Kuliah di Malta: Menuntut Ilmu Rasa Wisata
Kebanyakan orang bereaksi bingung ketika mendengar nama negara Malta. Pertanyaan paling populer biasanya, “memang ada ya?” atau sebagian juga berkomentar singkat, “di mana itu?”. Hal ini juga terjadi ketika saya memutuskan meneruskan Master di sana, ada seorang kenalan yang bertanya lugu, “memang ada tempat kuliah di sana, bro?”
Malta adalah sebuah negara kecil dengan luas setengahnya kota Jakarta atau berukuran 316 km2. Ibu kotanya bernama Valletta, yang jika kita jelajahi hanya membutuhkan waktu selama 1 jam dan semua sudutnya sudah dapat kita tapaki. Namun meski hanya negara kecil, Malta sangat kaya akan warisan budaya dan peradaban dunia, bahkan Valletta dinobatkan sebagai ibukota Budaya Eropa tahun ini.Sejak dahulu kala, Malta selalu ramai dikunjungi oleh pengunjung dari berbagai negara. Lokasi geografis Malta yang berada di tengah perairan yaitu Laut Mediterania dan juga terletak di antara tiga benua: Afrika, Asia, dan Eropa, menjadikan Malta memiliki posisi yang sangat strategis sebagai tempat berlabuh kapal-kapal bangsa lain.
Hal ini juga yang sepertinya menjadi alasan kuat mengapa sebuah tempat pusat pendidikan hukum Laut dan maritim internasional dunia, IMO-International Maritime Law Institute (IMLI), ditempatkan di negara yang bahasanya banyak dipengaruhi oleh bahasa Italia, Inggris, dan Arab ini.
Belajar di Pusat Pendidikan Hukum Laut dan Maritim
Dan di kampus tersebutlah, saya berkesempatan menempuh pendidikan Master tujuh tahun silam. Hari-hari kuliah di Malta masih terekam jelas di memori saya. Sekilas mengenai IMLI, institut ini didirikan oleh International Maritime Organization (IMO), sebuah badan PBB yang khusus menangani kerja sama kemaritiman.
Kampus ini menawarkan gelar master (S2), Doktoral (S3), dan program non gelar (short course). Beberapa mata kuliah utama yang diajarkan di adalah hukum internasional, hukum laut, hukum perlindungan lingkungan, hukum pelayaran, dan keamanan serta keselamatan maritim.
Suasana wisuda mahasiswa IMO-IMLI (Foto: imlinf.com)
IMLI dipimpin oleh David J. Attard, seorang Profesor kharismatik lulusan Oxford University, Inggris. Prof Attard—begitu kami memanggil Bapak yang humoris namun penuh wibawa ini, juga dipercaya menjabat sebagai wakil presiden Tribunal Internasional untuk Hukum Laut, International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS) yang bertempat di Hamburg, Jerman.
Selama kuliah kami sering diajar oleh para akademisi dan profesional dengan beragam latar belakang negara serta pengalaman. Mulai dari Sekretaris Jenderal IMO, Presiden ITLOS, konsultan di bidang kemaritiman, pengacara internasional, hingga profesor dari beberapa universitas di negara-negara lain (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang). Bahkan Sekretaris Jenderal PBB pernah mengunjungi dan mengajar di IMLI.
Tidak seperti kebanyakan kuliah di kampus luar negeri yang mahasiswanya kurang beragam, mahasiswa IMLI berasal dari banyak negara. Jumlah mahasiswa saat saya kuliah di kampus ini mencapai 30 orang dan sekitar 80% nya berasal dari negara-negara dari lima benua: Afrika, Asia, Australia, Amerika, dan Eropa. Hal ini tentu saja menjadikan kehidupan kuliah sangat menarik karena secara tidak langsung seperti menemui beragam kebudayaan suku bangsa.
Bisa dibilang jadwal perkuliahan di IMLI cukup menyita waktu. Sudah seperti anak sekolahan, setiap Senin sampai Jumat mulai dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore (dengan waktu istirahat di siang hari). Belum lagi tugas-tugas yang menumpuk serta menulis tesis.
Namun, kami bersyukur karena mendapat beasiswa untuk kuliah di Malta. Lembaga yang menyediakan tawaran beasiswa untuk kuliah di IMLI cukup beragam diantaranya, IMO, the Nippon Foundation, the Lloyd’s Foundation, Pemerintah Malta, Pemerintah Swiss, dan otoritas maritim nasional baik yang berstatus pemerintah ataupun swasta.
Dari pengalaman penulis yang memperoleh beasiswa dari the Nippon Foundation, dua hal utama yang harus dimiliki setiap pelamar untuk memperoleh beasiswa tersebut adalah kemampuan bahasa inggris yang baik dan pengalaman bekerja terkait hukum laut atau maritim. Selebihnya adalah hal-hal administratif sebagaimana tercantum di website IMLI.
Akhir Pekan: Waktunya Berwisata
Beragam pantai cantik dapat ditemui di Malta (Foto: pexels.com)
Sabtu dan minggu adalah waktu yang sangat spesial untuk kami para mahasiswa, karena pada hari-hari inilah kami bisa menjelajahi Malta, atau setidaknya bersantai di kedai kopi di kawasan Sliema, San Giljan, dan Valleta.
Berdasarkan pengalaman, ada beberapa tempat yang wajib dikunjungi ketika ke Malta antara lain: Valletta (ada pasar kaget setiap hari minggu pagi), Mdina (kota tua yang dikelilingi benteng yang sudah ada sejak zaman pra sejarah dan sangat sarat dengan sejarah Malta), Marsaxlokk (pelabuhan Malta yang sangat instragramable dengan perahu tradisional warna-warninya serta ada pasar lokal setiap minggu pagi), Popeye Village (asal tokoh komik “Popeye” dan tempatnya sangat cocok untuk anak-anak), serta berenang di laut mediterania di pantai G?ajn Tuffie?a dan pantai Golden Bay (rasakan sensasinya berenang di laut super asin).
Jika waktu masih cukup, Pulau Gozo juga sangat mempesona untuk di datangi. Selain memiliki beraneka jejak sejarah, seperti kuil ?gantija -yang bersama dengan kuil Megalithic Temples di Malta, disebut sebagai The world's oldest free-standing structures, pemandangan di pulau Gozo juga sangat memukau. Hal ini pula yang membuat banyak sekali scene Hollywood mengambil tempat di pulau ini termasuk Game of Thrones (2011), by The Sea (2014) dan masih banyak lagi. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa saya tertarik untuk melanjutkan studi di Malta.
Jadi, tertarik untuk melanjutkan studimu di Malta? ?
Foto: Pexels.com