icon-category Technology

Kencan Online: Hanya Sementara atau untuk Selamanya?

  • 05 Jan 2019 WIB
Bagikan :

Sebagian dari Anda mungkin sudah pernah mengalami masa-masa duduk sendiri di kafe dengan harapan ada laki-laki yang mengajak berkenalan atau sekadar mengajak berbicara. Suatu hal yang sepertinya kini hanya terjadi di adegan-adegan film romantis.

Atau Anda mungkin juga sudah melewati masa menjalani blind date dengan relasi dari sahabat yang hasilnya kebanyakan ditentukan oleh faktor keberuntungan. Jika kebetulan cocok ada kemungkinan berlanjut, jika tidak maka perkenalan berakhir begitu saja.

Namun di era digital saat ini, dua hal tersebut sepertinya jarang dilakukan oleh para pencari cinta. Karena mereka telah menemukan alternatif baru untuk mendapatkan pasangan, yaitu melalui situs atau aplikasi online.

Para pencari cinta kini tidak lagi harus berkeringat dingin dan gugup ketika berkenalan pertama kali dengan pasangan idamannya. Mereka hanya tinggal duduk dengan nyaman di kafe, di kamar, di kantor, atau bahkan di toilet sekalipun untuk kemudian memilih laki-laki atau perempuan idaman masing-masing. Persis seperti ketika kita melakukan online shopping. Bisa dilakukan dimana saja.

Ada banyak pilihan situs dan aplikasi kencan online. Ada Tinder, Match, OkCupid, Bumble, Coffee Meets Bagel, dan masih banyak lagi.

Jumlah pengguna aplikasi dan situs kencan online terus bertambah setiap tahunnya. Seperti Tinder dan OkCupid misalnya, pengguna mereka kini mencapai angka puluhan hingga ratusan juta orang di seluruh dunia. Bahkan sebuah artikel dari The New York Times pada tahun 2014 menyatakan bahwa setiap pengguna telah menghabiskan waktu setidaknya 90 menit untuk swiping di Tinder perharinya. Hal ini membuktikan bahwa kencan online benar-benar menjadi alternatif baru bagi para pencari pasangan.

Kebanyakan orang lebih memilih kencan online karena kemudahan yang ditawarkan. Aplikasi dan situs kencan online berhasil membantu seseorang menjadi lebih berani untuk berkenalan dengan orang baru ketimbang saat mereka bertemu langsung.

“Menurut saya kencan dan situs kencan online itu merupakan medium yang bagus bagi seseorang yang ingin mendapat kenalan atau pasangan, terutama di Indonesia. Karena orang Indonesia ini berbeda dengan orang luar negeri. Di luar negeri mungkin berkenalan di kafe, ngobrol, hingga bertukar kontak pribadi masih sering terjadi sampai saat ini. Tetapi sifat orang Indonesia yang tidak enakan membuat mereka segan untuk berkenalan dengan orang asing secara langsung,” ungkap Andrea Gunawan, seorang Independent Image Consultant & Date Coach.

Dengan kemudahan dan kepraktisannya, tak dapat dipungkiri jika kencan online telah memberi para pencari cinta peluang yang lebih banyak untuk bisa memilih pasangan yang sesuai dengan keinginan.

Tetapi banyak yang bertanya-tanya apakah kencan online bisa menjanjikan hubungan yang langgeng dan berakhir bahagia atau hanya sementara saja? 

Dilema Kencan Online

Memiliki paras cantik, pintar, karier yang sukses dan kepribadian yang menyenangkan ternyata tidak menjamin seseorang untuk bisa cepat mendapatkan pasangan.

Hal ini dialami betul oleh Nuky Irhamna (35). Perempuan yang sebelumnya berprofesi sebagai akuntan di perusahaan multinasional ini mengaku belum menemukan jodoh yang sesuai dengan keinginannya. Padahal jika dilihat dari luar, tidak ada yang kurang dari Nuky. Cantik, menarik, memiliki karier yang bagus serta pembawaan yang supel dan menyenangkan.

