icon-category News

Kisah Pedagang Kecil Jutawan, Lebih Bahagia dari Orang Kantoran

  • 21 Oct 2016 WIB
Bagikan :
alt-img

Ada pekerjaan yang tak terpengaruh oleh rendah atau tingginya upah minimum Provinsi DKI Jakarta. Yaitu usaha kecil menengah.

Ketika sekarang terjadi perdebatan tentang nilai kenaikan UMP Jakarta tahun 2017 antara pengusaha dan serikat pekerja, para pedagang kecil tenang-tenang saja. Pengusaha menginginkan UMP hanya Rp3,2 juta, tetapi serikat pekerja menuntut Rp3,8 juta dengan mempertimbangkan kebutuhan hidup layak yang terus naik tiap tahun.

Wartawan Suara.com mendengarkan cerita para pedagang kaki lima, di antaranya di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Agus (35), warga asal Wonosobo, Jawa Tengah, mengaku pendapatannya selama ini sudah cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Dia berjualan kopi dan rokok dengan cara berkeliling di daerah Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang.

"Alhamdulillah mas, cukup buat biaya hidup di Jakarta. Dan juga buat ngirim keluarga di kampung," kata Agus kepada Suara.com.

Agus yang sudah tiga tahun berdagang kopi dan rokok menambahkan kalau ditotal-total, pendapatan sebulan jauh melebihi dari UMP Jakarta tahun 2016 yang hanya Rp3,1 juta.

"Pendapatan ya mas, seharinya bisa Rp180 ribu sampai Rp200 ribu mas. Alhamdulillah pokoknya mas sudah bersih nggak ada biaya keluar yang lain, ya sebulan bisa Rp6 juta mas," ujar Agus.

Dengan pendapatan sebesar itu, Agus bisa menghidupi anak dan istri di kampung halaman.

"Biaya paling besar, ya ngirim uang ke anak sama istri mas, tiap bulan empat jutaanlah ke kampung sisanya buat saya di sini (Jakarta)," ujar Agus.

Agus bersyukur sampai hari ini masih diberi kesehatan. Baginya, mencari nafkah itu yang penting halal.

"Ya disyukuri aja mas. sampai saat ini cukup kok buat keluarga semua alhamdulillah," ujar Agus.

Pedagang rokok bernama Siti Humaizah (44) di daerah Kemang, Jakarta Selatan, juga mengaku penghasilannya sebagai pedagang kecil-kecilan sudah mencukupi. Hidupnya lebih tenang dibandingkan dengan bekerja kantoran yang hampir tiap hari dipusingkan oleh tuntutan kerja perusahaan.

"Alhamdulillah mas, sebulan bisa nggak tentu, bisa Rp4 juta sampai Rp5 juta penghasilan," kata Siti kepada Suara.com.

Siti menambahkan penghasilan tersebut masih kotor karena belum dipotong uang sewa tempat Rp700 ribu per bulan.

"Paling bersihnya, kalau sebulan Rp4,2 juta mas, dipotong bayar sewa kan," ujar Siti.

Siti baru jualan rokok sekitar tujuh bulan. Tempat usahanya ramai, terutama sejak dijadikan pangkalan ojek online.

Warung Siti selain menyediakan kopi dan rokok, juga menjual gorengan sebagai teman minum.

"Ramai mas, gorengan abis terus sama para tukang ojek. Mereka juga sambil nunggu penumpang kan," ujar Siti.

Siti bersyukur dengan usaha ini sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

"Ya, buat hidup di Jakarta ya cukup mas. Selama penghasilan segini ya, mudah-mudahan ramai terus aja warung mas " kata Siti.

Setiap hari, warung Siti buka mulai jam 04.00 WIB. Paling ramai, katanya, akhir pekan.

"Kalau sabtu sama minggu ramai mas. Nyampai pagi tukang ojek di sini. Jadi bisa sampai pagi," kata Siti.

"Mereka juga sampai nyetel-nyetel musik," kata Siti.alt-img

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini