Kenal Bakcang? Ternyata Makanan Ini Punya Sejarah Mendalam...
Setiap tanggal 5, bulan kelima dalam penanggalan Cina, ada perayaan khusus yang diberi nama Festival Bakcang. Bakcang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online disebut "bacang", yang artinya penganan seperti lontong, dibuat dari beras (ketan) yang diisi daging.
Bakcang sendiri merupakan makanan tradisional masyarakat Tionghoa yang terbuat dari beras atau ketan dan dibungkus dalam bentuk empat sudut oleh daun bambu.Empat sudut tersebut melambangkan empat filosofi, yakni Zhi zu atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan tidak boleh serakah, Gan En atau bersyukur dengan berkah dan tidak boleh iri, Shan Jie atau pengertian dan selalu menilai seseorang dari sisi baik, serta Bao Rong atau merangkul dengan mengembangkan cinta kasih kepada
sesama.
Tahun ini, masyarakat Tionghoa Indonesia merayakan Hari Bakcang atau Peh Cun pada 18 Juni 2018 mendatang.
Salah satu tempat yang merayakan Festival Bakcang 2018 adalah restoran di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Pantjoran Tea House.
Lewat agenda bertajuk "Serunya Membungkus dan Melilit Bakcang", pada 11 Juni 2018, pengunjung restoran diajari bagaimana caranya melilit makanan segi empat tersebut.
"Peserta dapat mengetahui histori dan tradisi dari dari Festival Bakcang. Mereka juga diberi tahu bahwa melilit bakcang perlu keahlian khusus," terang Ketua Panitia Festival Bakcang, Christian kepada Suara.com.
Pada agenda tersebut, tim dapur dari Pantjoran Tea House mengajarkan tata cara membungkus dan melilit bakcang pada sekitar 20 peserta festival.
"Membuat bakcang memang tak susah, tapi yang susah. Yang susah adalah mengikat talinya. Kalau tidak bagus, akan tumpah dan tidak bisa dimakan karena lengket semua. Makanya penting bagaimana cara membungkus dengan benar," papar pemerhati budaya Cina, yang didatangkan oleh Pantjoran Tea House, Suwarni.
Lahirnya Hari Bakcang sendiri tak lepas dari tokoh bernama Qu Yuan (340 – 278 SM), menteri besar yang dikenal tangguh dan sangat berpengaruh di negeri Chu.
Qu Yuan berhasil mempersatukan enam negeri ke dalam Negeri Cho untuk kemudian menyerang Negeri Chien. Orang-orang Negeri Chien kemudian menyerang balik dengan menyebar fitnah yang membuat Yuan terusir dari negerinya sendiri.
Pada tahun 278 dan dalam pengasingan, Yuan mendengar bahwa pasukan Chien menyerbu Ying, Ibu Kota Chu. Mendengar kabar tersebut, Qu Yuan berperahu ke Sungai Bek Lo dan menceburkan diri ke dalam sungai yang berarus deras.
Penduduk desa kemudian berusaha mencari tubuh Yuan. Mereka mendayung perahu sambil memukul drum untuk menakuti-nakuti ikan dan roh-roh jahat agar tidak mengganggu tubuh pemimpinnya.
Warga juga melempar bakcang agar dimakan oleh para ikan sehingga ikan tidak memakan tubuh Yuan. Pelemparan bakcang juga dimaksudkan sebagai persembahan untuk roh Yuan.
Untuk mengenang jasanya, masyarakat Tiongkok menggelar tradisi makan bakcang, makanan yang sudah ada sejak zaman Dinasti Zhou (1046-256 SM), setiap hari 5 bulan 5 penaggalan Imlek.