Ketika Puisi Kurang Diminati di Zaman Now, Apa yang Salah?
-
Puisi dewasa ini kurang diminati kaum muda di Indonesia. Keberadaannya pun dianggap hanya untuk kalangan tertentu saja. Tak heran jarang ada produk yang mau mensponsori lomba-lomba puisi karena peminat pesertanya yang sedikit.
Rosa Rosdaryanti, creator and CEO of Entertainment Business mengatakan, bukan tidak mungkin puisi memiliki nilai jual di masyarakat. Penting untuk dkperhatikan adalah packaging dalam pementasan puisi, agar menarik minat masyarakat, khususnya kaum muda."Saya pernah baca berita, ada lomba pusi di Serang hadiahnya serbet. Gimana anak-anak bisa menyukai dan mempelajari puisi kalau hadiahnya cuma serbet," ujar Rosa dalam materi Pelatihan Hermeneutik Puisi, di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta Timur, Kamis (9/8).
Rosa menuturkan, di samping penilaian baku yang sudah ada, penampilan si pembaca puisi juga menjadi faktor penting. Rosa mengaku sering menggunakan pembacaan puisi sebagai pembuka acara konser yang diselenggarakannya.
"Saya sering menggunakan puisi untuk konser outdoor dan indoor. Tentunya dengan kriteria saya sehingga itu layak ditonton. Jadi standar penilaian yang kaku membuat puisi hanya dinikmati orang tertentu saja," katanya.
Masih dikatakan Rosa, ketimbang puisi, story telling justru yang kini lebih diminati di sekolah-sekolah. Padahal story telling hanya lah bercerita, sementara puisi memilik keindahan yang begitu dalam. Jika kondisi itu terus dibiarkan, puisi akan hanya sekadar ada, dan tidak berkembang.
Menutup materinya, Rosa meminta setiap peserta pelatihan menuliskan dua bait puisi yang bertemakan Indonesia. Lalu setiap mereka membacakan puisi itu secara berantai, dengan iringan musik. Hasilnya, untaian kata yang terbersit di setiap peserta, terangkai dengan indah.
(tov / wida)