Mencegah Anak Jadi Tukang Gosip Dimulai dari Orang Tua
Orang tua yang memiliki kebiasaan menggosip, bukan tidak mungkin kebiasaan itu juga akan ditiru oleh sang anak. Terlebih, jika kegiatan bergosip dilakukan ketika anak sedang berada di dekat orang tua dan anak tersebut terpapar terus-terusan dengan kebiasaan itu.
Menurut psikolog keluarga Firman Ramdhani, otak anak kecil bekerja dengan mekanisme mirroring yang membuatnya meniru perilaku orang di sekitarnya. “Agar anaknya tidak menjadi penggosip otomatis terutama ketika anak masih kecil, orang tua sebaiknya tidak memberikan contoh perilaku menggosip setidaknya dari mereka sendiri. Sehingga sifat peniru ulung dari si anak tidak muncul, ” ujar Firman.
Orang tua juga harus mengurangi tontonan atau konsumsi media lain yang berbau gosip. Untuk mengalihkan kebiasaan bergosip ini, orang tua harus fokus pada kegiatan positif. Sehingga orang tua mengajarkan kepada anak secara tidak langsung untuk fokus pada perilaku produktif. Selain itu, menurut Firman, orang tua bisa menerapkan nilai-nilai agama karena dalam agama gosip termasuk kategori gibah atau fitnah.
Menurut peneliti di Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Endang Mariani Rahayu, pada dasarnya gosip bisa saja mengandung unsur positif dan negatif. Gosip yang positif misalnya berisi informasi tentang sesuatu yang dilakukan seseorang, sesuai secara sosial dengan yang diharapkan.
Dalam hal ini, gosip berfungsi sebagai penghargaan sosial. "Ada unsur pujian yang bisa menambah kekuatan dan penilaian positif secara sosial bagi orang yang digosipkan. Meskipun mungkin juga tidak sepenuhnya benar," kata Endang.
Sementara itu, gosip negatif bersifat jahat karena mengumbar keburukan orang lain. Lebih jauh, gosip menjadi sangat negatif jika berujung kepada fitnah. Namun secara umum, gosip tetap dapat disimpulkan masuk dalam paradigma negatif, terlepas kontennya yang positif atau negatif.