icon-category Health

Kenali Gejala Kusta Sebelum Berakibat Cacat Permanen

  • 19 Oct 2018 WIB
Bagikan :

Masyarakat di Kabupaten Bandung Barat diminta agar waspada terhadap gejala penyakit kusta agar dapat ditangani lebih dini. Soalnya, banyak penderita kusta yang tidak mengetahui gejala tersebut sampai akhirnya mengalami cacat permanen.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Hernawan Widjajanto didampingi Penanggung Jawab Program Kusta, Ari Rahmat mengungkapkan, penyakit kusta disebabkan kuman yang ditularkan penderita melalui udara. "Penularannya terjadi secara perlahan dan dalam waktu yang lama, sehingga penderita sering kali tidak merasakannya," ujar Hernawan, Jumat, 19 Oktober 2018.

Dia menuturkan, gejala awal awal penyakit kusta yaitu adanya bercak merah atau putih pada kulit, seperti pada tangan, kaki, ataupun anggota tubuh lainnya. Gejala ini sering diabaikan karena penderita tidak merasa gatal ataupun sakit.

Namun dampaknya, anggota tubuh di sekitar bercak tersebut juga mati rasa. Jika tak segera ditangani, bisa menyebabkan jari tangan atau kaki kiting (memendek) bahkan bisa menyebabkan kebutaan jika menyerang mata.

Menurut Hernawan, kusta bisa diobati jika terdeteksi sejak awal. Bahkan, penderita bisa sembuh total setelah menjalani pengobatan rutin selama 6 bulan hingga 1 tahun. 

"Beberapa penderita kusta di KBB sudah sembuh setelah diobati dan tidak mengalami cacat. Namun yang sudah cacat karena telat terdeteksi juga penyakitnya tak akan menjalar jika diobati rutin," ujarnya.

Dia menuturkan, kasus penderita kusta di Bandung Barat selalu ditemukan setiap tahun. Namun, jumlahnya terus menurun setidaknya sejak tiga tahun terakhir.

Tahun ini, ada 4 penderita, menurun dari tahun 2017 sebanyak 8 penderita dan pada 2016 sebanyak 16 penderita. Jumlah kasus terbanyak terjadi pada 2012 yang mencapai 32 penderita.

Di Jawa Barat, jumlah penderita kusta di Bandung Barat termasuk paling rendah. Namun secara global menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) PBB, Indonesia menempati peringkat ketiga untuk penderita kusta terbanyak setelah Brasil dan India.

Hernawan menambahkan, penanganan penderita kusta ini dibutuhkan juga agar tidak menularkan kepada orang lain. Dengan demikian, petugas Dinkes kerap memeriksa semua warga di satu desa ketika di desa tersebut ditemukan penderita kusta.

"Yang jelas, penyakit ini bisa disembuhkan. Jadi, kusta ini bukan akibat kutukan, siksaan, apalagi guna-guna. Kusta disebabkan kuman," ujarnya.***

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini