Para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia di Oxford (PPI Oxford) bersama gerakan Indonesian Tempe Movement (ITM) mempromosikan tempe melalui workshop pengenalan dan cara membuat tempe di Oxford University, kota Oxford pada akhir pekan lalu.
Ketua PPI Oxford, Sandoko Kosen, kepada Antara London, Selasa (22 November 2016), mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu upaya ITM untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tempe adalah persembahan dari Indonesia untuk dunia.
Alasannya, tempe adalah solusi kebutuhan makanan sehat, enak, ramah lingkungan, dan memiliki aspek budaya yang kental. Dengan identitasnya yang unik, tempe memiliki potensi internasional untuk dikembangkan dalam bidang pangan, kesehatan, seni, dan bisnis.
Dengan mengenal cara membuat tempe, peserta diharapkan menjadi lebih “dekat” dengan makanan Nusantara ini, atau bahkan terinspirasi membuka usaha terkait tempe, ujarnya.
Gagasan diadakananya pelatihan dan mengenai tempe datang dari Perwakilan ITM, yaitu Amadeus Driando Ahnan atau yang biasa disapa Ando yang sedang menempuh studi doktoral Food Science di University of Massachusetts Amherst.
Selain itu, Inda Imanda yang sedang menempuh studi master bidang Math di Oxford University, dan Filemon Yoga Adhisatya yang sedang menempuh studi Master of Business Administration di University of Manchester.
Kegiatan pelatihan tentang tempe merupakan bagian dari rangkaian kegiatan ITM lainnya seperti konferensi internasional, publikasi buku tempe, dan pendaftaran tempe sebagai “UNESCO intangible heritage”, hingga pembinaan wirausaha tempe di penjara Cipinang, mahasiswa putus sekolah, dan tempat rehabilitasi narkoba.
ANTARA
Berita Terkait:
- Kedelai Impor Mahal, Laba Perajin Tahu Turun 20 Persen
- Pengrajin Tahu dan Tempe Butuh Ini dari Pemerintah
- 20 Negara Ikut-ikutan Bikin Tempe, IPB ‘Lapor’ UNESCO
- Pakar Gizi: Tempe Diusulkan Menjadi Warisan Budaya Tak Benda
- Jelang Lebaran, Produsen Tahu Tuna Pacitan Perbanyak Stok