Sponsored
Home
/
Lifestyle

Kebersamaan Keluarga Meningkatkan Kecerdasan Anak

Kebersamaan Keluarga Meningkatkan Kecerdasan Anak
Preview
TEMPO.CO12 January 2017
Bagikan :

Menurunnya konsentrasi dan kurang maksimalnya fungsi otak depan pada anak bisa ditangani dengan pendekatan biopsikologi. Kebersamaan meningkatkan kecerdasan anak serta menimbulkan rasa bahagia.

Anak-anak membutuhkan waktu berekspresi lebih bebas di akhir pekan atau hari libur. Namun justru di akhir pekan seringkali orang tua ingin menegakkan kedisiplinan. Akibatnya, anak-anak sebal. Namanya juga anak-anak, frontal lobe mereka belum matang.
    
Kemampuan analitis otak depan masih dangkal. Kemudian, anak-anak berpikir orang tua di rumah itu sama dengan aturan. Kalau orang tua di luar rumah, artinya hidup merdeka.

Para orang tua bisa memulainya dengan membicarakan hal yang disukai anak. Misalnya, minggu lalu habis menonton Transformers.

Saat dan setelah menonton, masuklah ke dunia anak. Jangan menyeret si kecil masuk ke dunia orang dewasa. Dengan begitu, kebersamaan di rumah terasa mengasyikkan.

"Karena bagaimana pun lobus frontal terkait erat dengan penalaran, gerakan, emosi, dan pemecahan masalah," kata psikolog Efnie Indriani.

Dalam kajian biopsikologi, asyiknya kebersamaan itu mengaktifkan sistem hormon kebahagiaan. Kebersamaan memberi kesempatan si kecil mengaktifkan otak lewat keberanian berbicara, dan beropini. Saat anak merasa bebas dan bahagia, hormon kebahagiaan dilepaskan di otak. Ketika hormon itu dilepaskan, otak akan terlatih sehingga kecerdasan meningkat.

Kebersamaan membuat anak menjadi pribadi yang bahagia. "Saat beranjak dewasa, ia menjadi pribadi bahagia, secara socio-relationship baik, memiliki empati terhadap orang lain (karena ia sudah dapat kebahagiaan yang cukup di rumah). Bukannya menjadi tipe anak yang cari-cari perhatian di luar. Itu kaitan antara kesehatan otak depan dengan perkembangan psikologi anak," ujar Efnie.
    
Intinya, kebahagiaan bersumber dari rumah. Ketika lingkungan keluarga bahagia, di luar rumah pun anak akan bahagia. Namun, bukan berarti gadget 100 persen menodai kebersamaan keluarga dan kesehatan anggota keluarga.

Hanya, durasi pemakaian layak diatur dengan bijaksana. Bagi yang keranjingan gadget, ketika harus menjalani acara keluarga dan gadget tak sengaja tertinggal di rumah, mereka biasanya merasa ada yang kurang. Ada yang hilang dari hidup pada hari itu.

"Karena sistem otak kecil memberi tahu, 'Hari ini kamu belum mengecek Twitter, lo! Hari ini kamu belum memperbarui status Path, lo!' Butuh waktu untuk mengubah kebiasaan itu," ujarnya.

Penelitian di bidang neuropsikologi dari Universitas Negeri Michigan di Amerika (2011) menunjukkan saat mengakses media sosial, akan muncul hormon happiness di tubuh dan otak. Itu sebabnya, gadget direkomendasikan bagi mereka yang sudah matang.

TABLOIDBINTANG

Berita lainnya:
Bila Ego Anak Kecil Mirip Remaja
Tip Mengurangi Garam pada Menu Makan Anak
Khasiat Witch Hazel, Sembuhkan Jerawat dan Varises

Berita Terkait:

populerRelated Article