Tetapi kenyataannya, di usia pertengahan kepala tiga, Nuky masih merasa kesulitan mencari pasangan. Kencan online pun telah dijalaninya selama enam tahun, sehingga menurutnya ia sudah berada pada tahap ‘ketagihan’.

“Kencan online saat ini seperti sudah mendarah daging bagi saya. Tapi sampai sekarang belum juga bertemu yang cocok, entah kenapa. Mungkin karena saya merasa sudah ketagihan, jadi saya selalu membandingkan. Ketika bertemu dengan satu laki-laki, saya jadi ingin coba cari lagi yang lain dengan anggapan mungkin ada yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya,” cerita Nuky saat bertemu dengan kumparanSTYLE.

Petualangan Nuky di dunia kencan online bermula dari keinginannya untuk melupakan patah hati akibat hubungan cinta yang gagal. Ia ingin curahan hatinya didengar oleh seseorang tanpa harus menjelaskan siapa dirinya.

Setelah mencari informasi seputar aplikasi dan situs kencan online, Nuky memantapkan diri untuk berselancar mencari kenalan di dunia maya lewat situs Date in Asia.

Sejak saat itu ia mulai merasa sangat nyaman mencari pasangan lewat kencan online. Nuky pun banyak berkenalan dan bertemu dengan berbagai macam tipe laki-laki. Ada yang sangat cocok dengannya, ada pula yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Namun entah kenapa hingga saat ini, ia belum bisa mempertahankan hubungan hingga jangka waktu lama. “Biasanya saya kasih waktu 3 bulan untuk melihat apakah hubungan dengan seseorang bisa dilanjutkan apa tidak. Kalau memang sepertinya tidak akan mengarah ke sesuatu yang serius, ya langsung saya stop komunikasi setelah 3 bulan,” ceritanya. Namun ia mengungkapkan pernah sekali menjalin hubungan yang serius hingga hampir menikah dengan seorang pria yang berasal dari Amerika Serikat, namun akhirnya kandas juga.

Selain faktor ketidakcocokan, ada faktor-faktor lain yang membuat Nuky tak kunjung menemukan cinta sejatinya di kencan online, yaitu karena adanya pengalaman yang kurang menyenangkan.

“Mungkin banyak orang juga mengalami hal yang sama seperti saya saat main kencan online. Apa yang kita lihat di foto seringkali tidak sesuai dengan aslinya saat bertemu langsung. Saya juga sadar diri, mungkin ekspektasi saya terlalu tinggi,” tuturnya sambil tertawa. Meski begitu, hingga saat ini Nuky belum putus harapan. Dia masih rajin berselancar dan ‘berbelanja’ pria menarik di berbagai situs kencan online. 

Nuky mengibaratkan kencan online sama seperti online shopping. Ia bisa memilih atau ‘browse’ pria yang menarik hatinya sesuai dengan keterangan yang tertera di aplikasi. “Zaman sekarang semenjak ada belanja online semua lebih gampang, orang tidak lagi perlu menyediakan waktu untuk ke pasar atau supermarket. Dating online juga sama, saya bisa swipe left atau right, mencari bermacam tipe laki-laki sesuai dengan yang saya mau tanpa perlu berpindah tempat. Semua informasinya sudah tersedia di layanan kencan online itu. Saat juga bisa melakukannya sambil bersantai, sambil kerja, atau sembari melakukan apapun tanpa memiliki rasa takut calon pasangan kita melihat langsung,” ungkapnya.

Meski situs dan aplikasi kencan online mampu membantu banyak orang untuk mencari pasangan, tapi banyak juga yang merasa skeptis dengan efektifitasnya. Aplikasi Tinder misalnya telah memiliki citra tersendiri di mata para pencari cinta. Banyak yang tidak percaya jika aplikasi tersebut bisa menghasilkan hubungan jangka panjang dan hanya digunakan oleh orang-orang yang hanya mencari hubungan singkat dan pasangan seks.

