Sponsored
Home
/
Travel

Kereta Api, Transportasi Mudik yang Tetap Jadi Primadona

Kereta Api, Transportasi Mudik yang Tetap Jadi Primadona
Preview
Oscar Ferry31 May 2019
Bagikan :

Kondisi Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat terpantau sibuk pada Kamis (30/5) atau H-6 Lebaran 2019. Ratusan pemudik memadati stasiun yang dibangun pada 1916 tersebut. Sebagian hanya melepas kepergian kerabatnya, sementara sebagian lain tengah menunggu waktu keberangkatan.

Salah satunya adalah Roland. Pria berusia 22 tahun ini terlihat berdiri di depan pintu keberangkatan Stasiun Senen, Jakarta Pusat. Berbekal tas punggung dan koper, ia tengah menanti keberangkatan KA Matarmaja menuju Kediri, Jawa Timur yang sedianya berangkat pukul 15.00 WIB.

Kala itu, waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB. Masih ada 1,5 jam lagi bagi Roland sebelum meninggalkan Jakarta. Namun, ia memilih membunuh waktu dengan berbincang kepada CNNIndonesia.com ihwal kecintaannya menggunakan kereta api saat mudik.

"Saya sudah di Jakarta tiga tahun terakhir dan saya selalu mudik menggunakan kereta api. Selama ini layanannya cukup memuaskan," jelas Roland, Kamis (30/5).

Kalau ada lomba orang yang setia dengan kereta api, mungkin Roland-lah juaranya. Kesetiaan Roland itu bukan tanpa alasan. Sebab sejumlah hal menjadi faktor kenapa dia jatuh cinta kepada moda transportasi ular besi ini.

Ia merinci bahwa kereta api memiliki dua kelebihan, yakni jadwal yang tepat dan frekuensi keberangkatan yang banyak. Roland kemudian mencontoh perjalanan menuju Kediri, Jawa Timur, di mana waktu keberangkatannya dalam sehari bisa lebih dari tiga kali dari Jakarta.

Selain itu, kereta yang ditumpanginya tak pernah punya rekam jejak keterlambatan yang sangat kronis.

"Tepat waktu, ini yang bikin saya suka dengan kereta api. Jadi sudah bisa mengukur waktu keberangkatan dan waktu sampai. Saya akan naik kereta jam 15.00, nanti mungkin sampai jam 06.00 atau 07.00 pagi, dan itu semuanya selalu tepat waktu," ujar pegawai swasta ini.

Dua faktor inilah yang bikin dia tak mau berpaling hati ke moda transportasi lain. Termasuk, bus yang saat ini disebut-sebut bisa memangkas waktu perjalanan karena sudah bisa lewat tol Trans Jawa.

Menurut dia, bepergian menggunakan bus memiliki kelemahan tersendiri. Pertama, jadwal keberangkatan dari Jakarta terbilang terbatas. Kedua, naik bus bikin ia grogi, sebab tak tahu hambatan apa yang akan terjadi sepanjang perjalanan.

"Bisa jadi malah naik bus ini lebih lama, karena kan kadang ada hal tak terduga seperti macet. Jadi, bagi saya memang lebih baik naik kereta saja karena lebih praktis," tuturnya.

Saking puasnya dengan layanan kereta api, ia mengaku tidak memiliki keluhan terkait pelayanan kereta api. Bahkan, ia mengapresiasi PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mau menyediakan makanan buka puasa dan sahur secara gratis kepada pemudik.

"Semuanya sudah cukup baik. Mungkin lebih ditingkatkan saja layanannya, jangan stuck di sini-sini saja," imbuh dia.

Kereta Api, Transportasi Mudik yang Tetap Jadi Primadona
Preview
Tantri (20) salah satu penumpang kereta api yang berangkat melalui Stasiun Pasar Senen, Kamis (30/5). (CNN Indonesia/Galih Gumelar).

Lebih Efektif

Tak hanya Roland, Tantri (20) juga merasakan hal serupa. Mahasiswi ini selalu menikmati perjalanan menggunakan kereta api setiap kali mudik ke Tulungagung, Jawa Timur.

Kereta api telah menjadi idolanya sejak dulu karena dianggap lebih efektif. Jika ia menggunakan transportasi lain, persoalan pulang kampung akan jauh lebih repot.

Jika ia ingin mudik naik pesawat terbang, ia harus turun di Bandara Juanda, Surabaya atau Bandara Abdulrachman Saleh di Malang.

Namun setelah itu, ia harus menempuh jarak jauh menuju Tulungagung. Adapun, jarak antara Surabaya ke Tulungagung terhitung 155 kilometer. Sementara jarak dari kotanya ke Malang terhitung 101 km.

Kereta Api, Transportasi Mudik yang Tetap Jadi Primadona
Preview
Kereta api masih jadi alat transportasi primadona pemudik. (ANTARA FOTO/Yahanan Sulam)


"Memang sejauh ini naik kereta api lebih efektif, lebih dekat dengan rumah. Kalau naik transportasi yang lain tidak akan efisien," jelas Tantri bersama tiga temannya tengah menunggu keberangkatan KA Matarmaja pukul 15.00 WIB ini.

Atas alasan ini pula, Tantri enggan mencoba mudik menggunakan bus melalui Tol Trans Jawa. Apalagi, sejauh ini ia tidak ada keluhan mengenai layanan kereta api. Ia masih memberikan skor 100 untuk ketepatan waktu serta fasilitas yang disediakan KAI.

"Masih nyaman, jadi semuanya masih oke-oke saja," tuturnya.

Kepala Humas KAI Daerah Operasional (Daop) I Eva Chairunisa mengatakan antusiasme masyarakat untuk pulang kampung menggunakan kereta api terbilang cukup tinggi. Ini terlihat dari penjualan tiket H-10 hingga H-1 keberangkatan dari Jakarta yang ludes sebelum memasuki bulan Ramadan.

Padahal, KAI sudah mengalokasikan 20 kereta tambahan setiap hari dengan total kursi mencapai 199.242, dengan jadwal keberangkatan antara 26 Mei kemarin hingga 16 Juni 2019 mendatang. 20 kereta ini melengkapi keberangkatan 58 kereta reguler per hari yang memiliki jumlah kursi sebanyak 765.688 kursi.

"Pada awal pekan Ramadan, 86 persen dari tiket kereta untuk keberangkatan dari Jakarta sudah terjual, khususnya untuk H-7 hingga H-1 Idul Fitri. Jadi antusiasme masyarakat sudah cukup tinggi," tutur dia.

[Gambas:Video CNN]

Berita Terkait

populerRelated Article