penonton harus pindah tempat ke jajaran bangku yang lebih tinggi, biar gak ketutupan spanduk raksasa si Grab itu.

Duh, untung lagi nonton timnas dan nasionalisme masih menyelimuti kami, kalau enggak, barangkali beberapa ratus penonton pada minta refund tiket ke Grab gara-gara keganggu sama spanduk itu.

Tapi over all, buat gue yang cuma penikmat sepakbola tanpa pernah punya pengalaman jadi suporter garis keras, nonton langsung di stadion itu asik ya..

populerRelated Article