Salah satunya adalah Klaudia Mere. Staf PR di sebuah firma internasional berusia 30 tahun ini kerap mendapat tawaran dari beberapa laki-laki yang match dengannya di Tinder untuk berhubungan seks tanpa basa-basi. Karena itu Klaudia hanya menganggap aplikasi kencan online sebagai medium untuk mengisi waktu luang dan menjalin relasi baru.

Sebuah studi yang diterbitkan sekitar tahun 2017 oleh Leah LeFebvre menyatakan bahwa 51.5 persen partisipan meyakini bahwa Tinder memang dibuat untuk membantu pengguna mencari pasangan hook-up (bercinta), 33.5 persen percaya Tinder bisa untuk berkencan, dan 15 persen untuk bertemu dengan orang baru. Survei tersebut dilakukan terhadap 395 orang dewasa muda (Usia 18-34 tahun) yang mengatakan mereka telah menggunakan Tinder.

Tetapi ternyata anggapan bahwa Tinder hanya digunakan untuk sekadar cinta sesaat ditampik oleh Bil Calvin yang menemukan cinta sejatinya lewat Tinder.

Berawal dari obrolan ringan, hubungan Bil dan pasangannya, Delia, berlanjut hingga hitungan bulan. Keduanya kemudian saling mengenal keluarga dan teman masing-masing sebelum akhirnya sepakat untuk meresmikan hubungan. Tiga tahun berselang, Bil dan Delia pun akhirnya memutuskan melangkah ke jenjang yang lebih serius dan berencana akan menikah di tahun 2019 ini.

Begitupun kisah cinta Faza dan Teguh yang berawal dari Tinder. Meskipun Teguh merupakan seorang duda muda dengan putri berusia 6,5 tahun, Faza (24) jatuh hati pada Teguh dan memantapkan diri untuk menerima pinangannya. Keduanya kemudian resmi menikah pada Juli 2018 lalu.

Berbagai pengalaman yang dialami para pencari cinta tersebut memperlihatkan bahwa kesuksesan kencan online tidak hanya ditentukan oleh situs dan aplikasinya. Tetapi lebih kepada bagaimana masing-masing individu yang menjalani prosesnya.

Keseriusan seseorang mencari pasangan, kecocokan, kriteria pasangan yang diinginkan, hingga prinsip, turut mempengaruhi sebuah hubungan yang terjalin lewat kencan online. Ketika sekali bertemu dan dirasa cocok, maka hubungan bisa berlanjut ke tahap yang lebih serius dan mungkin berujung pada pernikahan. Banyak juga yang serius tapi hanya sebatas dijadikan pacar saja. Tetapi tak sedikit pula yang serius mencari pasangan namun belum juga menemukan yang pas dengan alasan yang beragam.

Benarkah Kencan Online hanya untuk Orang yang Putus Asa?

Popularitas kencan online juga tidak lepas dari berbagai stigma. Salah satunya adalah stigma yang mengatakan jika seseorang menggunakan situs dan aplikasi kencan online berarti mereka sudah desperate atau putus asa dalam menemukan jodohnya. Padahal yang sebenarnya terjadi tidak juga demikian.

“Saya tidak setuju dengan anggapan kalau orang yang melakukan kencan online itu termasuk orang yang desperate. Karena putus asa atau desperate itu jika mereka tidak berusaha. Kalau kita menjalani kencan online sebagai upaya untuk mendapatkan pasangan, menurut saya itu adalah bentuk usaha dibandingkan dengan mereka yang menunggu dan pasrah,” tutur Nuky.

Nuky sendiri juga mengakui bahwa kencan online sangat membantunya memiliki ‘teman’ di luar. “Ketika saya kerja full time, sulit sekali untuk meluangkan waktu untuk keluar dan bersosialisasi serta bertemu orang baru,” ujarnya yang saat in sudah bekerja freelance.

