Malas Mengganti Seprai, Yakin?
Setelah melewati hari yang lelah, kadang kita malas membersihkan seprai sebelum berbaring di tempat tidur. Padahal, kebiasaan kecil yang kerap diajarkan lewat lagu anak-anak itu sangat penting bagi kesehatan.
Kain alas tempat tidur sesungguhnya dihuni berbagai hal tak kasat mata, termasuk sel kulit mati dari regenerasi kulit saat seseorang terlelap. Seprai juga menjaring sel lain yang bisa berasal dari keringat, air liur, kotoran, cairan seksual, bahkan komponen urin dan feses.Perlu diingat bahwa manusia mengeluarkan 26 galon keringat tiap tahun saat tidur. Bisa dibayangkan kelembaban akibat timbunan keringat itu menjadi medium ideal tumbuhnya jamur dan bakteri.
Seprai yang kotor juga dapat memicu infeksi kulit apabila ada luka terbuka pada permukaan kulit Anda. Sel kulit mati pun berpotensi menarik tungau debu yang berdampak buruk bagi para penderita asma.
Untuk menghindari kemungkinan itu, dianjurkan untuk mengganti seprai dan sarung bantal-guling sekali sepekan. Para pakar kesehatan juga menyarankan menjemur seprai di sinar matahari langsung lantas menyetrikanya karena sinar ultraviolet dan suhu panas efektif membunuh bakteri dan mikroorganisme berbahaya.
Cara lebih baik yang turut disarankan yakni menaruh cucian seprai dan sarung bantal di layanan binatu cuci kering. Proses dry cleaning modern kerap menggunakan bahan kimia pelarut tetrachloroethylene atau PCE yang mensterilkan seprai dari bakteri.
Metode mana pun yang Anda gunakan, praktis atau hemat, disiplinkan diri untuk mengganti seprai dan sarung bantal sekali sepekan. Lebih penting lagi, pastikan semuanya bersih sebelum Anda naik ke tempat tidur untuk beristirahat, dilansir dari Lifehack.
Tempat tidur dengan alasnya yang bersih tidak boleh disepelekan. Kurang tidur bahkan bisa disebabkan oleh seprai yang kotor dan kamar yang berantakan.
Survei yang dilakukan oleh National Sleep Foundation menyebut seseorang akan tidur lebih baik ketika kamarnya nyaman dan bersih. Dalam jajak pendapat pertama meneliti mereka yang kualitas tidurnya bermasalah dan kaitannya dengan lingkungan kamar tidur mereka.
Dikutip dari WebMD, Chief Operating Officer National Sleep Foundation David Cloud, mengatakan mereka melihat bagaimana faktor medis dan perilaku memengaruhi kualitas tidur. Hasilnya, faktor seperti sentuhan, apa yang dirasakan, dan aroma ternyata berpengaruh.
Responden survei sebanyak dua pertiga hingga tiga perempat mengaku kamar yang sejuk, memiliki aliran udara yang lancar, serta bersih sangat penting untuk membuat tidur lebih lelap. Lalu enam dari 10 responden mengaku mengganti seprainya seminggu sekali atau lebih. Serta tiga dari empat orang mengatakan tidur lebih lelap jika seprai mereka memiliki aroma bersih yang segar.