Home
/
Health

Kucing Ternyata Tak Efektif Jadi Musuh Tikus

Kucing Ternyata Tak Efektif Jadi Musuh Tikus

Kolumnis: 06 October 2018
Bagikan :

Tikus seperti musuh. Tidak hanya bagi warga kota, tetapi juga bagi orang-orang desa. Di desa, para tikus memakan tetumbuhan di sawah. Di kota, tikus terbiasa hidup di selokan dan atap-atap rumah. Sebagian tikus terjangkit penyakit. Beberapa di antaranya menular ke manusia.

Persoalan yang ditimbulkan tikus menyita perhatian sejumlah pemerintah kota. Misalnya di DKI Jakarta. Pada 2015, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengajak warganya memburu dan membasmi tikus got. Satu tikus dihargai Rp20 ribu. Tidak tanggung-tanggung, Djarot menganggarkan Rp80 juta untuk membiayai perburuan itu.

Kata Djarot, "Pada intinya ini kan untuk kebersihan, supaya tidak ada penyakit yang disebabkan tikus. Bisa karena dari kencingnya atau yang lain."

Seruan Djarot didukung Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta saat itu. Kebijakan tersebut lalu dikritik Anies Baswedan, calon gubernur yang bertarung di Pilgub DKI Jakarta 2017 melawan Basuki-Djarot. Menurut Anies, program serupa di negara lain berjalan tidak efektif. Namun, setelah menjadi gubernur DKI Jakarta, Anies menganggarkan Rp280 juta untuk membasmi tikus.

Sedangkan di belahan dunia lain, CNN melaporkan, Tree House Humane Society, lembaga penampung kucing di Kota Chicago, Amerika Serikat (AS), menawarkan jasa pemburuan tikus bernama Cats at Work sejak 2011. Pemburu tikusnya tak lain ialah kucing-kucing yang mereka pelihara.

Cats at Work juga bukan yang pertama dan satu-satunya yang memanfaatkan kucing sebagai pemburu tikus. Kucing tercatat membantu memburu para tikus semasa peradaban Natufians di Suriah pada 10 ribu tahun lalu. Orang-orang Natufians disebut petani pertama yang menyimpan biji-bijian, salah satu makanan yang disukai tikus.

Kucing-kucing pula yang membantu memburu tikus di toko-toko kecil di New York, Disneyland, dan kapal semasa Perang Dunia II. Mirip seperti Cats at Work, di Washington D.C. ada program Blue Collar Cats.

Cerita populer tentang kucing pun menanamkan pemahaman bahwa musuh abadi tikus adalah kucing. Narasinya: tikus takut kepada kucing dan kucing ingin memburu dan memakan tikus. Cerita paling sohor tentang permusuhan itu tergambar dalam film kartun Tom and Jerry—meski dalam beberapa kesempatan, Tom si kucing dan Jerry si tikus tampak akur.

Seorang peneliti ekologi di Fordham University, AS, Michael Parsons, tidak berkenan menganut cerita-cerita populer tentang permusuhan kucing dan tikus begitu saja. Bersama rekan-rekannya, Parsons mendesain riset guna mengetahui perilaku kucing ketika bertemu tikus.

Tikus Datang, Kucing Diam

Parsons dan kawan-kawan meneliti anggota populasi tikus di fasilitas daur ulang sampah di kawasan industri Brooklyn. Caranya dengan menaruh beberapa kamera untuk merekam perilaku kucing dan tikus di wilayah tersebut pada 27 Desember 2017 sampai 28 Mei 2018. Alhasil, dalam rentang waktu tersebut, terekam sebanyak 259 kejadian.

Melalui makalah berjudul "Temporal and Space-Use Changes by Rats in Response to Predation by Feral Cats in an Urban Ecosystem" yang diterbitkan jurnal Frontiers in Ecology and Evolution, Parsons menyampaikan bahwa dari 259 kejadian itu, hanya sebanyak 20 kejadian kucing menguntiti tikus. Bahkan, hanya terdapat 3 kejadian kucing memburu tikus. Dari 3 kejadian itu, tikus mati di 2 kejadian. Artinya, kucing tidak setangguh itu untuk memburu tikus.

Sebagaimana disampaikan Science Alert, Parsons dan kawan-kawan menduga ketidaktangguhan kucing berhubungan dengan jenis tikus. Populasi kucing di Steward Island telah diketahui memangsa tikus. Namun, tikus-tikus itu berukuran sangat kecil, dengan massa sekitar 150 gram. Fenomena itu mirip yang terjadi di Australia. Di sana, kucing memburu tikus berbulu panjang yang massanya juga 150 gram.

Namun, di New York dan Chicago, sebagian besar tikus berjenis tikus Norwegia. Tikus jenis ini bermassa sekitar 300 gram, lebih besar dari tikus di Steward Island atau Australia. Tikus yang mati dalam penelitian Parsons dan kawan-kawan merupakan anggota populasi tikus yang berukuran kecil.

"Kucing lebih memilih mangsa yang tidak berdaya," tulis Parsons.

Menurut Parsons, tikus besar dan kuat dapat memberikan perlawanan yang menyulitkan kucing daripada tikus kecil, burung, cicak, atau kecoa.

Infografik Kucing vs Tikus

Namun, Parsons dan kawan-kawan juga menemukan hal menarik lainnya soal perilaku tikus. Hasil penelitiannya menggambarkan bahwa ketika kucing berada di sekitar, ada lebih sedikit penampakan tikus. Itu tak berarti tikus tidak ada, tetapi tikus juga belajar untuk menghindari kucing. Ada sekitar 20 persen kejadian direkam Parsons, yakni ketika tikus mencari perlindungan saat mereka melihat seekor kucing.

"Meskipun tikus kemungkinan untuk dilihatnya kecil, mereka hanya menggeser lokasi gerakan dan tetap hadir dalam sistem. Temuan kami bahwa kehadiran kucing menyebabkan lebih sedikit penampakan tikus dapat menjelaskan persepsi umum dari kegunaan mereka sebagai predator tikus," ujar Parsons.

Hasil penelitian Parsons di fasilitas daur ulang sampah menunjukkan, meskipun kucing dilepas untuk berburu tikus, populasi tikus kota dapat tetap tinggi karena tikus mengubah pola pergerakan mereka.

Greogory Glass, profesor University Florida yang telah lama meneliti interaksi kucing dan hewan pengerat, tidak kaget dengan hasil penelitian yang dipimpin Parsons. Kepada Scientific American, Glass mengatakan tikus pada umumnya terlalu menantang untuk dimangsa kucing rumahan.

"Ketika melewati masa pubertas, tikus menjadi semakin besar dan menjijikkan bagi kucing. Anda dapat melihat banyak kucing dan tikus saling menolong, memudahkan satu sama lain, makan di kantong sampah yang sama," ujar Glass.
Baca juga artikel terkait KUCING atau tulisan menarik lainnya Husein Abdulsalam
populerRelated Article