Hal sama diamini oleh Wanda (bukan nama sebenarnya) dokter berusia 36 tahun yang sedang menyelesaikan kuliah spesialis kulit. Di usianya yang sudah pertengahan 30, Wanda mengakui adanya rasa cemas tidak akan menemukan pasangan hidup.

Namun kuliahnya di bidang spesialis kedokteran membatasi waktunya untuk bisa menikmati kegiatan bersosialisasi. Karena itu, di sela-sela usahanya untuk tetap keluar bersosialisasi, brunch atau pesta cocktail bersama temannya sambil mencari laki-laki dambaan, ia menyibukkan dirinya dengan hubungan jarak jauh melalui situs kencan online.

Berbagai situs kencan online juga sudah pernah dicoba Wanda. Walaupun tidak pernah berujung hubungan yang serius, ia tidak menyerah dan tetap screening profil tlaki-laki dambaannya di berbagai situs kencan online. Seperti apa tipe laki-laki dambaan Wanda? "Kaukasia, berpendidikan minimal master dan tampilan preppy serta clean," ceritanya sambil tertawa.

“Saat ini permasalahan utama saya untuk menemukan pasangan adalah waktu. Jika nanti saya memiliki lebih banyak waktu, saya bisa aktif kembali dalam kehidupan sosial yang memungkinkan saya bertemu orang,” ujarnya.

Yunita Ridevianti, seorang psikolog sekaligus Senior Dating Coach Setipe dan Lunch Actually Indonesia juga mengungkapkan bahwa tidak semua kliennya atau pengguna kencan online adalah orang-orang yang desperate dalam mencari pasangan.

“Dari hasil interview saya dengan para klien, menurut saya tidak semuanya desperate. Pasti ada, tapi persentasenya tidak sebesar yang dibayangkan orang pada umumnya, karena sekarang banyak orang menggunakan kencan online karena mereka sibuk. Selain itu kencan online kan convenient, mereka bisa bertemu dengan banyak orang dengan cakupan yang luas. Banyak juga kok orang yang hanya mencari teman, menambah network, teman yang nantinya bisa hangout atau spending time bareng,” tutur Yunita.

Sebagai dating coach yang sudah membantu banyak perempuan yang ingin mencari tambatan hati, Andrea juga mengatakan bahwa kencan online bisa sangat membantu para kliennya yang kebanyakan adalah perempuan urban dan perempuan karier yang sudah tidak memiliki waktu lebih untuk bersosialisasi namun tetap ingin mendapatkan kenalan atau pasangan.

Dengan adanya kencan online, para perempuan sibuk hanya tinggal menghadap ke layar ponsel atau laptop, membuka situs atau aplikasi kencan online dan mengobrol dengan banyak pria, hal yang bisa mereka lakukan sambil bekerja dan ketika lembur malam.

Perkara apakah hubungan tersebut nantinya akan bisa bertahan lama, selamanya atau sementara saja, itu tidak masalah. Yang penting memiliki kenalan sebanyak mungkin, seperti memasukkan benda item favorit Anda ke dalam keranjang belanjaan sambil memilah-milah mana yang nantinya akan ‘dibeli’.

Nuky yang saat ini sedang bekerja freelance masih terus aktif dalam kegiatan online datingnya.. Meski sekarang ia memiliki lebih banyak waktu untuk bersosialisasi di dunia nyata, ia mengaku tetap nyaman dengan online dating. “ Saya lebih sreg mencari sendiri melalui situs online daripada dikenalkan teman atau berkenalan secara langsung.”

Dan meski telah berusaha selama 6 tahun tanpa membuahkan hasil, Nuky tetap percaya bahwa suatu hari nanti ia akan menemukan jodohnya lewat kencan online. “Sampai sekarang saya masih mencari seseorang yang serius dan masih terus mencoba. Saya yakin suatu hari nanti ada orang yang akan tepat. Saya berharapnya memang mendapat jodoh dari kencan online,” ujar Nuky.

Simak ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Kencan Online

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : kencan online kencan 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini