Keluarga Bom Bunuh Diri: Hobi Wisata, Posting Senjata, dan Panahan
Minggu pagi (13/5/2018) bom bunuh diri meledak di tiga gereja di Surabaya. Para pelaku adalah keluarga Dita Oepriarto, 48 tahun. Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menegaskan bahwa Dita adalah Ketua Sel Jamaah Ansor Daulah (JAD) Surabaya.
Mereka tinggal di perumahan daerah Rungkut, Surabaya, Jawa Timur. “[Bom] dirakitnya di rumah tersebut,” kata Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan usai menggeledah rumah pribadi yang ditinggali sejak 2014 itu, Minggu (13/5/2018). Di rumah itu ditemukan bahan baku untuk bom. Beberapa di antaranya belerang, aseton, HCL, Aquades, H2O, black powder, korek api kayu dan styrofoam. Polisi juga sempat meledakkan tiga bom dengan daya rusak tinggi di rumah keluarga itu. Dita bekerja sebagai wiraswasta menjual produk herbal minyak kemiri. Subuh hari itu dia sempat salat di Mushola Al Ikhlas, masjid di kompleks perumahan. Dia memiliki dua mobil dan dua motor. Puji Kusnawati, istri Dita, pernah bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Dia pernah menempuh pendidikan di SMA Negeri 2 Magetan dan Akper RSI Surabaya. Terakhir, dia bersama suaminya berjualan produk herbal minyak kemiri untuk pengobatan rambut rontok dan ketombe. Sehari-hari mereka menggunakan bahasa Suroboyoan. Puji lahir di Banyuwangi. Pada rentang 2013 hingga 2016, dia kerap mengajak anaknya berwisata ke daerah Banyuwangi, mulai dari Pantai Grajakan, Pantai Muncah, hingga Pulau Merah. Melalui dua akun Facebook miliknya, Puji kerap mengunggah foto kebersamaan bersama keluarganya di pantai, hutan bakau, dan arung jeram. Akun pertamanya tak aktif sejak 2014, sedangkan akun satunya sudah dia tinggalkan sejak 2012. “Kesulitan di dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan kesulitan di negeri akherat. Yang memudahkan kita adalah kedekatan kita dengan ALLAH,” tulis Puji di akun sosial medianya pada 3 Maret 2013. Mereka berdua memiliki dua putra, YF, 18 tahun dan FH 16 tahun. Keduanya pernah bersekolah di SMP Muhammadiyah 18 Surabaya. Dalam salah satu postingan akun Facebook sekolah mereka pada 28 Maret 2015, YF dianggap siswa yang inspiratif. Dalam postingan itu dijelaskan bahwa FH adalah siswa kelas 8 yang tengah berusaha menghafal 30 Juz dalam Alquran. “Di sekolah juga sebagai Ketua IPM (Osis). Pandai membagi waktu, jujur, dan amanah,” tulis akun resmi sekolah itu. Di rumah, Dita memberikan komputer berserta koneksi internet. Kedua putranya memanfaatkan untuk bermain game online. YF dan FH hobi bermain Counter Strike (CS), game online saling bunuh antara tim teroris dengan tim polisi. Keduanya beberapa kali mengunggah foto senjata yang ada dalam CS ke media sosial. Dua anak Dita yang lain perempuan: FS, 12 tahun dan PR, 9 tahun. Di bagian belakang rumah keluarga itu ada lesan panah atau papan target panahan. “Ada anak panah dan busurnya menancap, terlihat sering digunakan keluarga tersebut,” kata Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan.Bunuh Diri di Tiga Gereja
Minggu pagi, Dita mengendarai salah satu mobilnya. Dia bersama Puji dan kedua putrinya yang mengenakan cadar. Sedangkan kedua anak laki-lakinya berboncengan mengendari motor. Puji dan kedua putrinya memakai bom yang disabukkan di bagian pinggang. Salah satu dari kedua anak laki-lakinya memangku tas ransel berisi bom. Sedangkan Dita menyimpan bom dalam mobilnya.Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.
Editors' Picks
Most Popular
Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini