Home
/
Health

Makan Junk Food Bikin Kanker, Mitos atau Fakta?

Makan Junk Food Bikin Kanker, Mitos atau Fakta?

-

Vania Rossa02 February 2018
Bagikan :

Salah satu kebiasaan yang diyakini dapat memicu kanker adalah mengonsumsi junk food alias makanan cepat saji. Benarkan anggapan ini?

Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, Prof. DR. Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD, KHOM, FACP, mengatakan bahwa ada tiga komponen yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker, antara lain pola makan, berat badan dan aktivitas fisik.

Makanan cepat saji yang merupakan budaya barat, mulai disukai anak-anak yang jika menjadi kebiasaan dapat memicu penimbunan lemak yang mengarah pada risiko obesitas. Kondisi inilah, kata dia, yang memicu peningkatan risiko kanker, bukan kandungan MSG pada makanan cepat saji.

"Jadi bukan MSG-nya, tapi kalori yang terkandung pada makanan cepat saji sehingga orang menjadi obesitas. Ketika obesitas, jika ada sel kanker mau tumbuh dan harusnya ditumpas sel kekebalan tubuh, justru didorong pertumbuhannya oleh lemak," ujar Prof Aru pada temu media Sosialisasi Kanker di Kementerian Kesehatan belum lama ini.

Ilustrasi. (Shutterstock)
Preview

Faktor makanan dalam memicu kanker, bahkan menurut Prof Aru sama besarnya dengan rokok. Sayangnya berhenti merokok lebih mudah dilakukan dibandingkan mengubah pola makan sehari-hari.

"Kegemukan bukan hanya penambahan lemak. Sistem hormon berubah. Ada hormon leptin dan lainnya yang memicu kanker," tambah dia.

Dalam kesempatan yang sama Dirjen P2P, Kementerian Kesehatan dr. Mohamad Subuh, MPPM, mengatakan pada laki-laki kasus kanker terbanyak adalah kanker paru, sementara pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker mulut rahim.

"Prevalensi kanker di Indonesia mencapai 14 per 1000 penduduk sehingga kalau jumlah penduduk kita 265 juta bebannya sangat tinggi," tambah dia.

Subuh merinci kerugian ekonomi yang harus ditanggung untuk membiayai kasus kanker melalui BPJS mencapai Rp 2 Triliun per tahun. Hal ini membuat kanker merupakan penyakit kedua yang paling banyak menyedot anggaran kesehatan setelah penyakit jantung.

 

Berita Terkait:

Tags:
populerRelated Article