Home
/
Health

Kembali Sehat a la Manusia Purba

Kembali Sehat a la Manusia Purba

Redaksi Fitness For Men28 July 2017
Bagikan :

Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah Anda mau hidup di era manusia purba? Pasti, dapat dipastikan tidak ada yang mengacungkan tangannya.

Jelas saja, apa yang tidak bisa didapatkan dengan mudah di era modern saat ini. Semua kebutuhkan serba ada bahkan digital dan sistem order online.

Tapi, jangan terlalu terpaku pada “kenyamanan” masa kini. Penelitian di Cambridge University menyatakan bahwa manusia di era modern lebih mudah terserang berbagai penyakit yang risiko kematiannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan manusia zaman purba.

Mau sehat dan kuat seperti nenek moyang kita dahulu? Berikut beberapa pola hidup sehat paleo yang bisa Anda terapkan saat ini – adaptasikan dengan pola hidup yang sudah Anda jalani.

1. Pola makan.

Mengapa pola makan sangat penting, Emilia E. Achmadi MS., RD., ahli gizi lulusan Oklahoma State University mengatakan apa yang kita hasilkan seperti tenaga dan pikiran berasal dari apa yang kita masukan ke dalam tubuh. "What you eat is what you get," katanya.

Ekstrimnya, Emilia mengatakan, serangan jantung dan kanker adalah akumulasi dari apa yang kita makan selama 30 tahun lalu. Dia menganjurkan, sebaiknya kita meniru gaya hidup manusia purba yang memakan makanan alami seperti ubi, buah-buahan, dan ikan.

"Ubi mengandung unsur karbohidrat, serat, dan kandungan DEA yang tinggi agar awet muda," katanya.

Penulis buku The Paleo Diet, Profesor Loren Cordain, Ph.D dari Colorado State University mengatakan pola makan manusia purba sangat sehat.

"Uji klinis menunjukkan bahwa pola makan paleo optimal menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, peradangan, serta meningkatkan kesehatan secara menyeluruh," ujar Cordain.

Hal itu disebabkan karena makanan kaya lemak protein, nabati, dan mengandung serat, dan cairan sangat berperan untuk memenuhi sekaligus mengontrol kadar gula darah.  Anda yang hidup di zaman sekarang sudah terpengaruh pola hidup modern yang lebih mengutamakan konsumsi daging, seperti steak, ayam goreng, atau burger, sedangkan tubuh tetap membutuhkan karbohidrat.

"Manusia diciptakan untuk lebih banyak memakan nasi ketimbang daging. Itu bisa dilihat dari jumlah gigi geraham lebih banyak daripada taring," katanya. Emilia menganjurkan untuk menjauhi makan olahan (junk food), seperti burger, makanan kalengan, dan menu cepat saji yang miskin gizi tapi kaya lemak, gula, dan garam.

"Makanan junk food dan fast food merupakan 'menu ampas' sebab sudah banyak gizi yang hilang akibat cara panen, cara simpan, dan cara olah," katanya.

Hal itu bukan berarti kita tidak boleh memakan daging, tetapi komposisi makanannya yang harus seimbang. Emilia bermisal, komposisi makanan buah-buahan dan sayur-sayuran harus lebih banyak dari daging.

"Jadi, kita harus memperhatikan apa yang kitas asup ke dalam mulut, jangan menuruti nafsu makan," katanya.

2. Rutin berolahraga.

Selain menjaga pola makan, jangan lupa untuk rutin melakukan olahraga. Aktivitas fisik memegang peranan penting dalam metabolisme tubuh Anda. Manusia purba sangat aktif bergerak saat berburu mencari makan dan juga berpindah tempat tinggal.

Hal ini juga dibenerakan oleh Emilia bahwa memakan makanan yang bergizi tidak cukup tanpa disertai olah raga yang teratur. Emilia menggambarkan kualitas tubuh kita ditentukan oleh tingkat asupan nutrisi yang diserap tubuh dan kualitas distribusi nutrisi tersebut oleh aliran darah.

Agar darah lancar dalam mendistribusikan nutrisi dan oksigen, dibutuhkan jantung yang sehat sebagai “mesin pompa darah”. Agar jantung memiliki kinerja yang optimal, olahraga adalah kuncinya.

Tanpa berolahraga, kinerja jantung akan lemah dan aliran darah jadi tidak lancar. Untuk memperlancar aliran darah, Emilia menganjurkan untuk melakukan brisk walk (jalan cepat) selama 40 menit sehari.

