Menanti SUV Murah ‘Adik’ DFSK Glory, Harus Berapa Harganya?
-
Foto: Istimewa
Uzone.id - Gue jamin, seharusnya segmen SUV anti mainstrem di Indonesia bakal ramai tahun 2019 ini.Karena para pejuang China bakal menyuguhkan mobil-mobil berjenis SUV yang ngerusak pasaran—atau udah rusak ya?
Belum juga sih, pabrikan Jepang masih mapan dengan SUV-SUV mahalnya. Sementara dua pabrikan China, seperti DFSK dan Wuling, baru menjejakkan kaki di garis start.
Dan kenapa tahun ini bakal lebih seru? Karena selain harus membuka medan perang antara brand China dan Jepang, sesama China pun bakal saling serang. Yess, inilah kompetisi saudara-saudara..
Tapi apa yang bisa kita lakukan sebagai calon konsumen?
Tonton dulu review first ride Honda PCX Listrik, Power Bank Berwujud Motor:
Mau sehebat apapun perangnya, ujung-ujungnya yang kita cek M-Banking atau kantong ya, masuk gak nih harganya?
Karena soal harga ini sensitif di Indonesia. Dibilang missQueen enggak, tapi juga gak kaya.
Jadi, ketika mau beli mobil, orang Indonesia tuh seolah jadi ‘auto-missQueen’, tapi setelah membeli, apapun mobilnya, maunya keliatan kaya dan wah.
Nah, peluang memainkan harga ada di pabrikan China, dengan ciri khasnya selalu menawarkan harga miring ketika memasuki pasar yang baru.
Meski begitu, dari dua pabrikan China ini, kita semua perlahan tapi pasti mulai melihat, kalau mereka udah gak bercanda ketika jualan mobil di Indonesia.
Baik Wuling dan DFSK sejauh ini sudah berhasil meminimalisir komplain terkait produk.
Itu barangkali pertanda baik buat kita semua, kalau sebenarnya secara kualitas semua mobil sekarang hampir sama.
Respon DFSK terhadap segmen SUV tahun ini
Nah, sesuai judulnya nih gaes, gue mau menyoroti DFSK, sebagai pionir SUV China di Indonesia.
Sebab, kalau Wuling Almaz, kalian gue yakin udah tau semua lah ya. Kisaran harganya pun udah tau, Rp 320 jutaan—sebelas-dua belas dengan DFSK Glory 580.
Tapi ada kabar baik—yang bukan ekstrak manggis, datang dari DFSK. Seperti halnya Uzone.id yang sudah memprediksi dan menyarankan berkali-kali, DFSK perlu suatu SUV baru yang harga jualnya lebih masuk akal.
Dan kemungkinan besar, prediksi dan saran gue di ijabah oleh DFSK Indonesia—mereka rumornya bakal menghadirkan SUV baru sebagai ‘adik’ dari Glory 580.
Ini gosip? Hmm, kayaknya sih enggak, toh gue bukan fans-nya Lambe Turah juga. Tapi kalau prediksi dan informasi ini belum menjadi kenyataan, tunggu aja tanggal mainnya.
Sebab, pihak DFSK sendiri udah mengkonfirmasi akan menghadirkan model baru, sebanyak dua biji SUV tahun ini.
“Ada model baru dan ada varian baru,” kata PR dan Digital Manager DFSK Indonesia, Arviane.
Sayang, meski gue ngonteknya di weekend kayak begini (2/2) susah banget buat ngorek informasi lebih lanjut soal model-model baru tersebut.
Tapi ya kita analisis aja lah ya..
Pertama, kenapa gue yakin bakal ada SUV baru dari DFSK yang lebih murah dari Glory 580? Indikasi kuatnya, kemarin kita udah ngasih bocoran penampakan SUV baru DFSK.
Penampakan itu mengerucut ke dua prediksi; pertama itu varian baru Glory 580 versi 1.8 liter dan justru itulah SUV ‘adik’ dari Glory 580.
Kenapa SUV yang lebih murah dari Glory 580 itu penting?
Jawaban tersebut adalah, untuk menyelamatkan DFSK dari serbuan Wuling Almaz.
Sekali lagi, bicara spesifikasi dan fitur, pabrikan China pasti gampang banget menyesuaikan. Tapi belum tentu urusan harga.
Wuling pun saat mengenalkan Almaz gak jor-joran soal harga, tetap cenderung pragmatis dan berharap cuan dengan kisaran banderol diatas Rp 300 jutaan.
Nah, disinilah peluang DFSK untuk semakin menguatkan diri dan citra sebagai pemain SUV paling value for money di Indonesia.
Salah satu kelemahan kenapa DFSK Glory kurang disambut baik adalah, harga jualnya!
Gile gaes, pabrikan baru, dari China, sekonyong-konyong bawa mobil SUV keren dan banjir fitur, tapi harganya RP 300 jutaan. Eits, entar dulu deh, gue mending cek ombak dulu.. (begitu barangkali komentar kebanyakan para pemburu SUV).
