Sponsored
Home
/
Digilife

Kisah Marko Djuliarso, Orang Indonesia Ikut Proyek Roket NASA ke Bulan dan Mars

Kisah Marko Djuliarso, Orang Indonesia Ikut Proyek Roket NASA ke Bulan dan Mars
Preview
Tomy Tresnady09 March 2021
Bagikan :

Marko Djuliarso (Foto: VOA)

Uzone.id - Di balik proyek roket milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) ternyata ada insinyur asal Indonesia, Marko Djuliarso. Dia sekarang bekerja sebagai Industrial Engineer (Teknik Industri) di Boeing di mana terlibat dalam pembuatan komponen roket Space Launch System.

"Fokus di penjadwalan, biaya, kualitas, selain itu juga banyak menganalisa data," tutur Marko, seperti dikutip Uzone.id dari video VOA.

Melansir laman Wikipedia, Teknik Industri adalah suatu teknik yang mencakup bidang desain, perbaikan, dan pemasangan dari sistem integral yang terdiri dari manusia, bahan-bahan, informasi, peralatan dan energi.

Hal itu digambarkan sebagai pengetahuan dan keterampilan yang spesifik pada matematika, fisika, dan ilmu-ilmu sosial bersama dengan prinsip dan metode dari analisis keteknikan dan desain untuk mengkhususkan, memprediksi, dan mengevaluasi hasil yang akan dicapai dari suatu sistem.

BACA JUGA: FOTO: Lima Andalan Realme Narzo 30A yang Dijual Rp1,899 Juta

Bidang garapan teknik industri adalah sistem integral yang terdiri dari manusia, material/bahan, informasi, peralatan, dan energi.[1] Dasar keilmuan teknik industri multidisiplin, karena teknik industri tidak hanya bertumpu pada ilmu matematika dan fisika, tetapi juga ilmu sosial dan manajemen.

Roket yang digarap oleh Marko kali ini disebut sebagai roket NASA paling kuat dan akan bawa astronaut ke bulan pada tahun 2024

"Untuk launch pertama ke bulan, tapi kita ada target (jangka panjang) ke Mars," kata Marko.

Menurut Marko, proyek ini bisa disebut paling keren, dan ia merasa beruntung bisa turut ambil bagian. Dia juga mengatakan, paling memuaskan kalau dia sudah bisa menyelesain produk pertama dan bisa menyerahkan produk itu ke pelanggan.

Marko punya gelar akademik dari Universitas Tennessee, Universitas Southern California, dan Universitas Teknologi Nanyang Singapura.

"Nggak pernah bercita-cita untuk (berkarier) ke (bidang) roket apalagi aerospace. Bapak saya nganjurin ambil aja nih industrial engineering atau teknik industri. Sebagai anak yang baik saya ikuti aja," tutur dia.

Jalan hidup Marko sempat terseok-seok. Apalagi pernah mengalami krisis ekonomi pada tahun 2009. Dia pernah saat itu banyak mengirimkan lamaran pekerjaan "

"Selama 6 bulan saya kira-kira setiap minggu mungkin apply 100 kerjaan," kata dia.

Marko dapat tawaran dari Boeing justru saat bekerja di perusahaan produksi jendela di Dallas, AS. "Saya juga sudah lupa pernah interview sama Boeing, pernah appley ke Boeing. Jadi setelah pikir-pikir sedikit, saya dan Vieda, istri saya, memutuskan untuk ambil kerjaan di Boeing dan pindah ke daerah Seattle, Washington."

Selama di Boeing, Marko pernah terlibat dalam proyek pesawat komersial 787 dan 777 di Seattle dan Italia dan akhirnya menggarap roket untuk NASA di New Orleans.

populerRelated Article