Kutipan-kutipan Paling Inspiratif dari RA Kartini
Peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momen untuk kembali mengingat buah pemikiran inspiratif dan berani dari sosok RA Kartini. Lahir 21 April 1879, Kartini semasa hidupnya melabrak tradisi kuno yang menurutnya tak adil dan mengekang perempuan. Hal itu tampak dari rangkaian kata yang terdapat di dalam surat-surat yang ditulisnya.
Mulai dari dorongan akan pendidikan untuk anak-anak perempuan, kemauan yang keras, dan bagaimana menjadi pemberani, semua diungkapkan Kartini dengan lugas yang bisa jadi relevan dan terus bisa dipegang oleh generasi setelahnya untuk melakukan hal yang sama.Dikutip dari surat-surat Kartini, 'Habis Gelap Terbitlah Terang', dan buku kumpulan surat versi Sulastin Sutrisno 'Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya,' berikut beberapa kutipan paling inspiratif.
(Baca juga: Hari Kartini: 6 Tokoh Perempuan Hebat Masa Kini)
1. Ningrat pikiran
“Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran (fikroh) dan keningratan budi (akhlak). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat orang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholih orang yang bergelar macam Graaf atau Baron?… Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yang picik ini."
2. Menjadi wanita sepenuhnya
“Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya”.
3. Ajakan untuk berjuang
“Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi”.
4. Pendidikan untuk wanita
“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.
5. Melabrak tradisi kuno
“Ya Allah, alangkah malangnya; saya akan sampai disana pada waktu Puasa-Lebaran-Tahun Baru, di saat-saat keramaian yang biasa terjadi setiap tahun sedang memuncak. Sudah saya katakan, saya tidak suka kaki saya dicium. Tidak pernah saya ijinkan orang berbuat demikian pada saya. Yang saya kehendaki kasih sayang dalam hati sanubari mereka, bukan tata cara lahiriah!”
6. Perluas pandangan
"Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya."
7. Perempuan merdeka
"Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri."
8. Bermimpilah
"Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam."
9. 'Aku mau!'
"Tahukah engkau semboyanku? 'Aku mau!' Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata 'Aku tiada dapat!' melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung."
10. Pendidikan
“Karena saya yakin sedalam-dalamnya, perempuan dapat menanamkan pengaruh besar ke dalam masyarakat, maka tidak ada sesuatu yang lebih baik dan lebih sungguh-sungguh yang saya inginkan kecuali dididik dalam bidang pengajaran, agar kelak saya dapat mengabdikan diri kepada pendidikan anak-anak perempuan kepala-kepala Bumpiputera. Aduhai, ingin sekali, benar-benar saya ingin mendapat kesempatan memimpin hati anak-anak, membentuk watak, mencerdaskan otak muda, mendidik perempuan untuk masa depan, yang dengan baik akan dapat mengembangkannya dan menyebarkannya lagi.”
11. Pembuktian
“Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu saya! Izinkan saya berbuat dan saya akan menunjukkan, bahwa saya manusia. Manusia seperti laki-laki.”
12. Perjuangan
"Saya mau, saya akan memperjuangkan kebebasan saya. Saya mau, Stella saya mau, mendengarkah kamu? Bagaimana mungkin saya memenangkannya, kalau saya tidak berjuang? Bagaimana saya akan mendapat, kalau saya tidak mencari? Tanpa perjuangan tidak akan ada kemenangan. Saya tidak gentar menghadapi keberatan dan kesusahan, saya merasa cukup kuat untuk mengatasinya.”
13. Jangan lelah
"Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan lelah untuk berusaha gigih membela semua yang baik.”
14. Pemberani
“Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang, itulah semboyanku! Maju! Semua harus dimulai dengan berani! Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia!”