Dan ternyata, pelan tapi pasti, track record DFSK Glory cukup baik—meski secara penjualan kurang baik.
Tapi ini sudah langkah positif, karena setidaknya, setahun kemarin adalah ajang pembuktian dari DFSK kalau produknya bukan alien, sama kok dengan mobil-mobil SUV lain pada umumnya, minim masalah sejauh ini.
Tonton juga Review Isuzu Panther LV 2004, Begini Rasanya Setelah Belasan Tahun:
Ketika DFSK Glory 580 sebagai flagship sudah matang dicerna publik, ketika Wuling meresponnya dengan menawarkan SUV sejenis, baik spek dan fitur sampai harganya, DFSK jadi seolah selangkah lebih dulu meninggalkan Wuling dengan kehadiran SUV ‘adik’ Glory 580 itu.
Asiknya lagi, karena statusnya ‘adik’, maka ada sejumlah keuntungan yang bakal kita dapetin sebagai calon konsumen.
Sekali lagi, secara harga harusnya lebih murah atau setidaknya lebih terjangkau dan masuk akal daripada Glory 580. Namun, dengan spesifikasi dan usungan fitur yang gak kalah.
Lah, kalau gitu apa dong yang membedakan sang adik dengan Glory 580? Kalau dari bocoran yang beredar, si adik punya dimensi yang lebih kompak daripada DFSK Glory.
Bisa jadi, dia hanya berisi lima penumpang, bukan tujuh seperti sang kakak. Kalau ini benar, maka si adik bakal lebih liar dari sang kakak.
Dia bisa menjangkau segmen dibawahnya, sekaligus diatasnya, ya si Wuling Almaz itu. Kan sama-sama lima penumpang, tapi yang ini lebih murah cuy, dengan usungan fitur yang sebelas dua belas. Ahshedaaapp..
Memanfaatkan track record Glory 580
Kemudian, apa yang ngebuat adik Glory ini bisa berjaya? Setidaknya, track record sang kakak yang sudah diposisikan sebagai SUV premium berharga miring bisa diwarisi.
Sang adik ini gue prediksi tetep bakal menawarkan limpahan fitur yang wah, namun ketika dipasarkan, banderolnya bikin orang melongo—layaknya judul-judul artikel klikbait.
DFSK bisa mulai memainkan psikologis harga jual produk yang lebih terjangkau, gak seperti Glory 580. Dengan begitu, memaksa logika berbelanja publik ikut terasah.
Gue percaya, selain makin ngebuat kompetisi makin seru, hadirnya SUV terbaru ‘adik’ dari Glory 580 bakal diterima jauh lebih baik daripada Glory 580.
Sekaligus ini juga jadi pembuktian DFSK kalau mereka gak bercanda, alias serius jualan mobil di Indonesia. Serius menunjukkan kalau mereka mau fokus dan jadi spesialis mobil SUV di Tanah Air.
Saran nih, buat DFSK Indonesia
Namun, melahirkan mobil kedua dengan banderol harga yang lebih murah, ada backfire juga kalau DFSK gak mengemasnya secara hati-hati.
Publik bisa berpikir, kalau Glory 580 justru kemahalan, sehingga DFSK harus sampai menawarkan model lain yang lebih murah.
Ini jadi terbalik dengan strategi Wuling sih. Memulai dengan yang murah, baru kemudian yang mahal. Kalau DFSK memulai dari yang mahal, tapi eh ternyata, bisa juga kok jualan mobil yang lebih murah dengan kualitas mirip.
Kemudian, karena Glory 580 sudah berusia setahun, gue rasa cukup sebagai awalan pembuktian soal kualitas dari DFSK—toh sampai sekarang sangat minim komplain kan secara kualitas produk?
Jadi, di mobil barunya nanti nih, gak perlu lagi lah nempel-nempel emblem 7 tahun garansi. Macam pabrikan yang gak pede sama produknya sendiri sampai harus ditongolin yang begituan.
Oiya, kalian juga bisa nonton video review dan test drive Wuling Almaz di sirkuit Sentul disini:
Lagian, secara tampilan juga malah norak, karena kebanyakan emblem. Gak sesuai dengan citra yang mau ditampilan, yakni mobil premium.
Emang Mercy dan BMW sampe nempel-nempelin emblem garansi di bodi mobilnya? Enggak kan? Jangan lagi yah, plisss..
Kemudian, jangan lagi menampilkan mbak AgnezMo sebagai citra merek. Gak mashhhoookkk, kan katanya pabrikan spesialis SUV, coba sosoknya yang lebih sporty dan adventure gitu deh..
Nah, terakhir, untuk harga jualnya, gue sih nyaranin kisarannya gak lebih dari Rp 250 jutaan. Kan Glory 580 kisarannya udah Rp 300 jutaan tuh, sang adik boleh dong sedikit jauh lebih murah.
Ya, paling masuk akal buat gue kisaran Rp 200 - 250 jutaan.
Nah, kalau menurut kalian, enaknya dikasih harga berapa ya si SUV murah adiknya DFSK Glory ini? Sampaikan di kolom komentar ya gaes..