icon-category News

Kisah Suharti Bertahan Hidup dengan Seteguk Air di Rinjani

  • 31 Jul 2018 WIB
Bagikan :

Suharti menjadi pendaki kelompok terakhir yang berhasil dievakuasi Badan SAR Nasional (Basarnas) dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Perempuan berusia 45 tahun itu mengaku sempat kekurangan minum saat terjebak selama tiga hari dua malam di gunung api tertinggi kedua di Indonesia itu.

Ia bersama dua rekan kerjanya, dua porter, dan satu pemandu (guide) terjebak di kawasan pendakian akibat longsor yang disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok Timur pada Minggu lalu (29/7).

Persediaan air mereka sangat terbatas. Mereka terpaksa hanya minum seteguk air ketika merasa dahaga. Itu dilakukan sejak pertama kali mengamankan diri di Batu Ceper, salah satu titik persinggahan di kawasan pendakian itu.

"Kami putuskan untuk hemat air, jadi hanya seteguk minum ketika haus, karena kami tidak tahu sampai kapan akan berada di sana. Apalagi kami hanya bawa ala kadarnya," tuturnya ketika berbincang di Rumah Sakit Lapangan yang berlokasi di Rest Area Sembalun, Selasa (31/7).

Suharti tak bisa memperkirakan berapa banyak persediaan air yang saat itu dimiliki timnya, namun rata-rata setiap pendaki hanya memiliki satu botol air mineral berukuran satu liter.

Siasat lain, Suharti bersama kelompoknya terpaksa hanya makan sisa cemilan yang terbawa untuk mengganjal rasa lapar.

"Saya bilang jangan masak, karena takut air jadi habis kalau masak," katanya.

Ketika cadangan air kian menipis, guide-nya memutuskan untuk pergi ke Danau Segara Anakan, sebuah danau yang terletak di tengah Gunung Rinjani. 

Suharti mengaku sempat khawatir dengan keputusan guide tersebut. Dia cemas akan terjadi longsor lagi di perjalanan dari Batu Ceper ke Danau Segara Anakan. Namun Suharti tetap mempersilakan guide itu menuju Segara Anakan.

Sesampainya di sana, kata Suharti, ternyata kondisi di Segara Anakan lebih baik dan semua pendaki yang ada di situ sudah mulai mengarah ke Sembalun.

"Maka kami bersama-sama turun ke sana," jelasnya.

Kisah Suharti Bertahan Hidup dengan Seteguk Air di RinjaniSuharti dievakuasi petugas menggunakan helikopter. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Akhirnya, Suharti dan kelompoknya bisa kembali minum air dengan jumlah yang lebih banyak dan menghapus dahaga mereka setelah seharian kekurangan air.

Erlyn Halimatu Sadiyah (26), rekan sekelompok Suharti menambahkan mereka juga mulai bisa mengisi perut karena bisa kembali memasak kentang dan ikan yang ditangkap di danau itu.

"Kami terakhir makan pada sore kemarin (Senin), itu makan kentang dan hasil mencoba memancing di danau," tuturnya.

Suharti bilang di Danau Segara Anakan barulah mereka berusaha menghubungi tim SAR.

"Karena sudah ada sinyal dan kami sempat dengar suara helikopter, tapi ternyata helikopter tidak bisa menyelamatkan kami karena kesulitan mendarat dan cuaca tidak mendukung," terangnya.

Keterbatasan itu membuat Suharti dan kelompoknya harus menunggu hingga Selasa pagi untuk dievakuasi oleh tim SAR melalui jalur darat. Rencananya itu berubah lantaran kondisi cuaca yang mendukung. Mereka akhirnya dibawa oleh helikopter milik Basarnas.

Berita Terkait

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini