Menanti TikTok dari Aplikasi China Menjadi Perusahaan Amerika
Uzone.id - Bagaimana mungkin sebuah platform video berdurasi 15 detik hingga satu menit yang isinya kebanyakan joget hingga tips and trik pendek, kok bisa membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencak-mencak lalu belakangan sikapnya mulai meluruh.
Oh ya, aplikasi yang dimaksud yaitu TikTok. Dan yang membuat Trump melunak adalah soal rencana Microsoft membeli aplikasi TikTok ini.
Asal Mula TikTok
TikTok dimiliki oleh ByteDance, perusahaan internet asal China. Dan seperti aplikasi asal negeri Tirai Bambu lainnya, besar dahulu di negeri sendiri baru ekspansi ke luar negeri.
Di negara kelahirannya, asal mula TikTok bernama Douyin. Platform video pendek ini diperkenalkan pada Tahun 2016 dan dalam waktu 1 tahun, Douyin memiliki 100 juta pengguna dan 1 miliar tayangan video setiap hari.
Setahun kemudian, Douyin berkeinginan untuk merambah ke luar China. Hal pertama yang mereka lakukan adalah mengganti nama yang ‘China banget’ menjadi TikTok yang ‘rasa global banget’.
ByteDance merasa apalah arti menguasai dunia kalau tidak menduduki Amerika Serikat. Pasar terbesar setelah China itupun mencoba masuk ke Negara Paman Sam dengan mengakuisisi Musical.ly yang memang sudah jadi raja di negara AS.
Viral di Banyak Negara
Sejak ekspansi ke luar negeri, TikTok mendapatkan sambutan hangat. Di Jepang dan Thailand, negara pertama yang mereka kuasai. Ini bisa dilihat sebagai aplikasi paling banyak diunduh pada tahun 2017 di negara tersebut.
Hingga Maret 2020, aplikasi TikTok sudah diunduh hingga 2 miliar lebih di seluruh dunia. Bahkan, TikTok punya jumlah pengguna aktif hingga 625 juta.
Sejumlah negara di luar China pun menjadi penganggum TikTok, sebut saja India (99,8 juta pengunduh), Amerika Serikat (45,6 juta pengunduh), Brasil (34,7 juta pengunduh) dan Indonesia (30 juta pengunduh).
Nah, walaupun bukan negara dengan jumlah pengunduh terbanyak di luar China, namun Amerika Serikat termasuk salah satu negara yang bermasalah dengan TikTok.
AS vs TikTok
Semua berawal dengan dua faktor. Pertama, TikTok dimiliki oleh perusahaan internet asal China, ByteDance. Kedua, China semakin hari menjadi sorotan utama dari pemerintahan Trump secara politik dan ekonomi.
Pemerintah Trump percaya kalau perusahaan manapun yang berasal dari China dapat menjadi ancaman bagi keamanan nasional negaranya karena pemerintah China diklaim memiliki akses ke tiap sistem perusahaannya itu di bawah hukum lokal setempat.
Baca juga: 5 Hal Soal TikTok yang Terancam Diblokir di AS
Dari sinilah pemerintah AS semakin curiga dengan keberadaan dan popularitas TikTok di AS.
Sejak lama pihak TikTok membantah kalau aplikasinya dalam pengaruh pemerintah Beijing.
Seakan tak peduli dengan apa yang diutarakan oleh pihak TikTok, Trump tetap bersikeras untuk memblokir aplikasi ini.
Microsoft Dibeli TikTok
Di tengah ancaman blokir dari Presiden Donald Trump, baru-baru ini ada kabar TikTok sedang dalam pembicaraan untuk menjualnya kepada Microsoft.
Walaupun akhir pekan lalu, Trump menyatakan bahwa ia lebih suka melihat TikTok dilarang daripada dijual ke perusahaan yang berbasis di AS. Belakangan dia menjilat ludahnya sendiri dengan memberi restu agar Microsoft bisa membeli TikTok.
Tapi pembelian ini terbilang unik. Sebab, Cfius yang merupakan Komite Investasi Asing di AS, telah memeriksa pembelian Musical.ly oleh ByteDance pada 2017 dengan nilai hingga USD1 miliar.
Mereka memberi perintah ByteDance agar pembelian tiga tahun lalu itu untuk mendivestasi TikTok dan pemerintah terlibat dalam negosiasi mengenai syarat-syarat pemisahan.
Pembelian TikTok oleh Microsoft pun konon hanya sebatas melepas Musical.ly dari pangkuan China. karena kabarnya, Microsoft akan menawarkan membeli operasional TikTok di beberapa negara berbahasa Inggris seperti Amerika, Kanada, Australia dan New Zealand.
Artinya, Microsoft hanya akan memiliki dan mengelola operasional TikTok, dan kantornya di negara-negara tersebut.
Menyebut TikTok dari aplikasi China menjadi Amerika Serikat rasanya kok tidak mungkin. Lebih tepatnya, saatnya mengubah kembali TikTok di AS menjadi Musical.ly karena itu lebih terdengar Amerika Serikat banget. Duh, kok kesimpulannya kayak judul sinetron Indonesia. Tapi ga papa deh, toh Presiden AS juga suka deramah eh drama.