“Kegiatan ini meski ringan, tapi dapat membantu Anda memperlancar aliran darah. Selain itu, olahraga secara teratur akan membuat otot di dalam tubuh tidak kaku, termasuk otot jantung dan paru-paru,” tambahnya.

3. Memilih lemak baik.

Manusia purba mengonsumsi lebih banyak lemak baik dari pada lemak jenuh. Ikan, kacang-kacangan, dan buah, seperti alpukat, menjadi makanan tinggi lemak baik. Seperti yang Anda ketahui, ikan dan kacang-kacangan mengandung Omega 3, lemak sehat, dan protein tinggi.

Lemak sehat dalam jumlah yang cukup diperlukan tubuh untuk menjaga fungsi-fungsi organ. Selain itu seperti dikutip dari ABC Australia, asam lemak esensial, seperti Omega-3, bisa mencegah penyakit jantung, mengurangi kadar lemak dalam darah, meringankan radang sendi, hingga membantu menyembuhkan asma.

4. Masak sendiri.

Di zaman batu, belum ada restoran atau rumah makan yang tersedia sehingga para manusia purba tentu harus meramu atau mengolah sendiri makanannya. Inilah pelajaran kesehatan yang tak kalah penting, yaitu memasak sendiri sehingga lebih bisa mengontrol kalori yang masuk ke dalam tubuh.

Berbeda dengan kita saat ini yang sangat dimanjakan oleh begitu banyaknya restoran dan outlet makanan cepat saji yang bisa dipesan dengan mudah, bahkan melalui order online, bukan?

Sebuah data dari National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2003 - 2010 membuktikan bahwa makanan restoran ternyata sama tidak sehatnya dibandingkan fast food. Yang menarik, makanan restoran justru mengandung lebih banyak kalori dan sodium dibandingkan dnegan produk fast food.

Makanan restoran diketahui bisa meningkatkan angka kolesterol hingga 58 mg per hari, sementara fast food hanya meningkatkan sejumlah 10 mg. Sementara itu, jika fast food hanya menyumbang sekitar 297 mg sodium, maka makanan restoran justru menambah sebanyak 412 mg.

Jadi, mulailah untuk menyiapkan makanan Anda sendiri. Selain lebih sehat, segar, dan higienis, Anda bisa menghemat uang makan. Tapi, Emilia mengingatkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin memasak sendiri makanan Anda.

Pertama, usahakan tidak menggunakan minyak. Zaman manusia pubra, minyak adalah bahan bakar yang sangat langka, jika pun ada bentuknya adalah minyak nabati. Maka, mereka lebih sering merebus atau memanggang makanannya.

“Gantilah minyak dengan air. Ini memang aneh dan hasilnya pun kurang enak. Akan tetapi dengan cara ini Anda akan terhindar dari kenaikan berat badan dan terhindar dari gangguan penyakit jantung,” ungkapnya.

Kedua, mengontrol garam dan gula. Sudah pasti manusia purba tidak pernah menggunakan gula atau garam – apalagi MSG - saat memasak karena memang perasa tersebut belum ada zaman dulu.

“Garam berlebih dapat memicu hipertensi dan masalah pada ginjal Anda. Sedangkan gula yang berlebih akan menggiring Anda pada obesitas dan tidak stabilnya kadar gula darah yang memicu diabetes. Jadi, kontrol penggunaannya,” tambahnya.

5. Tidur cukup.

Dr. Tim Ryan, profesor antropologi dari Penn State University di US mengatakan bahwa tidur pada zaman purba adalah sesuatu yang cocok dengan kehidupan mereka.

“Saat mereka lelah, mereka akan tidur dengan sendirinya,” ujar Tim.

Jadi, bukan masalah dibutuhkan atau diharuskan. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang mempengaruhi kesadaran dan nalar manusia seharusnya. Kuncinya adalah untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Bukan tidur yang dibatasi jam kerja seperti yang Anda lakukan di era modern ini.

Sebuah penelitian di Belanda yang dipublikasi oleh The European Journal of Preventative Cardiology menunjukkan bahwa tidur cukup akan mengurangi risiko obesitas, penyakit jantung, dan menghindarkan dari risiko kematian dini.

Tak hanya itu, dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki neuron-neuron (sel-sel otak) yang rusak. Tidur juga berperan menyegarkan kembali koneksi penting antar sel-sel otak yang kurang digunakan. 

populerRelated Article