Home
/
News

Membandingkan Pesan Ramadhan Trump, Obama dan Bush

Membandingkan Pesan Ramadhan Trump, Obama dan Bush
Ardhana Pragota28 May 2017
Bagikan :

Menyambut datangnya bulan Ramadhan yang menjadi perayaan umat Muslim di seluruh dunia, Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato ucapan selamat menunaikan ibadah puasa.

Sudah menjadi semacam budaya bahwa menyambut Ramadhan akan disusul pidato selamat berpuasa oleh seluruh tokoh politik dunia. 

Presiden ke 45 ini berharap agar "seluruh umat Muslim dapat merasakan kebahagiaan Ramadhan," dan berujar bahwa "semangat Ramadhan dapat memperkuat kesadaran akan kewajiban bersama untuk menolak kekerasan, mencapai perdamaian, dan membantu orang-orang yang membutuhkan akibat penderitaan kemiskinan dan konflik."

Selanjutnya, Trump berusaha membalut pesan Ramadhan untuk menyampaikan semangat perlawanan terhadap serangan teror yang baru saja terjadi. "Tahun ini, libur Ramadhan dimulai dengan dunia yang sedang berkabung terhadap korban tidak berdosa dari serangan barbar teroris di Inggris dan Mesir, sebuah tindakan tanpa nurani yang bertentangan dengan semangat Ramadhan," ucap Trump. 

Namun, Trump gagal melakukannya. Alih-alih meraih simpati, Trump disebut mengaitkan kepercayaan muslim dengan praktik terorisme. Pesan terorisme cukup dominan dalam pidatonya kali ini. Trump bahkan menutup pidatonya dengan pernyataan sikap pemerintah AS untuk terus memerangi terorisme. 

"Saya mengingatkan kembali pesan yang saya sampaikan di Riyadh: AS akan selalu menjadi mitra pemberantasan terorisme dan ideologi yang dapat melawannya. Selama bulan Ramadhan kali ini, mari kita lakukan segala upaya untuk memastikan generasi mendatang terbebas dari kerusuhan semacam ini dan mampu beribadah dan berkumpul dengan tenang."

Memasukkan konten terorisme dalam pidato selamat Ramadhan membuat Trump gagal menyampaikan pesan anti-terorisme dan justru membuat bahan serangan terhadap dirinya. Warganet sontak meributkan bagaimana Obama justru secara tidak langsung membangun stigma teroris terhadap umat Islam.

Jika mengamati pidato Ramadhan oleh George W. Bush, presiden dari Partai Republik tersebut tidak sedikitpun menyinggung isu terorisme meski baru saja mengalami serangan teror paling serius dalam sejarah AS. Pidato sambutan Ramadhan dibacakan Bush hanya berselang dua bulan setelah peristiwa 9/11. 

Dikutip dari arsip Gedung Putih, Bush membacakan pidato pada 15 November 2001. "Komunitas Muslim Amerika sama seperti komunitas Muslim lainnya di seluruh dunia. Muslim dari berbagai latar belakang beribadah bersama di masjid yang dibangun di wilayah kami. Dan Muslim Amerika ikut andil dalam kehidupan sehari-hari rakyat AS, termasuk menjadi tentara kami," sebut Bush dalam pidatonya. 

Meski sedang dirundung suasana berkabung akibat serangan di gedung kembar World Trade Centre, Bush sedikitpun tidak menyebut kata teroris dalam pidato Ramadhannya. Meski menyinggung agresi militer AS ke Afghanistan, Bush tetap saja mampu bersilat lidah agar pesan Ramadhan tidak dibalut dengan kata-kata yang mungkin menyinggung umat Islam. 

"AS bangga karena memainkan peran penting dalam aksi kemanusiaan di Afghanistan, dengan bantuan udara dan konvoy truk berisi makanan, obat-obatan, dan dan pasokan lainnya," sebut Bush. 

Preview

Kesan baik dalam pidato sambutan Ramadhan juga dimiliki oleh Barack Obama. Dalam pidato Ramadhan pertamanya sebagai presiden pada 20 Agustus 2009, Obama dengan halus mampu menggabungkan ucapan selamat beribadah dengan isu-isu hubungan AS dengan dunia Islam. 

Obama secara pribadi ikut gembira dalam menyambut bulan Ramadhan bersama serangkaian praktik ibadah umat Muslim. "Ritual-ritual tersebut mengingatkan kita pada prinsip yang kita pegang bersama, peran Islam dalam memajukan keadilan, progres, toleransi, dan martabat seluruh manusia," ungkap Obama. 

Obama kemudian menyebutkan komitmen AS untuk membangun kemitraan dengan dunia Islam. Menurut Obama, dunia Islam dan AS memiliki visi yang sama. "Seluruh upaya kerja sama bertujuan untuk memajukan aspirasi bersama - kehidupan damai dan aman, mampu memperoleh pendidikan dan menjalani pekerjaan yang bermartabat, dan mencintai keluarga, komunitas, dan Tuhan," terang Obama. 

populerRelated Article