Kiat Jadi Pemain Esport Profesional
Evos menggelar For The Win (FTW) City Tour Coaching Clinic ke 10 Kota di Indonesia. Kota Bogor menjadi destinasi terakhir untuk memberikan gambaran bagi para gamer yang terjun di dunia esport.
Manajer Evos Roar, Kristiawan Eko Susilo menjelaskan, menjadi seorang gamer profesional tidak harus berlatih selama berjam-jam dalam sehari. Menurutnya, gamer profesional hanya butuh waktu empat jam perhari untuk dapat bermain secara fokus hingga dapat menjadi juara.
"Kita memberi gambaran pada mereka. Jika biasanya gamer itu membutuhkan waktu bermain sampai lupa makan, lupa waktu, bukan seperti itu. Kalo mereka ini (gamer profesional) enggak, bermain secara fokus, kurang lebih hanya empat jam," ujar Kristiawan, akhir pekan lalu.
Pria yang akrab disapa Kris itu menjelaskan, untuk menjadi gamer profesional tentu harus aktif mengikuti kejuaraan atau turnamen dan bergabung dengan komunitas esport dapat meningkatkan kemampuan. Jam terbang dan pengalaman pun dapat diasah sehingga selalu meningkat signifikan.
Sejak esport mendapat dukungan dari pemerintah, Kris mengatakan, gamer profesional dapat dijadikan sebagai profesi yang menjanjikan. Meskipun tak menyebut secara rinci, Kris mengatakan, gamer profesional dapat memperoleh gaji hingga puluhan juta per bulan.
"Jadi gamer itu tetap bisa manage waktunya. Game itu gak buruk. Dengan game bisa menghidupi keluarga karena sistem di Evos hampir sama seperti klub sepak bola, ada gaji bulanan, ada kontrak dan ada bonus jika memenangi kompetisi," ujarnya.
Sementara, M. Farchan (Evos Manay), Regi Pratama (Evos MR.05), dan Saeful Muharrom (Evos MR.13) yang berasal dari Evos Capital juga memberikan pengalamannya dalam menjuarai turnamen World Cup Free Fire di Thailand April 2019. Menjadi gamer profesional harus komit dan mengatur waktu bermain, serta latihan.
"Atur waktu, latihan, dan fokus. Karena ini menjadi profesi," kata Farchan.
Sewaktu awal kuliah, Farhan menceritakan, dirinya hanya bermain game tanpa tujuan. Namun, pada masa akhir kuliah dia mendapat tawaran untuk menjadi 'joki' game.
"Zaman kuliah itu ngejoki (Dota 2). Saya lihat, (gamer) ini ada potensinya. Peluangnya bagus," katanya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menggeluti game sebagian profesi. Dia menyebut, telah dapat membiayai kehidupan orang tuanya.
"Bisa ngasih jatah ke orang tua, ngasih arahan ke teman-teman, kalo main game itu harusnya fokus dan diatur waktunya," katanya.